Tuesday 8 March 2016

cerita seru Berkunjung ke Desa


“hhhooaahhmm,,”, aku menguap sehabis bangun tidur. Mataku masih kerenyep-kerenyep sehabis bangun tidur, lalu aku meraih jam dan melihat jam berapa sekarang.
“ya ampun, udah jam segini, mampus gue”, aku kaget setengah mati melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi, padahal waktu pengambilan rapor adikku jam 10.15, makanya aku langsung loncat dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi sambil membuka kaosku. Aku mandi cepat-cepat dan membersihkan tubuhku sintalku agar menjadi segar dan wangi. Aku keluar dari kamar mandi dan langsung mengeringkan badanku dengan handuk. Setelah kering, aku langsung memakai baju yang tersisa di lemariku yaitu kaos putih dan celana jeans. Saking terburu-buru, aku lupa memakai cd dan bh sehingga puting dan bentuk payudaraku yang bulat tercetak jelas di kaosku. Aku langsung mengunci pintu rumah, lalu menuju garasi untuk mengeluarkan mobil. Setelah mobilku keluar dari garasi dan sudah berada di depan gerbang rumah, aku keluar kembali untuk mengunci gerbang rumah, kemudian aku langsung masuk ke dalam mobil lagi dan menginjak pedal gas dalam-dalam alias ngebut.
Aku yakin bahkan Ananda Nicola pun kalah dengan caraku menyetir, belok sana belok sini untuk menghindari kendaraan lain. Aku memang gila kalau sedang menyetir dengan terburu-buru karena aku diajari oleh mantan pacarku yang kelima. Akhirnya, sampai juga di sekolah adikku yang juga dulu merupakan sekolahku. Aku langsung keluar dari mobil sambil membawa tas tanganku, lalu aku berlari kecil masuk ke dalam sekolah.
“fiuuhh,,”, aku lega karena sampai pada waktunya. Aku langsung menuju ke kelas adikku sambil bernostalgia ketika aku masih SMP dulu, dimana aku masih lugu, tomboy, dan badanku masih dalam tahap berkembang. Sambil mengenang masa lalu, tak terasa sudah berada di depan pintu kelas adikku.
“tok,,tok,,tok”, aku mengetuk pintu lalu membuka pintu dengan perlahan.
“yak, silakan masuk”, sapa bapak yang duduk di meja guru. Spontan, aku langsung jadi pusat perhatian karena ternyata orangtua murid lainnya sudah duduk di bangku yang ada label nama anak mereka masing-masing.
“maaf, saya telat”.
“oh, gak apa-apa, ini juga baru dimulai, mari, silakan duduk Bu”.
“terima kasih”.
“ah, enak aja, gue dipanggil ibu, emangnya gue kayak ibu-ibu apa”, gumamku dalam hati. Aku langsung ditunjukkan dimana Rini duduk oleh bapak itu. Ternyata, Rini duduk di barisan depan, tepat di dekat pintu masuk. Aku langsung menuju tempat duduk Rini, disana sudah ada seorang kakek-kakek, ya kira-kira berumur 53 tahunan.
“permisi, pak”.
“o, ya, silakan”. Kakek itu berdiri agar aku bisa masuk ke dalam, lalu aku duduk begitu juga kakek itu.
“ya, pembagian rapor akan dimulai, orangtua dari Adam Jaya”, lalu orangtua dari Adam Jaya maju ke meja guru, sementara orang tua yang lain bebas melakukan apa saja. Daripada bosan menunggu, aku mengajak ngobrol kakek yang ada disampingku.
“maaf pak,, nama anak bapak siapa ya?”.
“nama anak saya Dani, nama anak Anda siapa?”, tanyanya balik.
“Rini, tapi bukan anak saya”.
“jadi?”.
“Rini itu adik saya pak”.
“sudah saya duga”.
“emang kenapa pak?”.
“soalnya Anda masih muda jadi gak mungkin kalau Anda seorang ibu”.
“ah, bapak bisa aja”.
“Dani Adiswara”. Lalu kakek itu maju ke depan, sementara aku jadi sendirian lagi, aku memutuskan untuk mengutak-atik hpku, ternyata ada sms dari Rini, katanya dia sedang ada di depan sekolah bersama teman-temannya. Tak lama kemudian, kakek yang tadi duduk disebelahku selesai menerima rapor anaknya, dan dia pun keluar dari kelas sambil pamit padaku. Lama juga menunggu nama Rini karena Rini absen terakhir di kelasnya. Menit demi menit kulalui dengan kebosanan hingga akhirnya nama Rini dipanggil. Aku langsung berdiri sambil merapikan bajuku yang sangat ketat. Aku duduk di hadapan orang itu, setelah kuperhatikan dengan seksama ternyata wali kelas Rini adalah mantan wali kelasku ketika aku masih kelas 2 SMP dulu.
“pak Herman !”, kataku sambil terkejut.
“maaf, apa Anda mengenal saya?”, tanyanya heran.
“ya ampun, masa bapak lupa sih, ini Bunga, Pak”.
“Bunga? eemmm,,”.
“iya, Bunga yang dulu tomboi”.
“ooh,, Bunga si bintang basket”.
“iya pak, akhirnya bapak inget juga”.
“maaf loh,, Bapak sampai pangling,, abis kamu berubah banget sih”.
“iya dong pak,, masa Bunga jadi tomboy terus”.
“sekarang kamu jadi makin cantik”, komentarnya melihat aku dari ujung rambut hingga ujung kakiku terutama payudaraku. Ketika aku masih SMP dulu, aku menjadi ‘objek’ pak Herman, waktu itu dia suka mencubit pipiku, mengelus-elus rambutku dan kadang-kadang menepuk pantatku, tapi dia tidak melakukan pelecehan terhadapku di sekolah melainkan di rumahnya ketika waktu itu aku sering berkunjung ke rumahnya.
“oh jadi Rini itu adik kamu, pantas cantik”.
“ye si bapak bisa aja, mana rapor Rini, Pak”.
“oh ya, Bapak hampir lupa, ini”, kata pak Herman sambil menyerahkan rapor Rini. Aku langsung membuka rapor Rini karena penasaran, selama aku melihat rapor, aku sempat menangkap pak Herman sedang menatap payudaraku yang tercetak jelas di kaosku begitu juga putingku.
“buset, nih pak guru gak berubah, tetep aje mata keranjang”, komentarku dalam hati.
“nngg,, Bunga, bapak boleh tau nomer hp kamu?”.
“ya bolehlah, masa gak boleh”. Aku meminta hp pak Herman dan memasukkan nomerku.
“nih pak, yaudah kalo gitu, Bunga pulang dulu ya”.
“kapan-kapan bapak telpon kamu ya”.
“sip pak”. Aku meninggalkan pak Herman sambil memperlihatkan pantatku yang bergoyang ke kanan dan kiri kepada pak Herman. Aku keluar dari kelas dan menuju keluar sekolah. Di depan gerbang sekolah, Rini sudah menanti dengan teman-temannya ada yang cewek dan ada beberapa juga yang cowok.
“gimana kak, rapor Rini,,??”.
“kamu gak naik kelas,,”.
“apa kak?!”.
“hehe,,nggak cuma be’canda kok, rapor kamu bagus banget malah”, kataku sambil menyerahkan rapor ke Rini. Rini langsung membuka dan melihat rapornya, teman-teman Rini yang cewek memperhatikan rapor Rini yang dihiasi dengan nilai 8 ke atas. Sementara 3 temannya yang cowok hanya berpura-pura melihat rapor Rini karena sebetulnya mereka mencuri-curi pandang ke arahku, entah ke putingku yang tercetak di kaosku atau wajahku.
Dan untuk bagian bawah, aku memakai celana jeans panjang, lalu aku memakai parfum dan make-up. Hpku berbunyi lagi.
“halo Bunga”, aku melihat nomer yang menelponku nomer pak Herman lagi.
“ada apa lagi pak?”.
“anu, kayaknya bapak tidak jadi”.
“kenapa pak?”.
“tiba-tiba bapak ada rapat penting”.
“oohh begitu,,”.
“maaf ya Bunga”.
“akh, gak apa-apa pak”. Setelah aku menutup telpon, aku bingung mau kemana, kan sayang make-up yang sudah aku poles di wajahku kalau aku tidak kemana-mana.
“oh iya,, gue ke desa aja ah,,sekalian refreshing”, kataku. Aku menyiapkan koper dan mengisinya dengan pakaian-pakaianku. Lalu aku mengunci semua jendela dan pintu rumah, kemudian aku langsung menaruh koper di bagasi dan memacu mobilku setelah mengunci gerbang. Dalam waktu 2 jam, aku sampai ke desa tujuanku, untungnya jalanan yang menuju rumahku sudah bagus sehingga mobilku bisa melaju sampai ke rumahku.
Di depan rumahku, ada 1 orang kakek yang sedang membersihkan di sekitar rumahku. Kakek itu bernama Mang Karyo, umurnya 62 tahun, dia menjaga rumahku yang ada di desa, tentu sesuai umurnya yang sudah lanjut, wajahnya sudah terlihat tua, badannya kurus, dan kulitnya hitam karena sering terbakar matahari. Aku memberhentikan mobilku tepat di depannya yang sedang mencabuti rumput. Dia berdiri dan memberi salam.
“pagi nyonya..”, sapanya. Aku membuka kaca mobilku.
“enak aja,, nyonya,, Bunga kan belum nikah”.
“eh, non Bunga toh, Mang Karyo kirain nyonya”.
“Mang Karyo, Bunga masuk dulu ya”, aku memasukkan mobilku ke dalam garasi dengan sangat perlahan dan hati-hati. Lalu aku turun dari mobil dan menuju ke dalam, tiba-tiba sepasang tangan meremas-remas payudaraku, membuatku kaget.
“aduh,, Mang Karyo,,”, kataku manja karena aku tau orang yang ada hanya aku dan Mang Karyo.
“non Bunga makin montok aja”.
“montok sih montok tapi jangan diremes-remes gini dong,,emangnya dada Bunga mie remes apa”.
“yah si non Bunga kok jadi galak gini sih”, katanya protes sambil menjauhkan tangannya dari payudaraku.
“bukannya gitu Mang,, Bunga kan baru nyampe,, ntar aja kalau Bunga udah mandi ‘n istirahat”.
“oh ya,,maaf ya non,,abis Mang Karyo udah kangen sih ama non Bunga”.
“tenang aja Mang,, Bunga bakal nemenin Mang Karyo sampai minggu depan..”.
“asikk!!!”, teriaknya kegirangan.
“segitu girangnya..”.
“ya iyalah,, siapa yang gak girang kalau ditemenin cewek cantik kayak non Bunga”.
“aahh,, Mang Karyo bisa aja,, udah Mang, selagi Bunga istirahat, mendingan Mang Karyo terusin cabut rumputnya”.
“ok,, tapi abis cabutin rumput,, boleh kan?”.
“boleh,,boleh”, jawabku sambil tersenyum. Mang Karyo pun langsung keluar untuk meneruskan aktivitasnya, sementara aku mengambil koperku yang ada di bagasi mobil dan masuk ke dalam. Aku memang sudah hampir 6 bulan lebih tidak ke rumahku yang ini karena aku selalu malas tapi kali ini selagi 2 minggu ke depan kuliahku libur, dan di rumah yang di kota tidak ada siapa-siapa, jadi aku memutuskan untuk menghirup udara desa yang masih segar.
Sudah menjadi kebiasaan kalau aku kesini, aku selalu menyerahkan tubuhku untuk dinikmati Mang Karyo. Aku ingat dia adalah orang yang memerawaniku ketika aku masih kelas 2 SMA, memang pertama kali dia memperkosaku, tapi selanjutnya aku tidak menolak untuk menyerahkan tubuhku kepadanya. Mang Karyo lah yang mengajariku semuanya tentang seks, mulai dari posisi, foreplay, dan lainnya. Penis Mang Karyo adalah penis yang pertama kali memasuki semua lubang-lubangku mulai dari vagina, anus, dan juga mulutku. Sejak saat itu, aku jadi merasa kalau tubuhku memang diciptakan untuk Mang Karyo karena penis-penis lain yang pernah mengisi vaginaku tidak bisa dibandingkan kenikmatannya apabila dibandingkan dengan rasa nikmat ketika penis Mang Karyo mengisi vaginaku. Setelah beristirahat sejenak, aku mandi agar badanku benar-benar terasa segar. Karena aku pikir di rumah hanya ada aku dan Mang Karyo yang sudah sering melihat tubuhku, aku memutuskan untuk tidak memakai apa-apa setelah keluar dari kamar mandi.
Setelah aku mengeringkan tubuhku dengan handuk, aku menuju ke ruang keluarga untuk menonton tv. Tak lama kemudian Mang Karyo masuk ke dalam, dan langsung menuju aku yang sedang menonton tv.
“waduh, non Bunga kok nonton tvnya gak pake baju”.
“enak Mang,,lebih adem”.
“alah, non Bunga ada-ada aja”.
“udah nyabutin rumputnya Mang? Kok cepet banget sih?”.
“iya, Mang cepet-cepet nyabutin rumputnya, abis udah gak sabar pengen ngerasain memek non Bunga”.
“udah Mang Karyo minum dulu sana, ntar baru deh,,”.
“ok non”. Lalu dia pergi ke belakang untuk membuat minuman, tak lama kemudian Mang Karyo kembali lagi sambil memegang minuman. Dia berdiri di depan televisi.
“non Bunga,, kayaknya kalau diliat-liat,,toket non Bunga jadi tambah gede deh..”, komentar Mang Karyo.
“wuih,, iya dong!!”.
“jangan-jangan non Bunga disuntik…emm..apa tuh namanya?”.
“suntik silikon??”.
“nah iya,, itu maksud Mang”.
“yee,,enak aja,,ini asli kok,, pegang aja kalo gak percaya”, kataku menggodanya.
Tentu saja Mang Karyo langsung menuju ke arahku yang sedang memegang dan meremas-remas payudaraku sendiri.
“eeiitt,,mendingan kita mainnya di kamar aja, Mang”.
“bener juga,, yok”. Lalu aku berdiri dan langsung menuju kamar yang ada di lantai 2 dengan Mang Karyo mengikutiku di belakang, sambil menuju ke kamar, Mang Karyo terus mengelus-elus dan sesekali menepuk bongkahan pantatku, mungkin dia gemas melihat bongkahan pantatku yang padat. Begitu sampai, aku langsung mengambil posisi tidur terlentang dan membuka kakiku lebar-lebar agar vaginaku yang merupakan tempat bersangkarnya penis Mang Karyo bisa dilihat olehnya. Sementara Mang Karyo dengan terburu-buru membuka baju dan celananya, tak lama kemudian, Mang Karyo sudah bugil di hadapanku sehingga aku bisa melihat badannya yang kurus dan hitam serta benda tumpul yang sudah mengacung tegak di tengah selangkangannya.
