Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun
dan masih kuliah di tahun ke-tiga. Dalam libur Natal selama seminggu,
sepupu jauhku (anak dari sepupu mamaku) dari Semarang datang berkunjung
ke sini untuk menghadiri undangan pernikahan sekalian mengisi liburan.
Namanya Yessica, dia lebih muda dua tahun dariku dan sedang kuliah tahun
kedua di sebuah PTS di kotanya. Setelah lama tidak bertemu, hampir
tujuh tahunan aku sendiri agak pangling ketika menjemputnya di bandara,
soalnya penampilannya sudah jauh berbeda. Dia yang dulunya pemalu dan
konservatif kini telah menjadi seorang gadis belia yang modis dan
mempesona setiap pria, tubuhnya putih langsing dengan perut rata,
rambutnya juga hitam panjang seperti gadis Sunsilk. Dia tiba di sini
sekitar pukul tujuh malam, dari bandara aku langsung mengajaknya makan
malam di sebuah kafe. Ternyata dia enak juga diajak ngobrol karena kami
sama-sama cewek gaul, padahal waktu kecil dulu kami tidak terlalu cocok
karena waktu itu dia agak tertutup.
Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta
serta sempat berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang kebetulan bertemu
waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu ini,
belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng
kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan yang diadakan di
sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur
setelah melepaskan gaun pestaku dan menyisakan celana dalam pink saja.
Aku rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu
Yessica yang sedang memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan
banyak, kemungkinan dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.
“Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong,”
pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak sayu
karena pengaruh alkohol dan kelelahan.
Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu melepaskan kait
belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku membuka kait dan
menurunkan resleting gaunnya. Yessica pun memeloroti gaunnya sehingga
nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan milikku,
cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dengan bercelana
dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.
“Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?” katanya
nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil
membanding-bandingkan dengan tubuhku.
“Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!” ujarku sambil tertawa.
Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami cukup
seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan sex sehingga bukannya
tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi
ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara gamblang
kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku dan
kelihatannya dia juga terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia
menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya yang selingkuh
dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya curhat
padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari
matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu
dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati pria, aku
juga mengerti perasaannya, maka kurangkul dia dan kuelus-elus
punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar
tidak terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.
Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.
“Hh-mm.. Apa?”
“Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya (adeganku yang disyuting Verna, baca ‘Pembalasan Verna’)?”
“Mm.. Iya, so what?” jawabku sambil mengangguk.
“Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?”
“Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?” aku bingung karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.
Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini, akupun
menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku dan mengambil
VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang pertama di luar
geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer
memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan
seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya
membuat jantung kami berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir ketika
melihatku yang tadinya berontak akhirnya takluk dan menikmati diperkosa
oleh empat kuli bangunan itu.
“Hi… hi… hi… Malu-malu mau nih yee!” godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya.
Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film yang kubintangi
sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yessica karena waktu
nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.
“Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu” pintanya yang membuatku kaget.
“Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!” aku menolaknya.
“Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi”
“Jangan Yes, gua nggak enak ke lu”
“Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas
berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan”
katanya sok sejarah.
“Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?”
“Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya kontol kampung nih, please”
Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun terpaksa
menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak berkunjung ke sana,
pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa ‘barang
baru’.
Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah
sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamaku
memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana
rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu
dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica memakai gaun terusan mini
yang menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat
ke belakang dengan jepit rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta
sekitar jam sepuluh dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara
liburan yang menyebabkan jalan agak macet.
“Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi
kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa lagi” tanyaku
ketika sudah mau dekat.
“I’m ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa” katanya yakin.
Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.
“Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!” sapanya menyambut kami.
“Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru
bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya
Yessica”
Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru saja turun dari
mobil, Yessica juga mengangguk dan tersenyum padanya. Kusuruh Yessica
meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang,
setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.
“Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh”
“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu”
“Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng”
“Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini minta
digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting,
tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok”
Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku,
dia langsung bergegas mau menemui Yessica untuk langsung mulai. Tapi
buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.
“Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar
lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak sekalian
ikut makan aja yah” kataku sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC
dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
“O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih” tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
“Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu”
Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah
beberapa kali di sana bilang ‘halo.. Halo.. Siapa ini?’ untuk mengenali
suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke sini
dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti itu,
tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang besok siang
majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku
Yessica baru saja turun dari tangga lantai atas.
“Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!” kataku.
“Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh”
Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat
kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Joko
menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi,
itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres
sementara aku ke depan membukakan pintu.
Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung
memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir saling
berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di
pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih
yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what..
Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!
“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin
sama sepupu gua!” aku melepaskan pelukannya sebelum dia bertindak lebih
jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik
kalau rambutnya kaya sekarang” katanya sambil mengomentari rambutku
yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan
kembali kuhitamkan.
Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman.
Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan fried chicken
ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal
mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena
tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku,
ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.
“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!” omelku sambil menepis tangannya.
Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan
keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab waktu
ditanya aneh-aneh oleh mereka.
“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.
“Paha? Mana paha?” celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.
Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua
selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan Taryo
membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu
makanan di perut turun.
“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?” tanyaku pada Yessica.
“Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia
tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang yang
nggak pernah dia duga” tegasnya.
“Tuh mereka sudah beres Yes, showtime” kataku melihat kedua penjaga
villa itu keluar, “Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam”
Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami duduk
melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara.
Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku
mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting
Verna.
Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.
“Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok” saranku.
Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak
Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk bersimpuh, tangan
itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di
sebelah kanan meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena Yessica
meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher
jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu
wajahnya yang mulus.
Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap,
diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih tipis
yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka
resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar,
lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Bibir
mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka
keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan
resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga
disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya
mereka lucuti pula. Kini payudara montok saudaraku yang cantik ini
terekspos sudah.
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya
sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih
fokus ke momen itu.
“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil mensyuting.
“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas sebentar emutannya
untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek kemaluannya,
tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya,
begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol
Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran.
Yessica sendiri makin intens mengocoki penis Pak Joko sehingga penjaga
villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar.
Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring
ke samping) dan mengoral penisnya. Dengan bernafsu, Yessica melayani
penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah
pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya
sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya
sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang
menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya.
Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya sendiri.
Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin
becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan
membasahi jarinya.
“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke
wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang Taryo
yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak
Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia
menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo
mengerang nikmat.
“Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu” kata Taryo
sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan
dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak
karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi
tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.
“Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol lu
kan gede” bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!” tangkis Taryo
memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya
mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa
lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum penis
Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya
terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan
Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu
bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang
mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.
Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang
meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua
jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan
lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan
vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting
mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah
mulai lembab.
“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko
makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot vaginanya
selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang
hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat. Puas
menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica.
Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya.
Tangannya yang satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain
membimbing penisnya memasuki liang itu.
Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas
penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica
menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke
dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat
jepitan vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke
selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai
naik-turun di pangkuannya, payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak
Joko.
Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung
disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit, Taryo
sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.
“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya panjang.
Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum
nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di
saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga
erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu
dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis Taryo kelihatan
sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.
“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra” komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa
sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge penisnya, Taryo
bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia
caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara
yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan
sahut-menyahut memanaskan suasana.
Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala mendongak ke langit
bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo
erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah
ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah
terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum
saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica
sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap. Pak
Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling
menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta
gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam
mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia
bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke
bahu, Taryo menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.
Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk besar,
lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang kesakitan
saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu,
tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum
terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat
akibat himpitan dinding vaginanya
“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya ketika melakukan penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau
tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti payudaraku
sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo
mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan
rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping
mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati
penisnya dipijat Yessica sambil meremas payudaranya.
Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali
digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya
meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan,
desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko
merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut
dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko
juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas penisnya Taryo
mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar
sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar
mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke depan
sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.
“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.
“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan” kata Yessica dengan suara lemas.
“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke
anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan
digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.
Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana,
kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur,
keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan
setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga
mentok.
“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang
senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus
itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah
bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku
sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.
Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi
kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus menggenjotnya hingga beberapa
menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan menelentangkan Yessica di
tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di
dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan
mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas,
Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan
mengatur kembali nafasnya.
“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.
“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.
“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.
“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!” kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup
pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku,
kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo minum?”
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya.
Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam posisi setengah
tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air.
Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan
mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan
saling belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun
dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.
Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa.
Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak
menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat
di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan
keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap
bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya
hingga bentuknya memanjang.
Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku
sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia
langsung melahapnya dengan rakus.
“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas.
Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada
kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku
yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin
sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus
meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang
sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar.
Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya.
Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan
dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina.
Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek
lubang vaginaku.
Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya
sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang
beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari
penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi
sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku.
Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia
keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan
kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu
setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin
memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.
“Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit
untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara
memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi,
aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit
jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku,
sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang
mengikuti irama goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang
sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari
meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai,
tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku
tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang,
posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.
Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami
beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur
dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku
lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah
menetes-netes di meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya yang
masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku
bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi
masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
“Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!”
“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”
Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku
ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada
hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar
suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.
Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana
kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot
sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan
sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya
kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.
“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak Taryo.
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air,
di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin
dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.
“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding
kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit
tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke
telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu
kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan penisnya ke
vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis
itu ke vaginaku.
Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur
tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang
di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah
menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat
dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas
membuatku semakin tak karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima
meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica duduk di
atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis Pak
Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak
Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh
perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai
orgasme berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah
sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya dengan
dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang
membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku
klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat mengalir
mengisi rahimku.
“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat.
Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu
bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan
setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo
lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang
mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga
sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan
terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan
mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua
di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.
“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!” ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!” jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
“Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja”
“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja
kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar dari kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air
putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku
menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil
rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!” godaku melihat
keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu
rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua
dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.
“Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku mendadak baru ingat
limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman
itu.
Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya
sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya belum terlalu
banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath
dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja
handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm.. Segarnya
berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian
hilang sudah oleh kesegarannya.
Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton handycam
yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga membantu Yessica
mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun
menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air membersihkan
busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yessica ke
kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar
mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku
berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju
kolam.
“Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?” sapaku.
“Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain,”
jawabnya, “Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian bawain makanan”
Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica yang
masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan body
lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo
datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok
istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. Kami makan di
meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal
perut.
Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.
“HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!” kataku padanya.
Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis
sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal, saat
itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.
“Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.
Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya
kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami berdua membereskan
sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus
ke tempatnya.
“Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!” teriakku padanya,
“Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum
keluar-keluar sih”
Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo
sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap Yessica yang
duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif
bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya yang
terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya
terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara
kerimbunan bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.
Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica
hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa
nikmat.
Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.
“Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak”
“Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya” jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.
Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah ereksi.
Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan
menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian batangnya
hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya
dengan tanganku.
Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan
Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya, ternyata,
keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah,
Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling
memagut bibir dengan Taryo.
Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan
mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-hisap.
Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh
aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica
sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih mengenakan
kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang
menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina
Yessica, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yessica menegang
kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.
Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah
hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya. Tangannya
meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka.
Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada
kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak
menempel apapun lagi.
Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di
sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan tubuh
telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti
posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yessica
yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia
memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku
lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan
rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku,
disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi,
bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.
Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku.
Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat
kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih
terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari
masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan
dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan
tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa
kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli
seperti ini.
Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih
Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang dan
mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun,
tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak
Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai
telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku
merasakan benda tumpul menyeruak ke vaginaku.
Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment
penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman
penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu
dia memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya seperti sedang dibor
saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku
selalu mendesah:
“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”
Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang berada
di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia menggoyangkan
tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas
payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi
siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti
hatinya.
“Randy bangsat.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa!
Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan
itu!!”
Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku
pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya
keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme
dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru
semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan tubuhku
menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini
penisnya menancap lebih dalam ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah
kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa menoleh.
Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya mendapat kuluman
Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica menggoyangkan
tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan
mulut dan mengulumnya lagi.
“Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku
sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!” erangnya terengah-engah
melampiaskan dendamnya
Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke payudaraku,
putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku
merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara
situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yessica
didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih
mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh
keliarannya. Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks,
dia mencabut penis itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah
dan menjilati serta mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo
sampai merem-melek dan mendesah-desah dibuatnya.
Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot
bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah Yessica, Yessica
terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu
masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan
sperma. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih
menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot.
Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya
jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan merata di
wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar
di dadanya, keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku makin berdenyut.
“Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat
sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang menandakan orgasmeku
bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku.
Dia melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di
dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh payudaraku
hingga basah mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di
bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam
benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan
sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring
bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun
dengan cepat karena ngos-ngosan.
“Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!” terdengar Yessica berkata dari sebelahku.
Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan
membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol beberapa menit
sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.
Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup
selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi. Jendela sudah
terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar
suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela,
di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun.
“Yes.. Ooii!” sapaku sedikit teriak sambil melambai, “Mana tuh dua orang itu!?”
Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, “Nggak tahu tuh, kalau Pak
Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!”
Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga,
aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di sebelah dengan
memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan
halaman depan.
“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!” kataku sambil mengelus dada, “O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?”
“Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi
pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari ini
nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!”
Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru
sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan kembali.
Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.
Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi
bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan. Habis makan aku
mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati
suasana pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua
orang yang kami temui (terutama pria) memperhatikan kami, bahkan
beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku
memakai pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok
mini warna hitam dengan atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga
mencetak bentuk badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini
tidak banyak angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah
tertiup angin kemana-mana.
Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa
sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah lebih
beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika pulang
kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan
beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan
familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena
sibuk melayani mereka.
Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting,
dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam, padahal
menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi
kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.
Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku mensyutingnya
lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo menggarapku
kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi
aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah
mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha
mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun
tidak kalah aktif, dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar
celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih
Yessica. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.
Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke kamar
mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica menyandarkan
tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil
menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia
menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya
yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke
payudaranya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh
Yessica.
Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki
kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki lubang
senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi
berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang
mengalahkan suara shower.
“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil mempererat pelukannya.
Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di wajahnya.
Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini. Malam
harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil
menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk
melayani penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin
keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya.
Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai
kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda itu ke
vaginaku.
“Uuugghh..!” desahku saat benda itu menusuk ke dalam.
Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah
merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya goyanganku
membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya nampak
lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya
dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya sambil terus
menyedot vaginanya.
“Ahh.. Ohh.. Pak!” desah Yessica sambil menggeliat-geliat.
Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali
ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak Joko
menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku,
di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang
sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati vaginanya
yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya
hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm.. Dia memakai pembersih
kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal
dengan aromanya.
Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan
memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang mau
meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak.
Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku
kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia mengincar
Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang masih
mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia
mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil
menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak
Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon
goyangan badannya.
Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi
berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah beraksi
menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan
yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun semakin
menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica. Rasa
nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu
lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati vaginaku,
duburku pun tidak luput darinya.
“Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!” demikian desahku menghayati setiap jilatannya.
Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami
menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang
sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan
rakus sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut
penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko
mengoral penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati penis
yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik kecilnya dengan
kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke
wajah kami. Kami masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir,
pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan
kami. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kami sedikit
berebutan untuk mendapatkannya.
Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.
“Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek” pujiku.
“Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!” katanya dengan tersipu malu.
“Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak”
sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada dadanya.
Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis
muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya. Dia
juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa muda
kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke
Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan padanya, Yessica
pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami
bersamaan.
Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke Verna
untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang paling lengkap
walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd
masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk
kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku
seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan
dengan pacarnya setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton
bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir
pada cowoknya sebelum berpisah adalah…
“Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!”
Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat tahun
darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang dikendalikan katanya.
Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met skripsi
juga Yes, good luck and success.
No comments:
Post a Comment