Istriku Ternyata Eksibisionis Part 2
Prolog:
Cerita di bawah ini
merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama
sahabat cyber saya bernama Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part 3
dari kisah berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang
cerita "Istriku ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek
dan nama panggilan dari nama asli kami.
Saya (Naryo) 32
tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya
(Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita
tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki
penampilan cukup sederhana dan menarik, sangat periang, dan memiliki banyak
teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10
ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah
keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).
Tokoh-tokoh dalam
kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 2 (Hasrat Terpendam):
1. Naryo (penulis,
saya, suami dari Yola)
2. Yola (tokoh
utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
3. Raka (teman
cyber online saya yang membantu penulisan dan revisi kisah ini)
4. Doni (pelajar
SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)
5. Rizal (teman
doni, lebih pendiam)
6. Pak Yono (sang
benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik,
pengangguran)
7. Pak Risman
(pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
Pak Soni (tetangga
sekaligus sahabat keluarga kami)
8. Pak Mamat dan
Pak Bayu (berkulit sawo matang dan tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya
sebagai petugas keamanan desa kami)
Seperti yang sudah
diceritakan pada Part 1 asal mula mengapa istri saya, saya "curigai"
menyukai aksi eksibisionis. Di dalam Part 2 ini akan saya perjelas lagi bahwa
"teori saya , kecurigaan saya" mengenai istri saya eksibisionis
menjadi lebih jelas dan yakin. Kecurigaanpun berlanjut ke arah, "hasrat
yang terpendam". Jika kalian membaca Part 1 tentunya kalian mengetahui
mengapa saya tidak dapat lagi menjadi "suami ideal" terutama dalam
masalah ranjang. Part 2 ini bercerita situasi keluarga kami di penghujung tahun
2005. Dan beginilah kisahnya istriku tercinta, Yola.
Seingat saya waktu
itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005, pada hari raya seperti ini
keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan sangat rawan sekali dengan
pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang hilang, hal ini justru terjadi
ketika sedang ramai-ramainya kita bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Oleh
karena itu, kami mengadakan ronda keliling desa secara bergilir membantu
memeriksa keadaan rumah yang lupa di tutup pintunya baik pintu belakang maupun
pintu depan dan sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip istri saya sudah
berlalu sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian ketahui, semenjak
kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya tidak dapat
melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami istri kami di
ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali mengalami ejakulasi.
Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat dihitung dengan jari istri
saya dapat mencapai "kepuasannya". Dan, sejauh ini saya berpikir
memang itu adalah kesalahan saya membiarkan istri saya diintip oleh anak-anak
kampung itu. Sesekali muncul perasaan kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan
tetapi, dorongan nafsu birahi yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk
membiarkan istri saya melakukannya.
Pada saat itu siang
hari, kami sedang bersilaturahmi keliling dengan para tetangga kami, entah
mengapa ketika saya berkunjung ke rumah Doni dan juga setelah itu berkunjung ke
rumah Rizal. Kami terutama saya, merasakan hal yang aneh, saya merasa istri
saya sedang diperhatikan oleh Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak
bercanda istri saya atau mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong
perasaan cemburu, senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada
istri saya, terlihat dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka
dan nampak sekali bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai
bersilaturahmi dari rumah Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 malam.
Kami berbenah diri untuk bersiap-siap tidur, sudah lama saya tidak melihat
kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal mengintip istri saya lagi semenjak
kejadian di heboh istri saya bermasturbasi di depan mereka seperti yang di
ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit kekecewaan sekaligus ketenangan
bagi saya.
Seusai kami mandi
kami bersiap untuk tidur, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00 malam.