“non Bunga,, kayaknya Mang Karyo bau matahari deh, kalo mandi dulu gimana?”.
“terserah, Mang Karyo, mau mandi apa mau langsung”, kataku sambil mengelus-elus vaginaku untuk membuatnya berpikir dua kali sekaligus untuk merangsang diriku sendiri.
“emang gak apa-apa non?”, tanya Mang Karyo.
“nggak apa-apa kok,,”.
“asik,, non Bunga emang pengertian banget”. Lalu dia naik ke ranjang dan duduk di depan vaginaku.
“Mang, terusin dong,,Bunga capek nih”, kataku sambil menghentikan mengelus vaginaku sendiri.
“itu mah gak usah disuruh non,,”. Mang Karyo langsung melebarkan kakiku agar dia bisa menyelipkan kepalanya di antara kedua pahaku. Mang Karyo membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan tengahnya. Tanpa basa-basi lagi, Mang Karyo mulai menjulurkan lidahnya menyentuh bibir luar vaginaku membuat rasa nyetrum mengalir di sekujur tubuhku, lalu Mang Ucup mulai menjilati daerah selangkanganku, menyapu bibir luar vaginaku dari atas ke bawah dan sebaliknya menggunakan lidahnya.
“aahh,,teeruss Mangg,,ennakk”, erangku. Semakin lama, Mang Karyo semakin bernafsu melahap vaginaku sehingga dia lebih membenamkan kepalanya ke selangkanganku, secara spontan, aku merapatkan kedua pahaku sehingga kepala Mang Karyo terhimpit oleh kedua pahaku yang putih mulus.
Mang Karyo mendorong kakiku sehingga kini kakiku berada di samping kepalaku, dalam posisi seperti ini dia lebih leluasa untuk memainkan vaginaku baik dengan lidahnya atau jarinya. Aku hanya bisa mengerang keenakan menerima semua serangan mulut dan permainan jari oleh Mang Karyo terhadap vaginaku. Mang Karyo kini tidur terlentang dan menyuruhku untuk menduduki wajahnya, begitu aku duduk di wajahnya, Mang Karyo langsung melanjutkan aktivitasnya. Dan tanpa sadar aku menggerakkan tubuhku maju mundur untuk menggesek-gesekkan vaginaku ke wajah Mang Karyo. Mang Karyo menahan dan menarik tubuhku ke bawah seolah ingin terus menjilati vaginaku. 5 menit sudah, lidah Mang Karyo bermain-main di selangkanganku, akhirnya aku mencapai orgasmeku yang pertama. Mang Karyo langsung menampung semua cairanku dengan membuka mulutnya, dia pun menyeruput habis semua cairanku hingga tak bersisa.
“hhh,,hoshh,,haahh”, nafasku tersengal-sengal setelah orgasmeku yang pertama. Lalu aku agak mundur dan duduk di dadanya.
“gimana Mang? Enak gak?”.
“enak banget non Bunga, malah tambah manis”.
“sekarang gantian ya Mang, Bunga di bawah, Mang Karyo di atas”.
“gak berat non?”.
“gak apa-apa kali Mang,,”. Lalu kini aku yang berada di bawah dan Mang Karyo menindih tubuhku. Kami saling memainkan alat kelamin, Mang Karyo memainkan vaginaku sementara kepalaku kini berada di selangkangan Mang Karyo yang agak ‘huuff,, gak nahan baunya’, tapi karena aku sudah terbiasa jadi aku tetap menjilati onderdil Mang Karyo hingga ke buah zakarnya dan juga sekitar daerah pantatnya. Aku agak kesusahan melakukan oral service karena penis Mang Karyo berukuran 20 cm dan berdiameter 5 cm. Ketika aku sedang asyik menjilati dan menelusuri batang kejantanan milik Mang Karyo yang ada di hadapanku, aku mengalami orgasme keduaku. Aku cepat mencapai orgasmeku yang kedua karena Mang Karyo memfokuskan permainan lidahnya di klitorisku sehingga aku tidak tahan dan mencapai orgasme dalam waktu yang singkat.
Spontan, Mang Karyo langsung agak memajukan tubuhnya sehingga penisnya menggesek wajahku. Mang Karyo menyeruput cairan yang meleleh keluar dari vaginaku dan mengalir ke selangkanganku.
“sllurrpp,,sslluurrppp”, bunyi yang keluar ketika Mang Karyo menyeruput semua cairanku. Sambil menunggu Mang Karyo meminum habis cairanku, aku menjulurkan lidahku untuk menyentuh kepala penis Mang Karyo yang ada di mulutku. Setelah Mang Karyo menyimpan semua cairanku di mulutnya, dia langsung memutar badannya sehingga kini wajah kami saling bertemu, Mang Karyo langsung mencium bibirku dan melumat bibirku sehingga aku bisa merasakan cairanku sendiri yang tersisa di bibir Mang Karyo. Lidahnya bergerak-gerak di dalam rongga mulutku, aku pun memainkan lidahku untuk membelit lidahnya, nafasnya terasa bau tapi untungnya aku sudah terbiasa menerima ciuman Mang Karyo. Lalu dia melepaskan ciumannya dan terlihatlah ludah kami saling menempel.
“Non Bunga emang mantep ciumannya”.
“Mang Karyo, langsung aja yuk,, udah gak tahan nih”.
“wah, non Bunga udah kangen ya ama kontol Mang Karyo”.
“iya nih, makanya cepetan dong”. Mang Karyo langsung melebarkan kedua pahaku, lalu secara perlahan dia memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku, penisnya yang berurat bergesekan dengan dinding vaginaku ketika senti demi senti penis Mang Karyo memasuki liang vaginaku.
“mmhhh,,”, desahku. Akhirnya, penis Mang Karyo sudah berada di dalam vaginaku. Dari dulu aku sudah menduga kalau vaginaku memang diciptakan untuk menerima penis Mang Karyo karena vaginaku terasa penuh tapi sama sekali tidak terasa perih. Mang Karyo mulai menggerakkan pinggulnya, sementara aku melingkarkan kakiku di pinggangnya. Mang Karyo sengaja menggenjotku dengan perlahan, dia membiarkanku terbiasa menerima penisnya di dalam vaginaku yang sudah 6 bulan tidak dimasuki penis Mang Karyo yang ‘wow’ itu.
“aahh,,uummhh,,oohh”, erangku menerima penis Mang Karyo yang keluar masuk vaginaku dengan sangat perlahan seolah Mang Karyo ingin benar-benar merasakan betapa hangat dan sempitnya liang vaginaku. Tentu saja selama memompa penisnya, Mang Karyo melumat habis bibir dan kedua buah payudaraku sehingga bibir dan payudaraku berlumuran air liurnya. Sekarang yang terdengar hanyalah desahan-desahan yang keluar dari mulutku. Orgasmeku yang ketiga sudah di ambang batas ketika setelah 5 menit Mang Karyo menyarangkan penisnya di dalam vaginaku, dan akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang ketiga, tentu saja cairanku tertahan oleh penis Mang Karyo yang mengisi liang vaginaku. Mang Karyo diam sejenak, sambil terus melumat bibirku.
“non Bunga, ganti posisi yuk”. Aku hanya mengangguk lemah karena tenagaku belum terkumpul setelah orgasmeku yang ketiga tadi, dia mencabut penisnya dari vaginaku dan menyodorkan ke mulutku, aku langsung menjilati batang Mang Karyo yang berkilauan karena berlumuran cairanku sendiri.
Setelah cairanku yang ada di penis habis kujilati sendiri, Mang Karyo langsung tiduran, dan aku menaiki penisnya kemudian aku mulai menurunkan tubuhku sambil membimbing penisnya masuk ke dalam vaginaku. Aku mulai menggerakkan tubuhku naik dan turun, Mang Karyo mendorong tubuhnya ke atas sehingga penisnya sangat terasa masuk ke dalam vaginaku membuat sensasi yang kurasakan menjadi lebih nikmat. Aku memajukan tubuhku agar aku bisa memberikan payudaraku untuk bisa dilumat oleh Mang Karyo. Aku mendapat orgasmeku yang keempat dalam posisi, entah karena aku yang memang gampang mencapai klimaks atau karena penis Mang Karyo yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat aku mencapai orgasmeku yang oh my god, udah keempat kali. Aku dan Mang Karyo berhenti bergerak karena nafas kami tersengal-sengal dan tubuh kami sudah basah oleh keringat kami masing-masing. Aku menciumnya, lalu aku bangun dan mengambil posisi menungging.
“hhh,,ayo Mang lanjut,,pakee posisi favorit Mang Karyo..”.
“asik,, gaya anjing kawin,, non Bunga tau aja deh,,”.
“iya duuong,,udah Mang,,ayo cepetan”.
Mang Karyo langsung menancapkan penisnya ke vaginaku dengan kencang hingga terasa mentok di dalam vaginaku. Lalu aku bertumpu pada kedua tanganku, dan Mang Karyo mulai menggenjot vaginaku tanpa ampun karena dia memompa vaginaku dengan cepat dan menekannya kuat-kuat ke dalam vaginaku. Anehnya, aku sangat menikmati permainan cepat Mang Karyo bahkan aku sampai berteriak.
“teeruuss Mang,, entotin Bunggaa,, jangan berhentii…hamilin Bunga,,oohhh”. Seperti mendapat semangat dariku, Mang Karyo menambah kecepatan genjotannya menjadi 2 kali lipat, bahkan dia memompa vaginaku dengan cara menekan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku dan menariknya hingga keluar dari vaginaku dengan sangat perlahan, cara ini terus ia lakukan hingga 10 menit ke depan.
“aawwhh,,”, erangku kencang setiap kali Mang Karyo menghujamkan penisnya ke vaginaku dengan kuat. Kemudian Mang Karyo mengganti teknik menguleknya.
Kali ini Mang Karyo tetap mendorong penisnya dan mengeluarkan seperti sebelumnya, tapi setelah Mang Karyo mencabut penisnya keluar dari vaginaku, dia langsung menghujamkan batangnya ke dalam lubang anusku. Secara spontan, aku berteriak kaget karena tiba-tiba benda tumpul milik Mang Karyo menyeruak masuk ke dalam anusku tanpa permisi. Aku hampir mencapai orgasmeku yang kelima, tapi aku berusaha mati-matian menahannya agar aku bisa mencapai klimaks bersama-sama dengan Mang Karyo. 5 menit kemudian, Mang Karyo lebih memfokuskan untuk menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku dan mempercepat irama genjotannya yang menandakan sebentar lagi kalau dia akan orgasme dalam posisi yang pertama yaitu aku di bawah dan Mang Karyo di atas.
“akkhh,,keluaarr non,,oohh”, erangnya ketika Mang Karyo orgasme dan memuntahkan lahar putihnya ke dalam vaginaku, bersamaan dengan itu aku melepas orgasmeku yang kutahan-tahan dari tadi sehingga di dalam vaginaku bercampur antara cairanku dengan sperma Mang Karyo.
Mang Karyo menciumi dan menjilati wajahku, sementara aku memeluknya dengan erat, sambil menunggu Mang Karyo selesai menyemburkan spermanya. Lebih dari 5 kali, Mang Karyo menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Setelah kami sudah bisa mengatur nafas kami masing-masing dan penis Mang Karyo sudah kembali ke ukuran semula, Mang Karyo mencabut penisnya dan langsung menyodorkan penisnya untuk kubersihkan, tanpa disuruh lagi, aku langsung membersihkan penis Mang Karyo sebersih mungkin hingga akhirnya kinclong kembali. Lalu, Mang Karyo tidur di sebelahku dan menghadap ke arahku, dan akupun menghadap ke arahnya.
“non Bunga emang mantep banget maennya,,”.
“Mang Karyo juga,, gak berubah,, selalu bikin Bunga puas banget”.
“iya dong,,Mang Karyo!!”, dia berkata dengan sombongnya.
“oh ya Mang, kayaknya peju Mang Karyo banyak banget deh..”.
“iya, kan udah 6 bulan lebih, si Otong gak ngeluarin isinya”.
“ah, yang bener, emang Mang Karyo gak ‘jajan’?”.
“nggak lah non,, tar takut kena AIDS,, lagian gak ada yang secantik non”.
“ah, Mang Karyo bisa aja,,”.
“o ya non, non Bunga ngapain bawa baju? kan di rumah ini, non Bunga gak boleh pake baju”.
“yee,,Mang Karyo gimana sih, emangnya Bunga gak mau jalan-jalan keluar,, kalau di dalam rumah sih,, udah pasti Bunga gak bakalan pake baju”.
“o iya ya..”.
“o ya Mang, kita kan udahan ngentotnya, mendingan kita ke rumah Mang Karyo, udah lama gak ketemu Mbok Parti”.
“yaudah yuk, tapi non Bunga pake baju ya.. Tar istri Mang Karyo pingsan..hehe”.
“ya iyalah, masa Bunga keluar gak pake apa-apa”. Lalu aku masuk ke kamar mandi, dan Mang Karyo keluar dari kamarku. Setelah aku mandi dan berpakaian rapih, aku keluar dimana Mang Karyo yang sudah memakai bajunya menungguku.
“yuk Mang”. Selama berjalan, aku disapa oleh penduduk desa yang sudah kenal denganku. Akhirnya, aku dan Mang Karyo sampai juga di rumah Mang Karyo.
“bu, bu,,”, teriak Mang Karyo memanggil-manggil istrinya.
“iya,,iya,, ada apa si pak?”.
“ini toh Bu, ada non Bunga,,”. Lalu istri Mang Karyo sampai di hadapan kami.
“waduh, non Bunga,, apa kabar,, udah lama gak keliatan”.
“iya nih mbok, hehe,, udah 6 bulan gak kesini nih..”. Lalu kami mengobrol sambil duduk dan minum teh, sementara Mang Karyo mandi.
“non Bunga tambah cantik aja,,”.
“ah Mbok, bisa aja,, oh ya, si Mamat mana?”, aku menanyakan anak mereka yang berumur 15 tahun.
“ya lagi sekolah toh non,,”.
“oh ya lupa,,hehe”.
“gimana kerjaan Karyo?”.