Ketika kami sedang bersiap-siap mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri
saya "menyosor" ingin meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang
lagi, sayapun menyambut ciuman istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan
lembut. Oh yah, saya belum sempat bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri
saya menjadi "malas" menggunakan pakaian dalam ketika berada di
rumah. Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan sangat panas di desa kami karena
kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri saya lebih senang untuk tidur
telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang berdua lebih nyaman. Sepertinya
inipun merupakan salah satu dampak samping dari "aksi" istri saya di
depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja selama 2 bulan terakhir
ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin istri saya jadi ingin
"memamerkannya" kepada saya berhubung tidak ada lagi orang yang dapat
dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster berwarna orange saya merasa
yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah kami menyatu dan berpautan, tanganku
pun tidak bisa tinggal diam, mulai meraba-raba dada 34 C istri saya tersebut
dan memang sudah tidak mengenakan Bra lagi. Saya memilin dan meremasnya dengan
"sedikit kasar" nampaknya yola pun menyukainya sambil berteriak
manja, "awwww.... ihh..." Aku hanya menyeringai dan menciumnya
kembali. Akupun tidak sabar menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya
dengan istriku yang sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut
tidak mampu memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali
cepat-cepat "menyantap" tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku
mengangkat istriku dan membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar,
sayapun membuka seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak
mengenakan pakaian sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung saja
mencolokkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah kecil,
"uhhh...." Saya dengan mata penuh nafsu memandang istri saya yang
sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar bergerak ke sana kemari, dengan mata
terus terpejam memandangi arah atas menikmati sodokan demi sodokan dari jari
saya. Tak lama setelah itu, istri saya tersadar dan ingin secepatnya menyuruh
saya memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Lalu ia menarik
kejantanan saya ke arah mulutnya, di hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya
sampai berkomentar, "duh mamah, jangan keras-keras dong." Yola
menjawab sambil cekikikan, "hihi... abis lucu si pah... gemezzzz"
Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak sekali, aku semakin mulai tidak
konsentrasi dengan kocokan jari-jariku di dalam kemaluannya. Sekiranya 15 menit
sudah berlalu, istri saya belum juga melepaskan senjata saya dari mulutnya,
padahal saya sudah sangat tidak tahan lagi jika terlalu berlama-lama di
mulutnya bisa "berbahaya". Lalu saya harus berpikir cepat sebelum
saya "mencapai puncak", maka saya mulai berpikir untuk mencopot
cincin kawin saya (agar tidak menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke
dalam kemaluan istri saya secara perlahan. Agar dianggap seperti "senjata
raksasa" yang sedang masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan
enaknya dari ke 5 jari tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia
mengelak-ngelak kepanasan sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata
lengah, melihat istri saya sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita
gila sex, ia melahap senjata saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi,
tiba-tiba saja bayangan saya adalah Doni dan Rizal tadi siang yang sedang
bercanda seperti "menelanjangi" istri saya. Maka, tak tertahankan
lagi... Lahar panas itu menyembur dengan keras dan cepatnya ke dalam mulut
istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan pakaian kotor kami,
sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya herankan selama ini istri
saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam mulut. Tetapi kali ini, ia malah
menelannya!!! Sayapun terheran-heran akan kelakuan istri saya ini. Ada apakah
gerangan? Saya benar-benar tidak dapat memahami hati wanita yang sedang horny
seperti ini. Lalu, usai sudah pergumulan kami, sayapun meminta maaf lagi kepada
istri saya, "duh... maaf ya mah, mama blm keluar yah?" Yola pun
menjawab dengan sedikit kesal namun tersenyum, "iiyah pah, gak apa apa,
papa jorok ih masa di mulut mama..." Akupun bingung ingin menjawab apa,
ingin sekali aku menanyakan "kalau jorok kok ditelan?" Tetapi aku
tidak ingin menyakiti perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat
"memuaskan" dia lagi malam ini. Kami pun dengan keadaan masih
terengah-engah, tanpa mengenakan pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.
Sekiranya pukul
01:00 dini hari, saya terkaget mendengar ketukan di jendela kamar kami sambil
memanggil-manggil nama saya, "Pak Naryo! Pak Naryo!". Lalu saya pun
dengan mata masih berat menggeser istri saya untuk terlentang, dan membuka
gorden jendela kami, saat itu kamar kami dalam keadaan gelap, jadi dari luar
sana tidak akan langsung dapat kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat
mereka adalah Pak Mamat, Pak Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.
Keempat orang ini
adalah:
1. Pak Yono ini
merupakan pengangguran di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari
orang-orang desa ini. Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung
untuk "bermain" dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi
padahal ia mau numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke
rumah kami untuk bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki
ciri-ciri gendut karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana sini dan
wajahnya sangat tidak menarik.
2. Pak Mamat dan
Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami, mungkin tidak terlihat seperti
satpam di kota-kota besar. Akan tetapi, karena mereka tidak memiliki kerjaan
yang pantas maka mereka diberi tugas oleh RW kami untuk menjaga keamanan di
desa kami.
3. Pak Risman
merupakan tetangga terdekat dari rumah kami. Ia adalah seorang duda dan
pengangguran. Kebanyakan orang minta bantuan dia untuk membesihkan halaman,
merawat kuburan, perbaikan rumah, dan sebagainya. Sayapun juga sering meminta
bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman adalah kurus dan cukup bau keringet.
Lalu setelah
membuka gorden jendela saya, sayapun bertanya sambil mengucek-ngucek mata, eh
bapak-bapak ada apa nih kok di rumah saya? Pak Mamatpun berkata,
"a...anu... pak, saya lihat tadi pagar rumahnya dan pintu depannya belum
terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci yang baik pak, banyak
pencuri klo lagi lebaran gini pak." Lalu saya kaget, dan berkata,
"wah masa sih blm di kunci?!" Sayapun teringat, ketika saya sedang
mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah, ohh pantesan. Lalu saya pun
panik dan bergegas untuk ke depan, dengan hanya mengambil sarung untuk menutupi
tubuh bagian bawah saya, lalu menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur
sedang telanjang dan telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa
untuk menutup gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung
membawa senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya memeriksa
semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10 menit saya keliling
rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah. Sambil berjalan ke arah pintu
utama di depan untuk berterima kasih kepada mereka. Setelah saya membuka pintu
depan, saya tidak melihat adanya kehadiran mereka di sana. Lalu saya teringat
apakah jangan-jangan mereka masih di depan jendela saya? Saya lupa menutup
gordennya? Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya. Namun,
sambil berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya sudah
menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa menutup
gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran aneh, tetapi
mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke mana mereka? Perasaan
tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku berlari ke arah kamar.
Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti sedang berlari di luar sana.
Apakah mereka berlari ketika saya membuka pintu? Sayapun tidak dapat melihatnya
dengan jelas karena, mata saya tertuju pada, gorden yang terbuka lebar, lampu
kamar menyala terang berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita yang periang
dan dikagumi oleh banyak pria di desa ini terutama keempat bapak-bapak tadi.
Istri saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka tadi berdiri di
depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya yang tertidur
telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu lebat pekat karena
cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun dapat terlihat dengan jelas.
Yang lebih mengherankan adalah seingat saya tadi saya sudah menyelimuti istri
saya dengan rapih dan benar, mengapa sekarang selimutnya bergeser ke arah
kanan, seperti sengaja di buka oleh istri saya. Seribu pertanyaan muncul di
benak saya, bertanya-tanya apakah jangan-jangan istri saya dari tadi sudah
bangun? Dan berpura-pura tidur sehingga bisa "show off" kepada
keempat bapak-bapak ini? Ataukah hanya kebetulan mungkin istri saya tidak
sengaja bergerak sehingga selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja?
Jika menar tersingkap, mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan?
Seperti sengaja di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula,
di saat pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras
dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena mereka
mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha menenangkan diri
terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya. Dan, menunggu
"senjata" saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan mereka.