“rapih Mbok,,”.
“lo gak tau aja,, suami lo kerjanya nabung peju mulu di rahim gue”, kataku dalam hati. Mang Karyo keluar dengan dandanan rapi.
“bu,, bapak mau ke rumah non Bunga, tadi belum selesai kerjanya”, katanya sambil melirik ke arahku.
“huu,,dasar,, bilangnya mau kerja lagi,, padahal mau ngentotin gue lagi tuh..”, kataku dalam hati lagi.
“iya,, tadi ada yang belum diberesin”, kataku ke Mbok Parti sambil tersenyum ke arah Mang Karyo, dan dia pun membalas tersenyum.
“yaudah,, tapi besok pulang ya pak”.
“iya bu, tenang saja, yaudah bu, bapak berangkat dulu ama non Bunga”.
“ya Mbok, kami berangkat dulu..”.
“ati-ati di jalan ya”.
Lalu kami pulang tapi kali ini, kami mengambil jalan yang lebih sepi, bahkan tidak ada orang sama sekali.
“Mang, ngapain lewat sini sih, kan jauh?”.
“supaya Mang Karyo bisa grepe-grepe non Bunga”.
“yee, Mang Karyo,, entar aja di rumah,, jangan disini”.
“ah,, Mang Karyo udah gak tahan”. Lalu Mang Karyo pun langsung berjalan di belakangku dan menyusupkan tangannya ke dalam kaosku, dan karena aku tidak memakai bh jadi Mang Karyo bisa langsung meremas-remas payudaraku.
“aduhh,, Mang Karyo,, jaangann,,”. Bukannya berhenti, Mang Karyo malah memelintir kedua putingku dengan tangannya, dan dia juga mencium dan menjilati kuping kananku membuat birahiku memanjat ke ubun-ubun kepalaku dengan sangat cepat.
“Mang,,sstopp”, kunaikkan nada bicaraku. Untungnya dia masih agak hormat kepadaku sehingga dia menghentikan aktivitasnya.
“kenapa non, kok marah?”.
“siapa yang marah..”.
“oo jadi non mau diterusin nih digrepe-grepe ama Mang Karyo?”.
“eh, bukan gitu maksud Bunga”.
“jadi, gimana?”, tanya Mang Karyo sambil tangannya tetap memegangi kedua buah payudaraku.
“maksud Bunga tuh, dilanjutin di rumah aja,, kan lebih bebas..”.
“tapi, Mang Karyo boleh kan ngentotin non Bunga terus-terusan sampe besok?”.
“ya elah Mang, kayak baru kenal Bunga aja. Ya boleh lah, pokonya ampe Mang Karyo gak bisa ngaceng lagi”.
“bener ya?”.
“suer deh,,”.
“asik,,”.
“asik si asik, tapi lepasin dulu tangan Mang Karyo, masa toket Bunga dipegangin terus”.
“hehe,, maaf non,, abisnya toket non Bunga kenyel banget sih, jadi enak meganginnya”.
“yaudah, sekarang lepasin, abis itu, di rumah, Mang Karyo bisa megangin toket Bunga seharian”. Lalu Mang Karyo mengeluarkan tangannya, dan aku merapikan kaosku, kemudian kami mulai berjalan lagi sambil mengobrol.
“non Bunga, gimana kalau non Bunga jadi istri Mang Karyo aja..”.
“sekarang aja, Bunga udah kayak istri kedua Mang Karyo..”.
“oh iya,, ya,,betul juga.. Oh ya non, ada 1 lagi,, non Bunga emang gak takut hamil? kan Mang Karyo sering ngeluarin peju di dalam memek non..”.
“gak Mang, Bunga kan udah minum obat pencegah hamil,, tapi, emang kalo Bunga hamil, Mang Karyo mau punya anak dari Bunga?”.
“mau dong, kalo ibunya cakep pasti anaknya nanti juga cakep..”.
“haha,, Mang Karyo bisa aja,, tar ya Mang,,kalo Bunga udah siap punya anak..rahim Bunga bakal Bunga kasih cuma buat Mang Karyo seorang”. Tak terasa, kami sudah berada di depan rumah, kami bergegas masuk ke dalam rumah.
“nah, Mang Karyo, sekarang Bunga mau buka baju dulu ya,,”.
“sini non,,biar Mang yang bukain..”.
“yaudah,,”. Aku memang sudah biasa ditelanjangi oleh Mang Karyo, jadi ketika dia membuka kaos dan celana panjangku aku tidak canggung lagi.
“sekarang Bunga kan udah telanjang,, gantian ya,, Bunga yang buka baju Mang Karyo”.
“ok non, dengan senang hati”. Lalu aku mulai menelanjangi Mang Karyo, tentu saja selama aku sibuk membuka pakaian Mang Karyo, dia juga sibuk meremas-remas pantat kenyalku, dan memasukkan satu jarinya ke dalam anusku.
Tak lama kemudian, Mang Karyo sudah telanjang dan kami pun saling berciuman sehingga tubuh putih mulusku yang sangat kontras dengan tubuh hitam Mang Karyo bersatu dalam luapan birahi dan luapan cinta. Dengan ciuman itu, aku sudah resmi menjadi budak seks Mang Karyo untuk seminggu ke depan. Dan Mang Karyo pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas yang kuberikan, dia menyetubuhiku selama 30 menit dan berhenti 30 menit untuk istirahat, begitu seterusnya hingga malam hari. Selama beristirahat, kami makan, bercanda, mengobrol, dan lain-lain. Entah darimana, Mang Karyo mempunyai energi yang luar biasa itu. Mungkin kalau aku tidak minum obat anti hamil pasti besok aku sudah mengandung anak dari Mang Karyo karena entah sudah berapa trilyun sperma Mang Karyo yang berenang-renang di rahimku. Akhirnya Mang Karyo ngantuk juga dan memutuskan untuk tidur. Aku senang sekali karena tubuhku seperti sudah remuk mengalami berpuluh kali orgasme. Aku melihat ke arah jam.
“buset,, udah jam 2 pagi,, Mang Karyo emang hebat banget udah kayak Superman,, mendingan tidur aja ah,, supaya besok bisa muasin Mang Karyo,, suami gelapku”, kataku dalam hati sambil tersenyum ke wajah Mang Karyo yang ada di hadapanku. Tiba-tiba, Mang Karyo membuka matanya lagi.
“ada apa non? belum tidur?”.
“cium Bunga dulu dong,,katanya Mang Karyo nganggep Bunga istri..”.
“oh ya,,nih Mang cium deh,,non Bungaku tersayang”, katanya sambil mencium bibir lembutku.
“nah, gitu dong,, baru kayak suami istri,, yaudah Mang, kita tidur yuk,,besok kita lanjutin lagi maen suami-istrinya”.
“ok non,,”, lalu kami saling berpelukan dan kemudian menutup mata untuk menghadapi esok hari.

Bunga: Para Peronda Malam

Namaku adalah Bunga Putri Laura, umurku baru saja menginjak 19 tahun, aku memiliki wajah yang dibilang cukup lumayan karena banyak cowok yang melirikku dari yang wajahnya tampan sampai yang wajahnya biasa-biasa saja. Aku sering merawat tubuhku mulai dari menyabuninya dengan sabun khusus, selalu ke spa, fitness, luluran, dan lain-lain sehingga sekarang aku bisa menuai hasil dari kerja kerasku untuk merawat tubuh, kini aku mempunyai kulit yang putih halus, payudara berukuran 34C, dan pantatku yang kencang dan kenyal. Aku memiliki hobi yang aneh sejak kecil, aku suka sekali jika bagian tubuhku terbuka sedikit sehingga para laki-laki melihatku dengan pandangan buas, entah darimana hobiku itu berasal, yang hobiku itu muncul ketika tubuhku sudah mulai berkembang yaitu ketika aku duduk di kelas 2 SMP.Di kampusku juga aku selalu menjadi pusat perhatian, sebetulnya aku tidak menjadi pusat perhatian di kampusku saja, tapi setiap tempat yang kudatangi, para pria langsung melirikku. Aku mempunyai adik perempuan yang bernama Rini. Dia masih duduk di kelas 2 SMP, dia selalu mengikuti gayaku, yah bisa dibilang dia mengidolakanku, maklum namanya juga anak SMP. Suatu hari, Rini sudah selesai ulangan dan hari Sabtu besok dia bagi rapor tengah semester (sistem pendidikan yang sekarang), tapi Sabtu besok kedua orangtuaku ada urusan bisnis jadi terpaksa aku yang disuruh mengambil rapor adikku.
“ah,, yah,, males ah,, aku kan mau jalan-jalan besok”.
“ntar papa kasih duit deh”.
“nah,, kalau itu baru ada pertimbangan, tapi berapa yah?”.
“seceng,,”, kata ayahku sambil tersenyum.
“yee,, kalo gitu gak jadi”.
“cuma be’canda,, ntar papa kasih 200 ribu,, kamu mau gak?”.
“ok,, thank’s yah”.
Hari Jum’atnya ayah dan ibuku sudah berangkat ke Bandung untuk urusan bisnis, di rumah tinggal aku dan adikku.
“kak Bunga, besok kakak jadi kan ke sekolahku?”.
“iya,,iya,, bawel,, kenapa sih,, kayaknya kamu seneng banget?”.
“aku seneng soalnya aku bisa nunjukkin ke temen-temen kalau kakakku cantik banget”.
“muji apa ngeledek nih?”.
“ya muji lah,, kakak kan emang cantik”.
“yaudah sekarang kamu mau makan apa?”.
“mau makan pizza!!!”.
“yaudah,, kakak pesen dulu ya”. Lalu aku menelepon salah satu perusahaan pizza yang terkenal.
“halo,,”.
“selamat sore,, bisa saya bantu?”.
“saya mau pesan pizza”.
“oh, maaf Anda salah sambung,, kami tidak menjual pizza,, kami toko bangunan”.
“oh maaf,,”, betapa malunya aku, salah sambung rupanya.
Setelah kupikir-pikir daripada makan di rumah, mendingan makan di luar sekalian, lagipula masih sore ini.
“Rin,, makan di luar yuk”.
“ayuk, aku juga bosen di rumah”. Aku dan adikku pergi ke kamar masing-masing untuk berganti baju, aku memakai kaos tanpa lengan yang sangat ketat menempel di tubuhku berwarna putih dan untuk bawahannya aku memakai celana jeans berwarna biru. Aku keluar dari kamarku bersamaan dengan adikku yang memakai kaos berlengan dan rok selututnya, yah tipikal pakaian untuk anak seumuran dia.
“yuk kak”.
“yuk”. Kami menuju garasi, untungnya aku dibelikan mobil ketika aku berulang tahun yang ke 19, bulan kemarin.
Kami masuk ke dalam mobil dan aku langsung menghidupkan mobilku dan langsung menjalankannya keluar dari garasi. Setelah sudah di tengah perjalanan kami mengobrol.
“kak Bunga, cantik banget sih”.
“dari tadi bilang cantik mulu,, jangan-jangan kamu suka ama cewek ya,,ihhh”.
“yee,, enak aja,, aku cuma kagum aja ama kakak,, gak pake make-up kakak tetep cantik”.
“makasih,, tapi kamu juga cantik kok,, buktinya kamu selalu dikejar-kejar cowok di sekolah kamu kan”.
“hehe,,,”. Akhirnya kami sampai juga di sebuah restoran pizza, kami turun dari mobil setelah aku memakirkan mobilku dengan lancar.
Kami masuk ke dalam restoran. Lalu aku mendekati kasir sementara Rini memilih tempat duduk yang didekat jendela. Setelah aku memesan, aku mendekati adikku yang sedang melihat ke arah jalanan.
“heh,, bengong aja,, kesambet setan, baru tau rasa deh”. Kami mengobrol, dan tak lama kemudian pizza yang kami pesan datang juga, kami langsung menyantap pizza yang tersaji di meja kami. Setelah selesai, kami langsung mencuci tangan dan setelah beres-beres, kami keluar dari restoran itu.
“terima kasih,,”, sapa pelayan yang menunggu di pintu. Kami langsung naik ke mobil.
“Rin,, gimana kalau kita jalan-jalan dulu”.
“asik,,yuk ke kak,, kita ke mall,, aku juga pengen beli baju baru nih”.
“bentar dulu, mau beli baju, pake duit siapa nih?”.
“ya duit kakak dong,, masa pake duitku”.
“huu,, untung adek,, kalau gak,, udah kakak jitak”. Kebetulan aku sedang punya banyak duit, dan aku juga sedang bosan di rumah jadi aku pustuskan untuk menyetujui permintaan adikku, dan kami pun pergi ke mall yang tidak jauh dari restoran tadi.
Kami menghabiskan sore hingga jam 9 malam di mall itu, biasalah kegiatan cewek, beli baju, anting, kalung, boneka, dan lain-lain. Kami pulang karena kulihat Rini sudah sangat kecape’an. Sedangkan mataku masih terbuka lebar karena sudah terbiasa cape’. Setelah sampai di rumah, aku memakirkan mobilku lalu aku menuntun adikku ke kamarnya, setelah Rini sudah sampai di kamarnya, dia langsung berbaring di ranjangnya. Aku lepaskan sepatunya dan aku tinggalkan dia istirahat. Sementara Rini sudah tertidur lelap, aku masih segar bugar, maklum aku baru merasa ngantuk setelah jam 12 malam.
Kulihat jam menunjukkan baru jam 09.30 malam, aku memutuskan untuk menyalakan tv. Ternyata tak ada acara yang bagus, makanya aku langsung mematikan tv.
“akh,, acara gak ada yang bagus,, oh iya,, mendingan gue jalan-jalan aje,,”, kataku berbicara sendiri.
“apa mendingan gue jalan-jalan di sekitar komplek aje yee”, tambahku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks saja. Aku pergi ke kamarku untuk mengganti bajuku dengan yang lebih santai yaitu tank top berwarna ungu dan celana pendek, dan karena kupikir sudah malam jadi aku memutuskan untuk tidak memakai bh sehingga putingku tercetak di tank topku. Aku keluar dari kamarku dan menuju keluar, kemudian aku mengunci pintu depan dan gerbang, lalu aku mulai berjalan mengelilingi kompleks di sekitar rumahku yang memang cukup elit.