Sesampai nya di
depan, saya melihat mereka sedang berdiri di depan pintu. Maka saya memutuskan
untuk mengajak mereka beristirahat sejenak untuk minum kopi agar ronda malamnya
lebih lancar. Ketika duduk mereka tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang
dia agak ceplas ceplos dan kurang ajar berkata, "eh sory nih mas ganggu
yah malam-malam lagi abis ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe..." Saya
walaupun jengkel atas kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata,
"oh ga pak saya lagi kepanasan aja." Lalu, sayapun berterima kasih
atas perlakuannya memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah
jam kami bercanda tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan
dikala lebaran. Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang bagaimana
mereka pernah menangkap maling sebelumnya.
Waktu menunjukkan
pukul 01:45 dini hari, saya mulai merasakan gerah dan sepertinya ingin ke kamar
kecil karena saya belum buang air kecil semenjak pergumulan dengan istriku
semalam. Setelah tertawa bersama tadi, sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil.
Namun, saya berjalan melalui dapur ke arah halaman belakang. Dalam perjalanan
saya menuju kamar mandi, saya melihat jendela kamar saya yang tadi masih
menyala terang dengan gorden yang tidak ditutup. Seperti yang sudah saya
ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar tidur saya bersebrangan dengan kamar
mandi kami dan posisi kamar mandi memang berada di halaman belakang tidak
menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air bersih 10 meter dari jamban
masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang membuang air kecil, karena pintu
kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat kamarku sambil pipis. Aku
melihat istriku sepertinya terbangun dan masih dalam keadaan telanjang dan
sepertinya haus ia mengambil gelas kosong di dekatnya dan bergegas ingin keluar
untuk mengambil minum sepertinya. Aku panik sendiri apakah istriku tidak tahu
bahwa sedang ada tamu? Bukankah ia bangun karena kami tertawa keras? Ataukah ia
sengaja ingin keluar telanjang di depan mereka? Aku ingin bergegas
memberitahukan istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela tetapi aku belum
selesai membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak dapat aku cegah
lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan tubuh sedikit
berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi. Istriku membuka
pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka berempat,
"WOOWWW...!!!" seru mereka.
Pikiranku kacau
berkecamuk tidak karuan antara tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak
tahu lagi. Yang aku tahu, darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku
berdebar sangat keras, belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian
Doni dan Rizal pun tidak pernah se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku
sendiri bukannya langsung berlari ke arah ruang tengah malah memilih untuk
berlari ke arah jendela kamarku dan bersembunyi dan menyaksikan lebih dekat apa
yang akan dilakukan istriku tentang ini. Senjataku sudah langsung bereaksi
akibat hal ini. Istriku dengan masih mengucek-ngucek mata sedikit kaget dan
berkata, "lho... eh... aduhh... bapak-bapak kenapa di sini malam-malam
begini? Mas Naryo ke mana?!" Sambil sedikit berusaha menutupi dadanya,
tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu kemaluannya terlihat bebas. Keadaan
seperti sunyi sejenak, semua terpana akan bidadari malam mereka yang mereka
lihat. Mereka juga merupakan beberapa pria di daerah ini yang sangat mengagumi
istriku mungkin bukan karena kecantikan semata tetapi ini adalah yola wanita
yang terpopuler di desa ini, wanita terhormat, wanita yang dikagumi oleh
seluruh warga. Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri pasrah tanpa
sehelai benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini. Pikiranku sangat
kacau akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku menikmatinya?
Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali. Namun,
lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh kekurangajaran Pak
Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, "oh Mas Nar tadi keluar
sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada maling". Sambil melirik
dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono menyambung lagi, "dik Yola
ga usah malu tadi kita semua udah melihat liat dik Yola tidur telanjang kok
soalnya tadi kita keliling rumah untuk jaga-jaga maling selama mas Nar
pergi." Istriku menjawab, "eh iya maaf ya bapak-bapak habis di rumah
gerah sih" sambil dengan perlahan menurunkan tangannya tidak lagi menutupi
tubuhnya. Kini mereka benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan
istriku. Pak Mamat bertanya, "anu... dik Yola butuh apa kok malam-malam
bangun?" Istriku sudah mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak
serak, "itu pak haus mau ambil minum..." Pak Bayu dengan cepat
berdiri dan berkata, "sini saya ambilkan, dik Yola duduk saja di sini.