Agak jauh juga aku berjalan-jalan di sekitar kompleks rumahku. Aku sampai di area dekat pos ronda, tapi aku lumayan jauh dari pos ronda itu. Kulihat ada 4 bapak-bapak di dalam pos ronda tersebut. Penyakitku mulai kambuh, terlintas di pikiranku untuk menggoda 4 bapak-bapak itu, lagipula aku sudah lama tidak bersetubuh semenjak aku putus dengan pacarku 3 minggu yang lalu. Aku berjalan mendekati pos ronda yang bisa disebut rumah ronda karena pos rondanya lumayan besar hampir seukuran rumah, namanya juga kompleks elit, jadi pasti pos rondanya juga elit.
Aku mulai berjalan mendekati pos ronda itu, dimana bapak-bapak itu sedang menonton tv yang cukup besar.
“tok,,tok,,tok”, aku mengetuk pintu yang terbuka lebar.
“permisi,,bapak-bapak”, kataku sambil berdiri di depan pintu.
“eh,, neng Bunga, mari silakan masuk”, jawab satpam yang posisi duduknya paling dekat dengan pintu. Akhirnya aku tau siapa saja yang sedang berada di pos ronda tersebut. Bapak yang paling ujung bernama pak Wawan, orangnya botak & gendut tapi terkenal dengan keramahannya. Sebelahnya bernama pak Maman, berkulit hitam dengan rambut berwarna putih. Lalu ada pak Jono, berkulit hitam dan berbadan kurus dibandingkan dengan lainnya. Dan yang terakhir, si satpam tadi bernama Bara, kumisnya yang tebal menambah kegarangan wajahnya, tapi entah kenapa dia sangat baik kepadaku, bahkan dia kadang-kadang be’canda hal-hal yang porno kepadaku, dan karena aku menyukai hal-hal seperti itu, aku menanggapinya.
“neng Bunga, ngapain malem-malem keluar rumah”, sapa pak Wawan.
“bosen di rumah pak”.
“emangnya gak takut diperkosa malem-malem gini, neng?”, tanya pak Bara.
“ah, kan ada bapak-bapak ini, jadi Bunga bisa tenang”, balasku dengan kedua tanganku kutaruh di belakang sehingga dadaku semakin membusung ke depan agar mereka semakin bernafsu.
Kelihatannya aku berhasil mengundang nafsu mereka, karena kulihat ke 4 bapak itu memandangi buah dadaku yang membusung itu.
“hayo, pada liatin apa? sampe gak kedip gitu”, kataku menggoda sambil pura-pura menutupi payudaraku. Mereka langsung salah tingkah dan pura-pura menonton tv lagi.
“oh ya, bapak-bapak, Bunga boleh ikutan nonton gak?”.
“emang neng Bunga suka bola ya?”, tanya pak Maman.
“suka nonton sih, tapi gak t’gila-gila banget”.
“yaudah, yok bareng-bareng nonton ama kita”, balas pak Wawan. Lalu aku mengambil bangku kosong dan duduk tepat di tengah-tengah mereka. Aku menonton bola bersama mereka sambil makan kacang tanpa memikirkan mitos kalau kacang dapat menumbuhkan jerawat, dan juga sambil minum sirup yang dibuatkan pak Bara. Selama menyaksikan bola, tak henti-hentinya mereka mencuri-curi pandang ke pahaku yang putih mulus, dan juga ke ‘bola’ kembarku yang menggantung dengan kencang & indah. Kupikir ini saatnya untuk ‘final step’, aku pura-pura mengantuk lalu akhirnya, aku menutup mataku agar 4 bapak itu merasa lebih leluasa untuk menggerayangiku kalau aku pura-pura tidur. Benar saja, tidak lama kemudian pak Wawan menuju ke belakangku setelah mereka yakin kalau aku tertidur.
Aku merasakan tanganku diangkat ke atas, lalu pak Wawan memegangi pergelangan tanganku. Aku tidak tau siapa, tapi ada 2 buah tangan yang menyusup ke dalam kaosku dan meremas-remas kedua buah payudaraku serta memainkan kedua putingku. Sementara itu ada yang menarik celana pendekku dan juga celana dalamku. Lalu aku merasakan benda tumpul, dan basah yang kuduga itu adalah sebuah lidah. Aku pura-pura terbangun dan membuka mataku.
“aahh,, pak, jangan!!”, seruku agar tidak terlihat seperti aku yang menginginkannya.
“jangg,,,mmmfff!!!”, kataku terputus karena tiba-tiba mulutku dibekap oleh pak Wawan yang ada di belakangku. Rupanya Maman & Jono yang memainkan kedua buah payudaraku, sedangkan pak Bara yang sedang ‘membersihkan’ vaginaku.
“pantes aje,, ada rasa geli-gelinye”, pikirku dalam hati karena kumis pak Bara terus menggesek-gesek klitorisku sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Akhirnya aku benar-benar larut dalam kenikmatan yang sedang melanda diriku. Pak Maman dan Jono mulai membuka kaosku sehingga kini payudaraku yang putih mulus, kencang dan kenyal dapat terlihat jelas oleh 4 bapak-bapak itu.
“waah,, toket neng Bunga montok banget, masih kenceng banget lagi”, komentar pak Maman yang tepat berada di depan payudara kananku.
“iya nih,, udah cantik,, toketnya sekel banget,, udah gitu putih banget kayak susu”, tambah si Jono. Karena yakin sudah menguasaiku, Wawan melepaskan bekapannya sehingga aku bisa berbicara lagi.
“yaudah, kalau gitu jilatin aja”.
“hah,, neng Bunga gak marah kalau kita perkosa?”, tanya Wawan keheranan mendengar perkataanku.
“nggak kok, tadi aku cuma kaget aja”.
“wah, Man, yang punya udah ngijinin,,”, kata Jono ke Maman.
“ok,, kalo gitu neng Bunga,, bang Maman ‘n bang Jono jilatin toket neng dulu ya”.
“yaudah silakan”. Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan, Maman langsung mengenyot payudara kananku, sedangkan Jono mengenyot payudara kiriku. Pak Bara sama sekali tak mengindahkan pembicaraan kami bertiga, dia terus menerus menyapu sekitar vaginaku dan rongga dalam vaginaku serta menggesek-gesekkan kumisnya ke klitorisku.
Pak Maman, Jono, dan Bara sudah mendapat jatah mereka masing-masing, pak Wawan juga tidak mau ketinggalan, kepalaku ditarik ke belakang dengan perlahan sehingga kepalaku agak mendongak ke atas. Pak Wawan langsung mencumbu serta melumat bibirku, lalu dia menyelipkan lidahnya masuk ke dalam mulutku, yang bisa kulakukan hanyalah membuka mulutku dan membiarkan pak Wawan memainkan lidahnya di dalam mulutku. Kini, tubuhku sudah menjadi boneka bagi mereka, karena mereka bisa berbuat sesuka mereka terhadap tubuhku. Mereka menikmati jatah mereka dengan maksimal, pak Maman & pak Jono terus menjilati kedua buah payudaraku serta menggiti kedua putingku. Pak Wawan terus menerus memainkan lidahnya, dan aku membalasnya dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit, dan aku yakin kalau ludah kami sudah saling bercampur karena kami berciuman lama sekali.
Pak Bara lebih membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku, dan karena agak geli akupun merapatkan kedua pahaku sehingga kepala Pak Bara terhimpit oleh kedua paha putihku. Menerima 4 serangan birahi dari 4 pria yang berbeda di daerah sensitifku, aku jadi tidak kuat menahan lama-lama sehingga dalam waktu 7 menit saja, tubuhku sudah seperti tersengat arus listrik yang menandakan kalau sebentar lagi aku akan orgasme. Benar, tak lama kemudian aku orgasme, tapi tiba-tiba pak Bara mengambil sebuah gelas dan menaruhnya tepat di depan lubang vaginaku.
“syuurrr,,,”, cairanku menyemprot keluar dari vaginaku dan langsung menuju gelas. Karena pak Maman & pak Jono terus menjilati payudaraku, cairanku jadi mengalir bagai sungai hingga gelas itu penuh dengan cairanku. Setelah cairanku sudah habis, ke 3 bapak yang masih menggerayangiku menghentikan aktivitas mereka dan langsung mendekati pak Bara yang memegang gelas penuh dengan cairanku. Mereka bergantian meminum cairanku yang ada di gelas, hingga mereka berempat kebagian semua.
“wuih neng Bunga,, cairan neng,, manis ‘n gurih banget”, komentar pak Bara.
“ahh,, nambah ahhh”, tambah pak Bara. Lalu dia menunduk lagi dan menjilati sisa-sisa cairan vaginaku yang masih ada di sekitar bibir vaginaku.
“akh,, curang lo!!”, komentar pak Wawan.
“hehehe,,,”, balas pak Bara dengan tawa.
“udah,,udah,, gak usah berantem bapak-bapak,, mau nyobain punya Bunga gak?”, tanyaku sambil menunjuk vaginaku.
“oh ya,, mau dong Neng”, jawab pak Jono. Lalu mereka langsung buka baju dengan terburu-buru, mungkin karena mereka sudah tak sabar ingin merasakan kehangatan tubuhku yang sudah kupasrahkan untuk mereka berempat. Akhirnya mereka semua sudah telanjang bulat di hadapanku, 4 orang bapak-bapak telanjang dengan penis yang sudah mengacung tegak dan keras di hadapan seorang gadis muda & cantik yang sepantasnya jadi anak mereka.
“wah, gede-gede,,”, kataku sambil manja untuk lebih menggoda.
“neng Bunga,, kita ke sofa aja yuk, biar lebih enak”, ajak pak Maman.
“bapak-bapak,, siapa yang mau duluan nyobain punya Bunga?”, tanyaku.
“bapak aja neng”, teriak pak Jono.
“bapak dong neng Bunga”, teriak pak Wawan tak mau kalah. Mereka saling berebutan ingin menjadi yang pertama kali mencobloskan penis mereka masing-masing ke dalam vaginaku yang masih merah merekah dan masih sangat sempit.
“udah,, udah,, jangan berantem mulu dong,, tar Bunga gak jadi kasih nih”.
“jangan marah dong neng Bunga,, iya deh kami gak bakal ribut lagi,,”, jawab Pak Wawan.
“yaudah,, kalo gitu,, biar Bunga aja yang milih”.
“boleh juga idenya neng Bunga”, kata pak Jono. Aku melihat ke arah selangkangan mereka dan aku menemukan kalau penis pak Bara-lah yang paling besar di antara yang lain, maka dari itu aku memilih pak Bara untuk mengisi liang vaginaku, lalu aku memilih pak Wawan untuk ditanamkan di dalam anusku karena penisnya yang gemuk seperti badannya. Pak Bara langsung duduk di sofa, aku mendekat ke arahnya dan menaiki sofa, kemudian aku membimbing penis pak Bara ke dalam vaginaku dengan susah payah karena lubang vaginaku masih sempit.
Kini penis pak Bara sudah amblas ditelan vaginaku, untungnya tidak terlalu perih sehingga aku bisa menikmatinya. Beberapa detik kemudian, pak Wawan mendorong tubuhku sehingga tubuhku tertekan ke depan dan payudaraku menempel di wajah pak Bara yang tentu saja langsung menjilati payudaraku dan menggesek-gesekkan kumisnya ke putingku membuat birahiku semakin meledak.Pak Wawan memaksakan penis gemuknya masuk ke dalam lubang anusku, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku saja untuk menahan rasa pedih, karena dibalik rasa pedih itu mulai muncul rasa nikmat yang tiada tara. Tapi, untungnya pak Wawan dan pak Bara membiarkanku agar terbiasa dengan penis mereka, tapi tetap saja lidah pak Bara tak henti-hentinya bermain di kedua buah payudaraku.
“mmmhhhh,,,,”, desahku pelan menerima jilatan demi jilatan pak Bara. Akhirnya setelah beberapa detik, pak Bara dan pak Wawan mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dan anusku hampir secara bersamaan. Ritmenya pun hampir sama, sudah 3 minggu aku tidak pernah dimasuki 2 penis sekaligus sejak putus dari pacarku karena ketika aku masih berpacaran dengan mantanku, dia selalu mengundang teman-temannya untuk menikmati tubuhku, tapi aku tidak menolaknya karena aku juga ketagihan dengan yang namanya dikeroyok seperti ini.
“oohhh,,,aaahhhh,,,yeeaaahhh,,,terrussss”, erangku menerima 2 sodokan di vagina dan anusku secara bersamaan. Tiba-tiba pak Joni dan Maman mendekat dan berjalan ke depanku lalu mereka menyodorkan penis mereka masing-masing ke arahku.
Karena tubuhku terdorong ke depan, sudah pasti wajahku berada agak ke depan sehingga aku bisa menggenggam satu penis dan mengulum penis yang satunya lagi.
“aaahhh,,,oohhh,,, terruusss neng”, desah pak Maman ketika aku mengemut kepala penisnya serta menyentil-nyentilkan lidahku ke lubang kencingnya. Sementara aku melayani batang kejantanan pak Maman dengan mulutku, aku mengocok penis pak Jono dengan tangan kananku secara perlahan sehingga tanganku yang halus mengelus-elus penis pak Jono.
“ooohh,,aaahhh,,,ooohhhh,,,teruusss,,entotin Bunga seepppuuaasssnnyyyaaa”, desahku karena tidak kuat merasakan sensasi luar biasa yang ditimbulkan dari pompaan 2 penis di vagina dan anusku. Menerima serangan dari dua arah, aku pun cepat mencapai orgasme hanya dalam waktu 14 menit, aliran cairan vaginaku tertahan oleh penis pak Bara yang sedang keluar masuk vaginaku sehingga berbunyi kecipak air setiap kali, pak Bara memompa penisnya masuk ke dalam vaginaku. Untungnya, aku masih kuat biarpun sudah mengalami 2 kali orgasme. Sementara itu, pak Maman dan pak Jono menarik penis mereka jauh-jauh dari mulutku karena mereka tidak ingin keluar cepat-cepat.
Karena tidak ada lagi penis yang harus kukulum, aku jadi bisa mendesah sepuas hati.
“mmhhhh,,,aahhhhh,,,,!!!”. Akhirnya 6 menit setelah aku mencapai orgasmeku yang kedua tadi, aku merasakan penis pak Wawan yang sedang mengisi anusku berdenyut-denyut menandakan kalau pak Wawan akan orgasme. Pak Wawan mempercepat sodokan penisnya terhadap anusku yang membuatku ngos-ngosan karena penis gemuknya itu keluar masuk dengan cepat dan kuat, padahal lubang anusku sangat sempit, tapi akhirnya aku menemukan rasa nikmat dibalik rasa ngilu itu. Seolah tak mau kalah, pak Bara pun mempercepat genjotannya terhadap vaginaku sehingga sekarang aku hanya bisa menutup mata sambil merasakan sensasi nikmat. Sementara pak Bara sedang asik menikmati hangat dan sempitnya vaginaku, dan pak Wawan juga sedang menikmati himpitan lubang anusku terhadap penisnya, aku melihat pak Jono dan pak Maman sedang berdiri di hadapanku sambil mengocok penis mereka sendiri, sepertinya mereka sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuhku juga.
“aahhhh,,,nenggg,,Bunngaaa,,,bapaaakkk,,,kkkellluu aarrrr,,,,!!!”, teriak pak Bara. Dan tak lama kemudian, pak Bara sudah menyemburkan larva putihnya yang hangat ke dalam rahimku, lalu nafas pak Bara tersengal-sengal sehingga dia memutuskan untuk ‘merawat’ payudaraku dengan mulutnya sambil menunggu penisnya memuntahkan semua isinya ke dalam vaginaku. Tak lama kemudian, pak Wawan menghujamkan penisnya dalam-dalam ke anusku, dan terasa lah rasa hangat dari sperma yang keluar dari penis pak Wawan.
“hhhh,,,neng Bunga,,,hhheebbaattt”, komentar pak Wawan yang sedang beristirahat juga sekaligus menunggu penisnya menyemburkan sperma ke dalam anusku hingga tetes terakhir. Setelah 2 menit beristirahat, aku bisa mengatur nafasku dan tenagaku untuk menghadapi ronde ke dua yaitu dengan pak Maman dan pak Jono.
Pak Wawan mencabut penisnya dari anusku, begitu juga pak Bara, dia membiarkan aku berdiri. Ternyata mereka ada maunya, aku disuruh bersimpuh di hadapan mereka dan bertumpu dengan kedua lututku. Aku mengerti maksud mereka, maka dari itu aku langsung mengambil dua penis yang ada di hadapanku yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku. Aku memutuskan untuk membersihkan penis pak Bara terlebih dahulu. Setelah penis pak Bara sudah selesai kubersihkan, aku langsung membersihkan penis pak Wawan hingga kinclong.
Rupanya, pak Jono dan Pak Maman menyiapkan kasur dan bantal untuk menjadi tempat pergumulan kami nanti.
“pak Bara, pak Wawan, Bunga udah bersihin ampe kinclong nih, Bunga main ama pak Jono ‘n pak Maman dulu ya,,”, kataku.
“makasih ya neng Bunga, yaudah bapak juga mau istirahat dulu”, jawab pak Wawan. Kulihat pak Maman sudah tidur terlentang di kasur kapuk tersebut, dan pak Jono berdiri di dekatnya. Aku pun langsung mendekati mereka yang sudah setia menantiku.
“ayo neng Bunga, sini”, ajak pak Maman licik. Aku pun langsung berdiri di atas tubuh pak Maman yang sudah kelihatan bernafsu sekali melihat kemolekan tubuhku yang semakin terlihat seksi karena aku berkeringat sehabis disetubuhi oleh pak Wawan dan Pak Bara. Aku menurunkan tubuhku sambil membimbing penis pak Maman yang sudah tak sabar ingin masuk ke dalam vaginaku.
Karena vaginaku sudah banjir dari cairanku sendiri dan juga sperma pak Bara, penis pak Maman jadi dengan mudah masuk melesat ke dalam vaginaku. Setelah penis pak Maman sudah hilang ditelan oleh vaginaku, aku langsung merundukkan tubuhku agar pak Jono yang sudah menunggu di belakangku bisa melihat letak lubang anusku dengan jelas. Tentu saja payudaraku yang tertekan ke wajah pak Maman yang tiduran di bawah tubuhku langsung dimainkan oleh pak Maman dengan mulut dan lidahnya.
“mmmm,,,”, desahku pelan menikmati sapuan lidah pak Maman. Sementara itu, pak Jono mulai menyiapkan dan menaruh penisnya di depan lubang anusku yang sudah belepotan sperma dari pak Wawan. Penis pak Jono secara perlahan tapi pasti, mulai masuk ke dalam anusku senti demi senti yang kurasakan dengan penuh penghayatan sampai-sampai dengan tidak sadar, aku menutup mataku. Akhirnya, kini aku sudah diisi oleh 2 penis sekaligus untuk yang kedua kalinya. Lalu mereka mulai menggerakkan penis mereka keluar masuk tubuhku, karena vagina dan anusku sudah dilumasi sperma, jadinya penis pak Maman dan pak Jono dengan mudah keluar masuk vagina dan anusku.
“aahhh,,oouuummhh,,mmmhhh,,,hhhhh”, desahku karena tidak bisa menahan kenikmatan yang sedang menyerangku. Pak Jono menghentakkan penisnya masuk ke dalam lubang anusku dengan cepat dan kuat hingga mulai dari kepala penisnya sampai pangkal penisnya tertanam di dalam lubang anusku, lalu dia mengeluarkan penisnya secara perlahan sehingga menimbulkan sensasi tersendiri. Sementara itu, pak Maman menggerakkan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat perlahan dan mencabutnya dengan cepat. Variasi gerakan yang berbeda dari 2 penis yang sedang keluar masuk vagina dan anusku mengantarkanku ke gerbang pintu orgasmeku yang ketiga. Kejutan listrik alias gelombang orgasme mengalir lagi di sekujur tubuhku untuk ketiga kalinya. Beberapa menit ke depan, yang terdengar hanya suara pompaan penis, suara nafas pak Maman dan pak Jono yang saling memburu, dan desahanku. Sementara itu, kulihat pak Wawan dan pak Bara sudah duduk memakai celana panjang mereka sambil menghisap rokok dan meminum kopi dengan tontonan mereka yaitu aku yang sedang diapit 2 lelaki berkulit hitam alias pak Maman dan pak Jono.
5 menit kemudian, akhirnya pak Maman, dan pak Jono serta aku sendiri saling berlomba menuju orgasme, dan yang paling pertama mencapai orgasme adalah pak Jono, dia menyemprotkan spermanya ke dalam anusku sampai meleleh keluar dari anusku dan mengalir menuju lubang vaginaku, setelah itu pak Jono beristirahat dengan penisnya masih berada di dalam anusku. 2 menit kemudian, aku sudah tidak tahan lagi sehingga aku melepaskan orgasmeku yang keempat bersamaan dengan pak Maman yang menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Kini daerah sekitar vagina dan anusku sudah banjir sperma sampai terbentuk aliran seperti aliran sungai yang menghubungkan lubang anusku dan lubang vaginaku.
“hh,,,hhhh,,hh”, nafasku tersengal-sengal, begitu juga dengan pak Maman dan pak Jono yang sudah menuntaskan nafsu setan mereka kepadaku. Sambil mengatur nafas, pak Jono menciumi tengkuk leherku dengan lembut, dan pak Maman ingin melumat bibirku tapi aku menolaknya karena aku mau mengatur nafasku dulu sehingga dia jadi menjilati leherku yang jenjang.
Setelah nafas kami bertiga sudah normal kembali, pak Jono mencabut penisnya yang sudah lemas dari anusku, kemudian dia berdiri dan berjalan untuk mengambil bajunya. Sedangkan aku berdiri dan mengambil pakaianku yang berserakan di depan tv yang sudah tidak menayangkan acara bola lagi.
“udah ya bapak-bapak, Bunga pulang ya”.
“jangan dong neng Bunga”.
“kenapa? Emang bapak-bapak mau nambah?”.
“iya,,”, jawab mereka serempak.
“tapi kan anu bapak-bapak udah pada lemes kayak gitu,, lagian Bunga udah capek banget nih”.
“kalo gitu doang mah gampang, di rumah bapak punya obat kuat, gimana neng Bunga?”.
“bapak-bapak doang yang minum obat kuat, Bunga gimana? Ntar Bunga lemes dong?”.
“bapak juga punya obat kuat buat cewek, gimana neng Bunga?”.
“gimana ya?”.
“ayo dong, neng Bunga, bapak mohon, mau ya”, pinta pak Wawan pura-pura memelas.
“iya neng Bunga, temenin kita dong”, ujar pak Jono.
“iya, kan dingin kalau kita cuma berempat,, kalau ada neng Bunga kan, bisa menghangatkan diri”, tambah pak Maman.
“huu, dasar,, yaudah deh, boleh, asal bapak-bapak mau menuhin syarat dari Bunga”.
“apaan tuh neng Bunga?”, tanya pak Bara penasaran.
“bapak-bapak jangan bilang-bilang ama orang lain ya, biar jadi rahasia kita berlima aja, gimana?”.
“yah, itu mah gak usah disuruh neng, masa’ kami bilang-bilang”, jawab pak Wawan.
“yaudah, kalo gitu, pak Bara ambil obatnya”.
“ok neng, bapak ambil obatnya dulu ya”. Pak Bara pun langsung bergegas memakai pakaiannya yang belum dipakai, lalu secepat kilat dia menuju motornya dan memacunya kencang. Sementara aku masih telanjang bulat dan berada di dalam pos bersama pak Wawan, pak Maman, dan pak Jono yang sudah mulai terangsang lagi melihat tubuhku yang putih dan montok belepotan sperma.
“eiit,, jangan,,biar adil, kita mulainya tunggu pak Bara dulu ya”.
“yah neng, kami udah gak tahan pengen ngentotin neng Bunga lagi”, kata pak Jono dengan agak kecewa.
“yaudah, disini ada kamar mandi gak?”.
“ada tuh neng, di belakang”, jawab pak Wawan.
“yaudah, Bunga mandi dulu ya, ntar kalau udahan, Bunga panggil atu-atu ya”.
“wah, jadi kita satu per satu ngentotin neng Bunga di kamar mandi?”, tanya pak Maman.
“yee,,enak aja,, bapak-bapak cuma jilatin punya Bunga doang, tadi kan pak Bara doang”.
“yaudah,, gitu juga asik tuh”.
“tapi awas ya, kalau ada yang coba-coba mulai ronde, Bunga gak kasih jatah ntar”, ancamku.
“siip,,neng Bunga”. Lalu aku masuk dan mulai mengguyur dan membersihkan seluruh bagian tubuhku yang sudah belepotan dengan keringat, air liur juga sperma. Lalu aku mulai memanggil mereka satu per satu dan membiarkan vaginaku menjadi bulan-bulanan lidah mereka, bahkan ketika masing-masing mereka bertiga sudah mendapatkan jatah untuk mencicipi rasa cairan vaginaku, mereka bertiga masuk kembali dan menjilati seluruh tubuhku sehingga tubuhku berlumuran air liur mereka lagi.
“aduh,, bapak-bapak bandel banget sih,, badan Bunga kan jadi kotor lagi”.
“maap deh neng Bunga”.
Lalu aku mendengar suara motor dari arah luar.
“tuh, pak Bara udah pulang, udah sana bapak-bapak keluar dulu, Bunga mau mandi lagi, biar fresh lagi”. Pak Wawan, pak Maman, dan pak Jono keluar dari kamar mandi sehingga aku bisa melanjutkan membersihkan tubuhku lagi. Setelah kurasa tubuhku sudah bersih dan fresh lagi, aku keluar dari kamar mandi.
“wah, neng Bunga udah seger lagi”, komentar pak Bara.
“iya dong, buat bapak-bapak, Bunga harus segar selalu”.
“yaudah, ni neng Bunga, obatnya diminum”. Lalu aku meminum obat yang disodorkan pak Bara, tubuhku menjadi ringan sekali setelah meminum obat itu.
“yaudah, neng Bunga mulai yuk”.
“yuk,, silakan bapak-bapak entot Bunga sepuasnya”. Lalu dimulailah ronde demi ronde pelampiasan nafsu bejat 4 orang pria tua terhadap seorang gadis cantik dan masih muda belia yaitu aku. Aku disetubuhi oleh 4 bapak-bapak itu di semua sudut pos ronda, juga mereka menikmati tubuhku dengan berbagai posisi.
Karena mereka sangat ketagihan dengan himpitan vagina dan anusku, mereka mencoba ide gila mereka yaitu aku dibawa berkeliling kompleks tanpa menggunakan sehelai benang pun, untungnya kompleksku jika sudah lebih dari jam 2 malam lewat, benar-benar sepi. Tapi, tetap saja aku merasa sangat kedinginan. Selama perjalanan, mereka berempat menanamkan penis mereka ke dalam vaginaku secara bergantian sampai satu per satu dari mereka menyemburkan benihnya ke dalam vaginaku. Kami berlima mengelilingi kompleks sebanyak 3 kali, selama perjalanan itulah, vaginaku terus menerus disodok penis dan juga disemprot sperma oleh mereka berempat. Selain itu, aku tidak bisa menghitung lagi sudah berapa kali aku mengalami orgasme. Setelah kami sudah lelah, kami pun kembali ke pos ronda. Sambil beristirahat, kami mengobrol.
“neng Bunga, dari tadi dikeluarin di dalem, apa neng gak takut hamil?”, tanya pak Bara yang paling sering menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku.
“emang, bapak-bapak pada gak mau tanggung jawab kalau Bunga hamil?”.
Muka mereka terlihat pucat dan khawatir mendengar pertanyaanku itu.
“hahaha,, tenang aja bapak-bapak,, Bunga udah minum obat pencegah hamil kok”. Aku melihat sudah jam 4.30 pagi.
“bapak-bapak, Bunga pulang dulu ya, mau tidur nih”.
“tapi, neng Bunga mau gak nemenin kami lagi?”, tanya pak Maman.
“boleh aja asal yang ngeronda bapak-bapak berempat”.
“itu mah, bisa diatur”, jawab pak Wawan yang mengatur jadwal ronda.
“iyah, tapi jangan setiap malam ya, ntar lama-lama Bunga bisa hamil”.
“gimana kalau seminggu 3 kali?”, tanya pak Jono.
“yaudah, hari Senin, Rabu, ama Sabtu malem aja ya”.
“sip neng”.
“yaudah Bunga pulang dulu ya”. Aku memakai pakaianku lagi.
“dah,,”.
“dah neng Bunga”. Aku langsung pulang ke rumah, begitu sampai di rumah, aku masuk ke dalam dan mengunci gerbang serta pintu rumah. Akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku yang habis dinikmati oleh 4 pria tua, untungnya aku langsung tertidur karena besok aku harus ke sekolah adikku untuk mengambil rapor.