Istriku menjawab, "ehh... tidak usah pak aku ambil sendiri aja sekaligus
bapak-bapak mau kopi? saya buatkan" Mereka cuma tertawa dan tersenyum
saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan santainya berjalan ke
arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri saya ke dapur untuk
membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur dari sini. Maka saya harus
berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur dan mengintip istri saya bersama
pria gendut ini "bertelanjang" ria membuat kopi. Namun, Pak Yono
mulai menggodanya, "dik Yola ga kedinginan malam-malam ga pakai baju tidur
sendirian lagi?" Istriku dengan nada sebal menjawab, "eh ga kok, panas
akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana sih mas?" tanya istriku. Pak Yono
dengan sambil terus memandangi tubuh istriku berkata, "oh kurang tau ya
tadi si kita cuma dimintain tolong jaga kamu aja sih hehe..." Istriku
hanya diam saja sambil melanjutkan acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa
menyusul ke belakang, sambil berkata, "hayoo... ngapain berduaan di
belakang lama bener lagi." Istriku menyeletuk sebal, "ya ga
ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi." Pak Yono bercanda lagi, "buat
kopi dengan susu murni dong!" Sambil tertawa kurang ajar. Tetapi nampaknya
istriku pun tertawa mendengar lelucon itu. Istriku sambil cekikikan berkata,
"Pak kopinya tolong di bawaiin ke depan awas panas." Pak Yono
menyeletuk lagi, "dari tadi kita-kita juga udah panas dik, apa salahnya
kalau bawa yang panas-panas lagi hehe..." Istriku cuma diam saja dan
tersenyum ke arahnya sambil membawa secangkir kopi dan segelas air ke ruang
depan. Ketika menaruh kopi itu di meja depan istriku menunduk dan disaksikan
oleh mereka tertegun memandangi dada istriku yang ternyata pentilnya keras
sekali. Terlihat sekali bahwa dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia
horny atas perlakuan kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan
akal? Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, "dik Yola,
kata mas Nar tadi malam abis itu yah." Istriku mengkerutkan dahinya dan
berkata, "masa mas Nar bilang-bilang sih?!" dengan keheranan. Pak
Yono menyeletuk lagi, "hehe... ga bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya
bener tuh hehe ketauan yahhh." Semua tertawa. Istrikupun tertawa malu,
sambil memukul pundak Pak Yono, "idih apaan sih! uda ah aku mau tidur
lagi, tar mas Nar keburu pulang." Loh kok? Saya tidak mengerti apa maksud
dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak sungkan telanjang di
depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak Yono menyeletuk,
"oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama kita-kita?"
Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke arah kamar lalu
membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya melempar senyum kepada
mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka, "Wiihhhh... Suit
suittt... hoho..." Lalu istrikupun masuk ke kamar dan menutupnya.
Sedangkan aku, terdiam seperti patung, marah, cemburu, sedih, kesal, melihat
senyum istriku cantik sekali indah sekali senyumnya saat itu. Seperti senyum
ingin "dilahap" oleh para serigala ini. Tetapi, memang nafsu dan
senjataku tidak pernah berbohong, sekarang senjataku sudah keras seperti balok
kayu. Aku melihat istriku di kamar menghela nafas panjang sambil duduk di sisi
ranjang. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan?