Gadis Pemuas: Program Diet

Setelah 2 tahun sejak aku mendapat kecelakaan, sekarang aku sudah kuliah mengambil jurusan design graphis karena memang itulah hobiku. Tak disangka sejak kejadian itu, tubuhku sekarang menjadi tambah sekal saja karena payudaraku kini berukuran 36B dan bongkahan pantatku semakin kencang dan padat, juga kulitku semakin putih karena aku rajin merawat tubuhku. Oh ya, gara-gara kejadian kecelakaan pesawat 2 tahun lalu, aku bisa mengeluarkan susu dari putingku meskipun umurku baru 19 tahun dan aku juga belum pernah hamil, ini dikarenakan aku meminum suatu ramuan dari suku yang merawatku ketika aku terdampar di sebuah pulau. Dan 7 bulan lalu aku mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan aku menjadi mandul, aku sedih karena rencanaku sehabis kuliah aku ingin mencari pendamping hidup dan mengakhiri petualangan-petualangan gilaku, tapi ternyata takdir berkata kalau aku tidak boleh berhenti menjalani petualangan sex yang gila.
Sebenarnya aku sudah bosan karena dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah aku menjadi primadona, tapi apa mau dikata, mungkin sudah menjadi kodratku. Dan resikonya menjadi primadona, ya banyak cowok yang berusaha pdkt padaku, mulai dari cowok kaya, cowok ganteng, bahkan sampai cowok yang pinter berusaha mati-matian untuk dekat-dekat denganku. Tapi dari mereka semua tak ada yang kuanggap serius karena aku memang malas punya pacar, dan temanku tidak hanya cowok saja tapi temen cewekku juga segudang karena aku tidak pernah menolak siapapun yang ingin berteman denganku. Ada satu cowok gendut yang selalu diam sendirian, dan dia gemetaran jika kuajak bicara, aku malah jadi penasaran dengan cowok gendut yang biasa dipanggil ‘Big Mac’ itu, dan kebetulan ada tugas final yang harus dibuat oleh 2 orang dalam 1 kelompok. Setelah dosen keluar, para cowok & cewek yang ada di kelas datang ke mejaku untuk memintaku sekelompok dengan mereka, tapi aku ingin menyelidiki si ‘Big Mac’ ini.
“Rasti ama gue ya”.
“ama gue aja, Rasti!!”, teman-temanku saling berebut menginginkanku menjadi teman sekelompok mereka. Aku tidak tau apa alasan teman-teman cewekku menginginkanku menjadi kelompok mereka, tapi aku tau motif utama para cowok ingin aku menjadi teman kelompok mereka yaitu agar bisa puas melihat tubuhku dan mungkin saja mereka berniat memperkosaku.
“maaf, temen-temen, aku udah punya temen kelompok”.
“siapa ?!!”, jawab mereka serentak.
“si Big Mac”. Semuanya langsung menengok kepadanya, sementara Big Mac sendiri menundukkan kepalanya.
“yah,,”.
“sori ya”.
“gak apa-apa kok Ras”, jawab salah seorang temanku. Lalu mereka langsung membubarkan diri, dan Big Mac masih terdiam seorang diri, aku mendekatinya dan duduk di sampingnya.
“Big Mac, gak apa-apa kan kalo gue jadi temen kelompok lo?”.
“nnn,,,ggaa,,kkk,,,apa,,,,apaa”, jawabnya terbata-bata.
“kok kalo ngomong ama gue, lo gemeteran gitu sih?”.
“eeeee,,,,”.
“ayo dong, santai aja kalee”.
“aa,,,bisnya,,,gu,,,gu,,,eee,,”.
“lo kenapa, ngomongnya biasa aja”.
Akhirnya dengan semangat dariku, dia mulai berbicara denganku secara biasa.
“gue gak enak ngomong ama lo”.
“kenapa, gue ngebosenin ya?”.
“bukan gitu, justru kebalikannya”.
“maksud lo apa, sori nih, aku telmi”.
“ya, lo kan cantik masa ngomong ama gue yang jelek kayak gini”.
“ya ilah, gitu doang, ama gue santai aja kalee, lagian kan sekarang kita sekelompok”.
“beneran nih kita sekelompok?”.
“bener, lo mau gak 1 kelompok ama gue?”.
“wuih, gue mau banget, siapa sih yang gak mau sekelompok ama lo”. Big Mac ini mempunyai nama asli yang cukup bagus yaitu Mario Carpest, badannya gendut, wajahnya tidak jelek juga tidak ganteng, kulitnya putih, tingginya sama sepertiku dan tentu saja umurnya sama sepertiku yaitu 19 tahun.
“Mac, berat badan lo berapa sih?”.
“98 kilo”.
“lo gak ada rencana buat ngurusin badan?”.
“ada sih, cuman, gue laper mulu jadi susah deh”.
“huu, dasar lo, eh kita langsung bikin tugas kita yuk, mau gak?”.
“tapi kan, deadline tugas masih 3 hari lagi”.
“iya, gue tau, tapi kalo kita ngerjain duluan kan, besok-besok kita bisa tenang”.
“bener juga apa kata lo”.
“bener kan, lagian lo kan jago tuh jadi 1 hari doang pasti udah selesai”.
“lo kali yang lebih jago”.
“udah, ah jangan merendah, karya-karya lo kan lebih bagus dari punya gue”.
“hehe,, terus kita ngerjainnya di kost gue apa di rumah lo, Ras?”.
“di rumah gue aja yuk biar lebih enak ngerjain tugasnya”.
“ok deh”.
“tapi naik apa ya?”.
“kan gue bawa motor kalo kuliah”.
“oh, lo bawa motor, kenapa gak bilang ama gue dari tadi, yaudah yuk kita berangkat sekarang”.
“yok”. Lalu kami berdua menuju tempat parkir, selama kami jalan berdua, teman-teman kampus yang lain melihat kami, mungkin mereka berpikir “kok Big Mac bisa jalan bareng ama Rasti?”. Setelah sampai di tempat parkir, Big Mac menuju motornya, tak kusangka motornya bagus dan berbodi besar, yah seperti motor yang digunakan pembalap-pembalap internasional.
“wow, motor lo bagus ‘n sesuai ama lo?”.
“maksud lo apa?”.
“iya, motor lo segede yang punya”.
“enak aja lo, ayo cepet”.
“ok big boss”.
Lalu aku naik membonceng di belakangnya.
“ee, Mac, gue boleh pegangan ma lo gak?”.
“boleh aja, lo takut jatoh ya?”.
“iya, gue takut, jadi lo bawanya jangan kenceng-kenceng ya”.
“iye, iye, gampang, udah cepet pegangan”. Aku memeluk badannya yang besar itu dengan erat karena aku memang takut sekali jika naik motor, untungnya Mac mengendarai motor dengan pelan dan hati-hati sehingga aku jadi tidak takut. Selama perjalanan aku mengobrol berbagai macam hal dengannya, mulai dari dosen, teman, dan bahkan pengalaman pribadinya, dia bercerita padaku kalau dia suka pada salah satu teman cewekku yang bernama Ana.
“beneran, lo suka ama si Ana? kalo bener, tar gue bilangin ke dia”.
“ja,,,jangan,, dia kenal aja kagak ama gue”.
“yah kenalan lah, susah amat”.
“nah itu dia masalahnya, gue gak pd”.
“gak pd kenapa?”.
“kan biasanya cewek cantik ngeliatnya fisik”.
“iya sih, si Ana emang nganggep fisik lebih penting, tapi gak semua cewek cakep ngeliat fisik contohnya gue”.
“boong lo”.
“iya, kalau gue mentingin fisik, pasti gue udah jadi rebutan cowok-cowok”.
“terus kenapa lo belum punya cowok ampe sekarang?”.
“cowok-cowok yang ngedeketin gue ada maunya, tau sendiri kan”.
“iya-iya, gue tau, oh ya nih belok kemana?”.
“tuh depan bentar lagi rumah gue”. Akhirnya kami sampai di rumahku yang baru karena rumah ortuku yang dulu dijual sebab ortuku pindah ke luar negeri dengan pembantuku juga, jadi aku dibelikan rumah yang lebih kecil dan sederhana daripada sebelumnya karena aku tinggal sendirian.
“rumah lo kayaknya nyaman banget ya”.
“iya dong, kan ni rumah gue rawat terus, yaudah yuk masuk”. Kemudian kami berdua turun dan masuk ke dalam rumahku yang kecil tapi sangat nyaman karena semua ruangan kupasangi ac kecuali kamar mandi tentunya.
“minum apa nih?”.
“udah, jangan repot-repot”.
“masa tamu gak disuguhin minuman, udah mau minum apa?”.
“mmm,,, soft drink aja deh”.
“yaudah, bentar ya”.
“oh ya, wc dimana gue mau cuci muka dulu”.
“tuh disana”. Kemudian aku ke dapur sementara Mario ke kamar mandi.
Aku juga sekalian ke kamarku untuk mengganti bajuku supaya aku tidak gerah, setelah berganti baju dengan kaos yang biasa kupakai di rumah yaitu kaos putih yang longgar dan celana hotpants, lalu aku pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk Mario, setelah itu aku kembali ke ruang tamu dimana Mario sedang menonton tv yang ada di ruang tamu.
“buset, baju lo kok kayak gitu?”.
“sori banget nih, soalnya gue lebih nyaman pake kayak gini, gak apa-apa kan?”.
“gak apa-apa sih, cuman gue kaget aja”.
“yaudah, lo langsung ke kamar gue aja, soalnya komputernya ada di kamar gue”.
“gue boleh bawa minuman gue kan?”.
“ya bolehlah, udah sana, gue mau ngunci pintu dulu”. Setelah mengunci pintu, aku langsung menyusul Mario yang sudah lebih dulu menuju kamarku. Ternyata, dia sudah mulai mengerjakan tugas sendirian sambil meminum minuman yang tadi kubuatkan untuknya.
“nih gue bawain makanan, kacang ‘n kue-kue”.
“boleh gue makan kan?”.
“gak boleh, bolehnya diliatin aja. Ya boleh lah, ngapain gue capek-capek bawa kesini kalo gak boleh di makan”.
Sambil makan dan minum, dia mengerjakan tugas sementara aku berdiri dan sedikit membungkuk di sampingnya untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Karena aku membungkuk, payudaraku jadi berada tepat di samping kepalanya sehingga ketika dia menengok ke arahku, matanya langsung disuguhi pemandangan yang indah yaitu payudaraku yang montok dan kencang. Aku tidak tau kalau kadang-kadang dia mencuri-curi pandang ke arah dadaku karena aku terfokus pada komputer, setelah dia sudah mengeluh capek.
“Ras, gantian dong capek gue nih!”.
“iye, iye, sini gue gantiin, lo istirahat aja dulu”. Lalu aku duduk di depan komputer dan mulai mengerjakan sementara dia tidur-tiduran sambil melihat hpku, aku lupa belum menghapus video bokep yang direkam temanku ketika aku sedang disetubuhi 5 orang pekerja bangunan. Aku terlambat menyadari hal itu, tiba-tiba Mario mengunci pintu lalu mendekatiku yang masih serius mengerjakan tugas. Dia langsung meremas-remas payudaraku dari belakang kursi.
Aku langsung meronta-ronta dan bangun dari kursi secepat mungkin setelah aku berhasil melepaskan remasannya.
“mau ngapain lo Mac?”.
“sori, gue udah gak tahan ngeliat bodi lo”. Lalu dia mendorong tubuhku ke tembok, setelah badanku sudah merapat ke dinding, Mario memegangi kedua tanganku, aku meronta-meronta untuk melepaskan diri tapi aku tak berdaya melawan Mario karena badannya yang besar. Aku hanya bisa pasrah ketika dia mulai melumat bibir mungilku, dia mainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, sebenarnya aku ingin bermain dengan lidahnya tapi aku geleng-gelengkan kepalaku agar terkesan mengadakan perlawanan, itu semua kulakukan supaya nafsu birahinya jadi semakin bertambah. Sambil melumat bibirku, dia juga meremas-remas payudaraku sehingga birahi semakin mengambil alih diriku yang membuatku tanpa sadar meremas-remas penisnya yang masih terbalut celana jeansnya. Dia melepaskan cumbuannya.
“Ras, lo emang bener-bener idaman para cowok”, aku hanya memberikan senyum manisku kepadanya.
Lalu dia mulai membuka kaosku dengan paksa karena dia sudah sangat bernafsu melihatku yang sudah pasrah padanya, setelah kaosku terbuka dia langsung membuka Bhku sehingga payudaraku yang berukuran 36B dan putih mulus terpampang jelas di hadapannya.
“anjrit, toket lo mantep banget”. Lalu dia merebahkan tubuhku ke ranjang, kemudian dia mulai menelusuri satu senti demi satu senti dari payudaraku dengan lidahnya, aku hanya bisa mendesah pelan ketika tekstur lidahnya yang kasar menyentuh kulit payudaraku yang halus. Setelah itu dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke kedua putingku secara bergantian dan kadang-kadang dia memelintir serta memilin-milin kedua putingku. Ketika dia memasukkan putingku ke mulutnya dan mulai menghisapnya, kurasakan susuku langsung mengalir keluar dari putingku menuju ke mulut Mario.
“kok ada susunya sih?”.
“udah isep aja, mau gak?”.
“mau dong, susu lo manis banget gitu”. Lalu dia mulai menghisap kuat-kuat putingku seperti ingin menyedot habis susu yang keluar dari putingku.
Mario menghisap susu dari kedua putingku secara bergantian, setelah puas menyeruput habis susuku, dia berkomentar.
“parah, baru kali ini gue nyobain susu cewek udah gitu manis lagi”, aku tidak berkata apa-apa. Kemudian, dia mulai membuka hotpants serta cdku.
“mmhh, wangi apaan nih?”, setelah itu dia mengendus-endus vaginaku.
“ooh, taunya dari sini. Ras, memek lo wangi melati ya, harum banget memek lo”.
“kan gue rawat terus, jadinya udah pasti wangi dong”.
“kalo gini sih, gue jadi tambah nafsu aja ama lo”.
“udah, mau dicobain apa mau diendus-endus doang?”.
“hehe,,sori,,abisnya gue kagum banget ama bodi lo”. Kemudian, dia mulai menjilati bibir vaginaku yang masih tertutup rapat, dan juga Mario melebarkan bibir vaginaku dengan 2 jarinya. Karena aku mencukur habis rambut kemaluanku jadi daerah selangkanganku yang putih mulus tambah kelihatan bersih, aku mendesah pelan ketika lidah Mario menyapu bibir vaginaku. Akhirnya, dia menemukan klitorisku, tentu saja tanpa ragu-ragu lagi dia langsung menyentuh klitorisku dengan lidahnya sehingga aku mendesah dengan lebih kencang dari sebelumnya.
“aaaahh,,,,mmmmhhh!!”, desahku ketika dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke daging kencilku yang sangat sensitif.
“buset, klitoris lo manis banget”.
“yaudah, terusin dong jangan berhenti”.
“ok,,”. Lalu dia meneruskan aktivitasnya yang tertunda, tapi kali ini dia memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang vaginaku dan menggerakkan 2 jarinya itu keluar masuk vaginaku. Vaginaku terasa penuh karena diisi 2 jari Mario yang besar.
“ah, gue tambahin ah”.
“jaaannnggg….”, belum selesai aku berbicara Mario sudah menambahkan 1 jarinya lagi ke dalam vaginaku sehingga kini vaginaku benar-benar terasa penuh sesak daripada sebelumnya.
“awwhhh,,,mmmhhh”. Erangku, tapi sepertinya Mario tak menghiraukanku karena dia terus melakukan aktivitasnya. Dia mengobok-obok vaginaku sementara aku hanya bisa mengigit bibirku sendiri sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya.
Aku merasa sudah tidak tahan lagi hingga tubuhku mengejang dan aku menekuk tubuhku keatas.
“aaaahhhh,,,”, desahanku karena aku mengalami orgasme dan mengalirlah cairan dari vaginaku dengan deras langsung mengucur keluar membasahi 3 jari Mario yang sedang mengubek-ubek vaginaku. Setelah cairanku sudah terkuras habis, Mario berkomentar.
“wuih, cairan lo banyak juga, Ras”, aku hanya diam tidak membalas perkataannya.
“Ras, boleh kan gue nyobain cairan lo?”. Aku hanya mengangguk pelan karena aku sudah lemas. Mario menjilati cairanku yang ada di jarinya, dia menjilati jarinya sendiri sampai benar-benar bersih dari cairanku.
“waw, cairan lo manis kayak madu, jadi pengen lagi nih”. Lalu Mario melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang banjir karena cairanku sendiri bisa terlihat jelasnya.
“mmhh,,, memek lo menggoda banget”. Mario langsung membenamkan wajahnya ke lembah kenikmatanku yang sudah banjir oleh cairanku.
“sslluuurrppp….slluurrpp”, bunyi yang muncul ketika Mario menyeruput cairan yang ada di daerah vaginaku.
Aku merapatkan kakiku sehingga kepala Mario terhimpit kedua pahaku, rupanya Mario tau kalau aku tidak mau dia berhenti sehingga dia lebih menaikkan frekuensi jilatannya dan ketika lidahnya mengenai klitorisku, aku merasa badanku dialiri listrik dan aku mendesah seperti orang yang sedang kecape’an. Mario sadar kalau lidahnya mengenai klitorisku sehingga kini dia lebih memfokuskan jilatannya ke klitorisku. Karena G-spotku ada di klitorisku, aku lebih cepat mencapai orgasme daripada sebelumnya, tentu saja semua cairan yang keluar dari vaginaku langsung diseruput habis oleh Mario. Setelah orgasmeku yang kedua itu, aku melepaskan himpitan pahaku kepada kepala Mario, tapi Mario masih tetap membenamkan wajahnya di vaginaku untuk membersihkan sisa-sisa cairanku yang masih ada di bibir luar vaginaku.
“udah dong, jangan dijilat terus, geli tau”, kataku seraya menepuk kepala Mario.
“he,,,he,,,he,,, sory, abisnya memek lo manis ‘n wangi banget, gue jadi gak mau pisah ama memek lo”.
“ah, ada-ada aja lo, tapi memek gue enak banget ya?”.
“beh, bukan enak lagi tapi mantab, btw lo juga bisa ngeluarin susu ya?”.
“ya, gimana susu gue?”.
“manis juga, lo pake apaan sih, kok bisa manis dua-duanya kayak gitu?”.
“mau tau?”.
“iya”.
“mau tau aja deh”.
“hmm,, dasar”.
“he,,he,, eh, gue aus nih, gue mau ambil minum, lo mau gak?”.
“sini, lo gue gendong”. Tubuh telanjangku diangkat, lalu aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya dan melingkarkan tanganku ke lehernya, kami berdua seperti sedang bulan madu. Dia menciumi wajahku, dan bibirku selama berjalan ke dapur, aku membalasnya dengan melakukan hal yang sama.
“kita kayak suami istri aja ya”.
“kalo istri gue secantik lo, gue bakal ngentotin lo terus-terusan”.
“aahh, gue jadi malu, he,,he”. Setelah sampai di dapur, Mario menurunkanku dan aku mengambil minuman di kulkas dengan sedikit membungkukkan badanku sehingga pantat bulatku terekspos jelas ke Mario, dan dia langsung menepuk pantatku.
“eh, nakal ya, pake nepok pantat gue segala”.
“abisnya pantat lo ngegemesin sih”.
“maksud lo?”.
“ya, pantat lo tuh bulet ‘n kenceng banget”.
“iya dong, siapa dulu pemiliknya, Rasti”, balasku sambil menggoyang-goyangkan pantatku ke arahnya. Lalu, aku minum air jus yang kuambil dari kulkas.
“loh, lo gak minum?”, tanyaku sambil menaruh gelas yang sudah kosong.
“ngapain minum kayak gituan, kan ada susu lo”. Dengan semangat 45, dia langsung meremas-remas payudara kananku sedangkan payudara kiriku disedot Mario sampai pipinya kempot. Susuku yang hangat dan manis langsung mengalir keluar menuju mulut Mario.
“mmhh,,manis banget”.
“udah dong, lo kira gak geli apa”.
“he,,he,,sori deh”.
“gue cuma bercanda kok, sedot aja sepuas lo”.
“asik!!”. Lalu dia menyedot susu dari payudara kanan dan kiriku secara bergantian selama kurang lebih 5 menit, lalu dia menyudahi sedotannya.
“udah belum minum susunya?”.
“udah puas gue minum susu lo, eh Ras, gantian dong, lo yang isep punya gue”.
“ah ogah ah”.
“ayo dong, pliis..”.
“emang untungnya apa gue isep punya lo?”.
“kalo lo isep punya gue, lo gue beliin apaan aja yang lo mau deh”.
“bener?”.
“bener, ya,,ya mau ya”.
“he,,he,, gue cuma becanda kok, gue bukan cewek matre kalee”.
“jadi lo mau ngisep ****** gue?”. Aku membalasnya dengan tersenyum dan juga mengangguk. Aku berjongkok untuk membuka celananya, sementara Mario membuka bajunya, setelah celana jeansnya sudah kubuka, aku langsung membuka celana dalamnya dan penis Mario langsung menyembul keluar untuk menyapaku. Ternyata, penis Mario tidak begitu panjang, tapi penisnya gemuk seperti pemiliknya, penis Mario mempunyai panjang 14 cm dan berdiameter 4 cm. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung memasukkan penis Mario ke dalam mulutku, aku langsung jilati kepala penisnya yang membuat pemiliknya menggelinjang, mungkin karena terasa nikmat sekaligus ngilu. Tiba-tiba Mario menekan penisnya ke dalam mulutku, untungnya penisnya tidak terlalu panjang sehingga aku hanya sedikit tersedak, kini Mario memaju mundurkan penisnya ke dalam mulutku seperti sedang menggenjot vaginaku.
Aku hanya bisa diam menerima sodokan-sodokan Mario terhadap mulutku, tapi lama kelamaan aku merasa tidak enak juga karena penisnya yang gemuk memenuhi mulutku, sementara mulutku sedang digenjot olehnya tanganku memijati buah zakarnya dengan perlahan. Setelah beberapa menit, dia mengerjai mulutku, Mario berhenti memompa mulutku sehingga kini aku yang bekerja, aku emut kepala penisnya secara perlahan sambil tanganku terus memijati buah zakarnya. Lalu aku telusuri batang penisnya dengan lidahku dari pangkal ke kepalanya dan sebaliknya, kemudian aku menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku, setelah puas bermain dengan penisnya, aku memainkan mulutku di buah zakarnya sampai-sampai daerah selangkangan Mario basah semua karena jilatan-jilatanku. Tapi ketika aku sedang asik-asiknya menjilati lolipop daging milik Mario, lolipop itu berdenyut-denyut yang menandakan sebentar lagi akan orgasme, dengan terpaksa aku menghentikan aktivitasku.
“yah, masa udah mau ngencrot sih?”.
“abisnya lo jago banget sih ngisepnya”.
“yaudah, kita cooling down dulu ya”.
“ok, tapi ke kamar lo yuk, capek nih berdiri”.
“iya, iya, yuk”. Kemudian, aku dan Mario pergi menuju kamarku dalam keadaan bugil, tentu saja dia menciumiku selama berjalan ke kamarku. Setelah sampai di kamar, Mario menyuruhku untuk tidur terlentang di ranjang, tentu saja aku mengikutinya karena aku juga tidak tahan lagi ingin disuntik. Mario naik ke atas ranjang dan menyiapkan penisnya di depan vaginaku, lalu Mario melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang bersih terlihat jelas. Dia mengelus-eluskan penisnya ke atas dan ke bawah menelusuri bibir luar vaginaku sehingga birahiku menjadi naik kembali, lalu Mario menaruh kepala penisnya di pintu masuk lubang surga dunia milikku. Kemudian dengan perlahan dia memasukkan penis gemuknya ke dalam vaginaku yang sudah lapar akan penis, tanpa usaha yang keras, penis Mario dengan mudah amblas ditelan vaginaku karena penisnya tidak terlalu besar dan juga karena vaginaku sudah dilumasi oleh cairanku sendiri.
Aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya, sementara dia belum mulai memompa vaginaku karena dia ingin merasakan betapa hangat dan sempitnya vaginaku, selain itu dia juga ingin menciumku tapi tidak bisa karena tertahan perutnya yang gemuk. Akhirnya dia mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan irama yang perlahan untuk membiarkan aku terbiasa dengan penis gemuknya yang membuat vaginaku terasa penuh meskipun tidak terlalu besar. Sementara Mario menggerakkan Mr. P nya keluar masuk vaginaku, Mario juga meremas-remas kedua buah payudaraku dengan kedua tangannya sehingga susuku memuncrat keluar dari putingku. Sodokan demi sodokan menerjang vaginaku, rupanya Mario belum terlalu lihai dalam hal mengaduk-adukkan tongkatnya di dalam vagina seorang wanita karena dia memompa vaginaku tanpa irama yang jelas, kadang cepat kadang lambat. Tapi meskipun pompaan Mario tidak berirama, itu sudah membuatku menggelinjang keenakan.
Tak terasa sudah 20 menit Mario mengaduk-aduk vaginaku dengan batangnya, kurasakan tubuhku sudah tidak tahan lagi menikmati kenikmatan yang bersumber dari vaginaku dan menjalar di sekujur tubuhku seperti aliran listrik. Dan akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi, tapi aku juga merasakan penis Mario mulai berdenyut-denyut di dalam vaginaku sehingga aku harus menahan orgasmeku agar kami berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Dengan susah payah aku menahan klimaksku sampai 5 menit ke depan.
“aahh,,,Ras,,,guuee,,,kkeeluuarr!!!”.
“gguuee,,jjugga”. Akhirnya aku mencapai orgasme dan mengeluarkan cairan dengan deras dari dalam vaginaku, bersamaan dengan itu Mario juga menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Vaginaku benar-benar terasa hangat karena cairanku dan sperma Mario bercampur aduk di vaginaku, aku merasakan Mario menyemprotkan sperma ke dalam vaginaku sebanyak 5 kali semburan. Setelah penis Mario sudah memuntahkan semua lahar putihnya, kami beristirahat dengan nafas tersengal-sengal, tentu saja Mario sudah mencabut penisnya keluar dari vaginaku.
Aku merasakan hangatnya sperma dan cairanku mengalir keluar dari vaginaku menuju ke kasurku. Aku menolehkan muka untuk menatap mata Mario, begitu juga dengan Mario menatap mataku dengan penuh arti.
“Ras, maafin gue ya”.
“kenapa?”.
“gue ngencrot di dalam memek lo”.
“ya ilah, gitu doang, nyantai aja lagi”.
“bener, gak papa?”.
“bener kok, eh btw, lo udah berapa kali ngesex ama cewek?”.
“baru kali ini doang kok”.
“yang bener?”.
“bener, emang kenapa?”.
“kok lo tau sih cara foreplay?”.
“kan gue cowok jadi gue tau caranya lewat film-film bokep”.
“oohh,,gitu”.
“nah, lo sendiri dari umur berapa udah gak virgin?”.
“jangan ah, itu rahasia gue”.
“oh, sori-sori”.
“gak apa-apa, eh iya, tugas kita belum selesai tuh, gara-gara lo pake nafsu segala”.
“sori banget deh, tadinya gue juga mau serius ngerjain tugas, tapi ngeliat lo pake hotpants, gue jadi nafsu”.
“yaudah, sana kerjain, gue mau mandi dulu biar wangi lagi”.
“tapi ntar gue boleh ******* ama lo lagi kan?”.
“nggg…tau deh, liat nanti ya”.
Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang telah menjadi tempat pelampiasan nafsu Mario sementara Mario mengerjakan tugas. Setelah tubuhku wangi kembali, aku kembali ke Mario dengan telanjang.
“Mac, gue telanjang aja, gak apa-apa kan? Kan lo udah ngeliat body gue ini”.
“iya, gue malah seneng kalo lo gak pake baju”.
“huu, dasar lo, udah sana lo kerjain tugas, gue mau nonton tv dulu”.
“eh, tapi ntar gantian ye, masa gue ngerjain sendiri”.
“ok, ntar bilang aja kalau lo udah capek”. 15 menit kemudian, Mario sudah kelihatan capek.
“Ras, gantian dong, gue capek nih”.
“ok, lo istirahat dulu sana”. Aku dan Mario terus bergantian mengerjakan tugas kami sampai jam menunjukkan 7.30 malam.
“Ras, lo tinggal disini sendirian?”.
“iya, emang kenapa?”.
“apa lo gak takut?”.
“takut apa? Maling? Hantu? Gak takut gue”.
“tapi apa lo gak kesepian?”.
“iya sih, kadang-kadang sepi juga”.
“nah, kalo gitu, boleh gak gue nemenin lo sampe 3 hari?”.
“hah, kos-kosan lo gimana?”.
“gampang deh pokoknya, boleh ya?”.
“kok maksa banget, pasti ada maksud tertentu”.