Apakah ia menanti mereka masuk ke dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di
antara mereka berani masuk kamar untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam
saja melihat mereka mencumbu istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan
membatalkan niat istriku? Atau aku menunggu lebih lama lagi melihat apa yang
terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar gila. Akhirnya aku memutuskan untuk
kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja mereka sambil bertanya, "wah
uda pada buat kopi sendiri ya?" Pak Mamat dengan terbata-bata menjawab,
"eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk pak." Pak Yono
tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura bertanya, "dik Yola
mana mas? kita mau pamitan pulang nih." Aku berpura-pura menjawab,
"kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu." Mereka
terus-terusan tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat yola di kamar
sedang duduk, sambil berkata, "mah, ini ada rombongan ronda tadi jaga
rumah gara-gara lupa kunci pintu. Mau pada pamitan." Istriku menjawab
"oh ia pah sebentar" Akupun kembali keluar, lalu tak lama istriku
membuka sedikit pintu kamar kami sambil menyembunyikan tubuh telanjangnya di
balik pintu, dan berkata kepada mereka, "eh ia bapak-bapak terima
kasih." Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata Pak Yono dan Bayu
menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya dengan terpaksa istriku
membuka sedikit lebih lebar untuk dapat mengeluarkan sebagian bahunya keluar
kamar untuk bersalaman, di saat itu juga aku melihat bahwa dada kanan istriku
mencuat keluar kamar dan terlihat oleh kami semua, tetapi aku berpura-pura
tidak melihat. Sambil membiarkan dada kanannya terlihat istriku melambaikan
tangan kepada mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke kanan dan ke
kiri. Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan berkata
kepadaku, "terima kasih kopi susunya ya Pak Nar." Secara serempak,
Pak Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.
Aku memaklumi
mengapa mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke dalam kamar, kali ini tidak
lupa mengunci semua pintu. Melihat istriku berbaring dan tatapannya masih
kosong entah apa yang ia pikirkan, yang aku tahu dadanya sangat keras mengacung
tajam sekali. Belum pernah aku melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia
sangat-amat horny. Ia pun berkata, "pah, terusin yang semalam yuk."
Tanpa berlama-lama lagi aku menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali
masukknya karena ia sudah teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau
tidak karuan,"ohhh ssshhhh.... enakkkk pahh... terusin pahhh terusss"
Aku pun menghujamkan senjataku secara cepat dan kasar. Meremas dada istriku
dengan kasar memilinnya dan menarik pentilnya. Istriku berteriak keras,
"awww..... ssshhh terussss....." Aku menghisap dada istriku, dada
kanan yang telah dipamerkan kepada mereka tadi. "Dada yang nakal"
menurutku dalam hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin.
Kugigit perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, "pahhh uhhhh....
isshhhh....ehhhh...." Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku
berkata "pahh akkkuuu... keluarrrrrrr..... ngeeehhhh.... ssshh
ngehhh...." Seperti pada Part 1 kalau istriku mencapai puncaknya ia
bersuara seperti kambing aneh. Dan akupun tak dapat terbendung lagi,
tersemburlah semua lahar panasku ke dalam liang indah istriku. Akupun menjerit
tertahan, "ughh...." Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku
berkata, "papah hebat malam ini." Dalam hatiku berkata, bukan aku
yang hebat, tetapi kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan
mereka yang memuaskanmu kan malam ini?
Antara marah,
benci, ingin aku menampar istriku atas kelakuannya seperti wanita murahan tadi,
terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang memperlakukan istriku seperti istri yang
ingin ia bias "pakai" sesuka hati. Membuat aku bingung dan dilema
antara ingin dan berharap istriku diperlakukan seperti itu lagi, bahkan
sesekali aku berpikiran untuk membiarkan istriku di-"pakai" oleh Pak
Yono, si gendut jelek. Jika saja tadi mereka ingin me-"makai" istriku
mungkin yang aku lakukan hanya berdiam diri bersembunyi dan mengintip
membiarkan mereka mengayuh lautan birahi bersama istriku, mendengar racauan
desahan istriku bersama mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat berpikir
jernih lagi semenjak saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi oleh
lemparan senyum istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta
di-"pakai" oleh mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang
lebih memuaskan dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan
menghela nafas panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti
menginginkan sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya,
memanjakannya, melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak
dapat ku selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa
pada saat itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi
istriku beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan terakhir ini
tidak terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?
No comments:
Post a Comment