“nggak, biar tugasnya bisa selesai”.
“apa bener, cuma ngerjain tugas, ngomong aja yang jujur ama gue”.
“hehe,,, gue juga pengen ngentotin lo sih, abisnya gue ketagihan ******* ama lo”.
“hmm, gimana ya?”.
“ayo dong Ras, pleaasee”.
“iya, iya, lo boleh nginep”.
“gue juga boleh belajar ******* ama lo gak?”.
“iya, iya, gampang, udah sana pulang ambil baju”.
“ok, Tuan Putri yang cantik secantik bidadari”.
“aah, jangan gitu dong, gue jadi malu nih,, hehe”.
“yaudah gue pulang dulu ya”. Aku mengantarnya sampai ke pintu rumahku tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhku, ketika kami berdua berada di pintu rumahku, Mario tiba-tiba merunduk dan menghisap susuku dari payudara kananku sementara tangannya meremas-remas payudara kiri.
“Maac,,jangan,,,ntar,,keetauaan oraang”.
“sori, sori, abisnya gue gemes banget ngeliat toket lo, montok banget sih”.
“huu, untung gak ada orang, jadi kita gak ketauan, udah sana”.
“yaudah, ntar gue balik lagi ya”. Hanya dalam waktu 30 menit, Mario sudah ada di depan pintu rumahku dan memencet bel, aku membukakan pintu dalam keadaan yang masih telanjang karena di rumah aku lebih suka tidak memakai apa-apa.
“Mac, cepet banget lo udah nyampe sini lagi”.
“soalnya gue udah gak sabar pengen ******* lagi ama lo”.
“huu,,dasar”. Tiba-tiba Mario menciumi leherku dan bibirku serta meremas-remas pantatku.
“Mac, sabar dong, tutup dulu pintunya, abis itu baru lo boleh ngapain aja”.
“ok, oh ya, kebetulan gue bawa viagra nih”.
“viagra? Lo emang niat bawa?”.
“iya, supaya bisa ngentotin lo terus-terusan”.
“yaudah, kalau gitu selama 3 hari lo bebas ngentotin gue sesuka lo asalkan lo yang ngerjain tugas”.
“ok, deal ya?”.
“deal”.
“ok, mulai yuk”. Lalu Mario meminum viagra dan langsung menggarap tubuhku semalam suntuk, dan jika efek viagra sudah habis, dia meminum viagra sehingga Mario bisa mengobok-obok vaginaku dengan penisnya semalaman.
2 hari kulalui bersama Big Mac di rumahku, kami satu kelompok dalam mengerjakan tugas final. Tugas yang kuanggap sulit itu bisa dikerjakan Big Mac dalam 2 hari saja dengan imbalan yaitu aku harus melayaninya kapanpun dia mau, tapi aku tidak keberatan melayaninya kapanpun dia mau karena dia sangat lembut kepadaku. Selama 2 hari dia menginap di rumahku aku mengajarinya berbagai macam posisi saat bersetubuh supaya permainan kami lebih bervariasi dan tidak membosankan. Jam 10 pagi di hari ketiga, setelah puas menyetubuhiku, Mario mengajakku ke kampus untuk menyerahkan tugas dan makalah laporannya.
“Ras, ayo, ke kampus nyerahin tugas”.
“ayo”.
“eh,, ras, ntar dikampus gue boleh gandeng tangan lo gak?”.
“emang kenapa harus gandengan tangan? Emangnya gue truk gandeng”.
“jangan marah dong, gue kan cuma nanya kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.
“gue gak marah kalee, emangnya kenapa sih?”.
“temen-temen gue ngejek gue gak bakal dapet pacar..”.
“oh, gue ngerti, ntar di kampus gue pura-pura jadi pacar lo, ya kan?”.
“nah, lo tau, gimana lo mau gak?”.
“iya, gampang deh”.
“tapi misalnya gue nyium bibir lo di depan temen gue boleh gak?”.
“mmhh,, gimana ya?”.
“kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.
“boleh kok”.
“yang bener lo? Lo gak malu? Lo kan celer di kampus”.
“gue gak malu, biarin aja apa kata orang, btw celer apaan?”.
“cewek populer”.
“ooh, ampir gue salah denger”.
“pasti dengernya peler, ya kan?”.
“hehehe…”. Lalu kami pergi ke kampus, setelah menyerahkan tugas ke dosen, sang dosen memberi nilai A karena hasil kerja kami dibilang bagus oleh dosen itu. Aku sangat senang karena aku tidak mengerjakan apa-apa tapi dapat nilai A ( ), setelah menyerahkan tugas ke dosen berarti aku bisa santai selama 2 bulan ke depan. Mario mengajakku ke teman-temannya yang sedang berada di kantin.
“guyz, nih kenalin cewek gue”.
“Rasti, cewek lo? Mimpi aja lo, haha”, teman-teman Mario mengejeknya.
“dibilangin, gak percaya, tanya aja langsung!!”.
“pasti si Big Mac bo’ong, iya kan Ras?”.
“enggak, gue emang udah jadian ama si Big Mac”.
“tuh kan, gue bilang apa”.
“ah, masih gak percaya, jangan-jangan lo ngancem Rasti y kan?”.
“beneran kok, yaudah, sekarang gue cium Rasti deh, kalo dia nolak berarti gue bo’ong”. Lalu Mario memelukku dan kemudian melumat bibirku, dia mainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku menutup mataku dan membalas memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit. Lumayan lama juga kami berciuman di depan teman-teman Mario, mungkin sekitar 45 detik, lalu kami menyudahi ciuman kami.
“tuh kan, Rasti gak nolak”.
“wah,, enak banget lo ciuman ama Rasti, gue jadi pengen nih”.
“iya, gue juga”.
“sama”.
“enak aja, emangnya bibir gue gratisan”.
“bercanda doang Ras”. Lalu kami tertawa bersama-sama.
“udah ya guyz, gue ama Mario mau jalan dulu”.
“ati-ati Ras, tar kalo lo berdua makan, pasti lo ketempuan”.
“iye, kan si Mac makannye banyak”.
“dasar lo pade, ngejek gue mulu, udah ye, gue ama Rasti mau jalan dulu”. Lalu kami berdua pergi meninggalkan teman-teman Mario dan menuju tempat parkir.
“gimana akting gue bagus kan?”.
“bagus, apalagi ciuman lo”.
“hm, dasar lo, eh kita mau kemana nih?”.
“kemana ya, enaknya, lo maunya kemana?”.
“ke mall yang ada bioskopnya yuk”.
“ok”. Lalu kami berdua naik motor dan pergi dari tempat parkir, aku sengaja memeluk Mario karena selain aku takut, juga supaya dadaku tertekan ke punggungnya. Di tengah perjalanan, kami berdua mengobrol
“Ras, gue boleh jadi pacar lo gak?”.
“maksud lo, jadi pacar beneran?”.
“iya, gimana boleh gak?”.
“tapi, bukannya lo suka ama Ana?”.
“iya, tapi kayaknya gak mungkin, lagian kan gue deket ama lo udah gitu lo lebih cantik dari Ana, jadi mendingan gue nembak lo, mumpung lagi ada kesempatan”.
“tapi ngapain kita pacaran, kan lo udah pernah ngeliat badan gue”.
“maksud lo?”.
“bukannya tujuan cowok macarin cewek biar bisa ngesex ama tuh cewek, ya kan?”.
“ya sih, tapi kan gue pengen punya pacar beneran”.
“bener mau jadi pacar gue?”.
“beneran, suer deh”.
“yaudah, kita pacaran”.
“asik”.
“eh, ati-ati, ntar nabrak”.
“sori, btw gue boleh manggil lo sayang kan?”.
“terserah kamu”.
“ok, sayangku”. Setelah sampai di mall, kami makan makanan cepat saji.
“eit,, jangan makan yang itu”.
“kenapa?”.
“itu banyak minyak, tar kamu tambah gendut, mending kamu makan salad”.
“tapi,, kan enak”.
“mau kurus gak?”.
“iya deh iya”. Setelah makan, kami langsung bergegas karena film yang akan kami tonton sudah mau dimulai. Film yang kami tonton film horor, karena aku tidak terlalu takut dengan film horor jadi aku menyaksikan film dengan biasa-biasa saja. Anehnya, Mario malah menutup mata seperti orang ketakutan.
“kamu kenapa,, ketakutan ya?”.
“nnnggakk kok!!”.
“alah, jangan boong, muka kamu udah pucet gitu,,haha”.
“iya deh, aku ngaku”.
“badan doang gede, nyali ciut,”.
“jangan ngatain aku mulu dong”.
“maaf deh,,, ok?”.
“iya, Rastiku sayang”.
“sssttt,,, jangan berisik dong”, kata orang yang duduk di sebelahku.
“maaf,,maaf”. Lalu aku menyaksikan film horor lagi.
Setelah filmnya selesai, aku dan Mario keluar dari studio. Mario kelihatan pucat dan mengeluarkan keringat dingin.
“Ayang, kamu takut banget ya?”.
“he,,eh”.
“aduh kasihan ayangku,, yaudah kita jalan-jalan dulu supaya lupa”. Selama kami berjalan-jalan, orang-orang di mall melihat kami dengan tatapan aneh. Tak sengaja aku mendengar percakapan dua orang ibu ketika aku dan Mario melintas di depan mereka.
“kok cowok gendut kayak gitu bisa dapet cewek cantik ya?”.
“pake pelet kali ya”, lalu kedua ibu itu tertawa. Kelihatannya Mario tak menghiraukan perkataan kedua ibu tadi.
“sayang, kok pada ngeliatin kita sih?”.
“gak tau deh, udah biarin aja”.
“ngomong-ngomong aku pengen ke wc nih”.
“yaudah, kita ke wc dulu abis itu kita pulang ya”.
“ok deh, cewekku yang cantik ‘n seksi”.
“apaan sih, udah ah, yok ke wc”. Tak lama kemudian, kami sampai di depan toilet.
“udah sana, aku juga mau ke toilet”.
“maunya bareng-bareng”.
“yee,, tar kalo aku masuk ke wc cowok, aku diapa-apain lagi”.
“yaudah kalo gitu, aku ke wc cewek”.
“kalo kamu mau digebukin sih silakan”.
“udah ah, jangan bcanda”. Lalu aku masuk ke wc cewek, dan Mario masuk ke wc cowok, tidak lama kemudian aku selesai dan keluar kamar mandi, kulihat Mario sudah menungguku.
“ayang, kamu lama banget sih?”.
“namanya juga cewek,, lagian kan buat kamu juga”.
“hehe,,”.
“pake ketawa lagi, btw aku udah capek nih, pulang yuk”.
“yuk,,”. Akhirnya kami pun pulang ke rumah, setelah sampai di rumah aku langsung menuju kamarku dan merebahkan tubuhku di ranjangku yang empuk sementara Mario sedang memasukkan motor ke garasi. Tak terasa aku mulai mengantuk dan mataku juga sudah mulai menutup dengan perlahan, tapi aku terbangun lagi karena aku merasakan payudaraku sedang diremas-remas.
“sayang, jangan dong, aku mau tidur nih”.
“yah, aku udah gak tahan nih”.
“please yank, aku capek banget, mending kita tidur dulu, ntar terserah kamu deh, mau sampe pagi juga aku ladenin deh, tapi biarin aku tidur dulu ya”.
“bener ya, awas kalo bo’ong”.
“iya, iya, udah sini tidur di sebelahku”.
“kamu gak ganti baju dulu?”.
“oh ya, tapi aku telanjang aja ah, males ganti baju”.
“ntar aku nafsu, gimana?”.
“tahan dong, masa gak bisa sih”.
“cowok mana yang bisa nahan nafsu kalo ngeliat body kamu. Kamu pake baju aja udah bikin cowok nafsu, apalagi kalo telanjang”.
“yaudah, aku kelonin kamu supaya kamu tidur duluan”.
“gue boleh sambil nyusu kan?”.
“dasar kamu,,, yaudah boleh sambil nyusu, tapi jangan ngerangsang aku ya”.
“ok, ayangku”. Lalu aku mengeloni Mario dengan mengelus-elus kepalanya sementara Mario menghisap kuat-kuat susu yang keluar dari putingku. Akhirnya, Mario tertidur lalu melepaskan kulumannya terhadap putingku dan mataku pun mulai menutup hingga akhirnya aku berpetualang di dunia mimpi. Aku terbangun ketika merasakan daerah selangkanganku seperti sedang dijilat oleh seseorang, spontan kubuka mataku lebar-lebar dan melihat ke daerah selangkanganku, rupanya Mario sudah membenamkan wajahnya diantara kedua pahaku dan menjilati vaginaku.
“aaahh,,,Mario!!”.
“sori ayang, aku gak tahan ngeliat body kamu”.
“yaudah, lanjutin aja”. Kemudian Mario melanjutkan aktivitasnya yaitu menjilati vaginaku. Desahanku semakin kencang ketika lidahnya mengenai klitorisku, karena Mario tau kalau lidahnya mengenai klitorisku, dia jadi lebih memfokuskan jilatan-jilatannya kepada daging kecilku yang sangat sensitif itu. Sapuan lidah Mario membawaku ke puncak kenikmatan sehingga cairan vaginaku mengalir keluar dengan deras yang langsung diseruput habis oleh Mario.
“memek kamu emang manis banget rasanya”.
“manis sih manis tapi bilang-bilang dong kalo ngejilat memek orang”.
“maaf sayang, jangan marah dong”.
“hehe,,kena kamu, aku cuma becanda kok, aku gak marah”.
“dasar kamu”, balas Mario sambil mencubit putingku
“yank, aku seneng deh nginep di rumah kamu”.
“iya, kamu seneng, aku repot”.
“repot kenapa?”.
“tiap hari kan, kamu minta jatah mulu sampe 5 jam lagi”.
“hehe,, maaf deh, lagian body kamu seksi banget sih bikin aku horny terus”.
“oh ya, coba kamu nimbang berat badan sana”.
Lalu Mario menimbang berat badannya dengan timbangan berat di kamarku.
“wah, turun 2 kilo, tadinya kan gue 98 sekarang jadi 96, asik”.
“gimana gak turun, selama kamu nginep disini kan jarang makan, paling-paling minum susuku udah gitu kan kita olahraga di ranjang terus jadi kamu keringetan pasti itu semua bikin berat kamu turun”.
“nah, aku ada ide, kan kita libur 2 bulan, gimana kalo aku tinggal disini terus kamu ngebantu aku diet”.
“yee,, enak aja, apa untungnya, adanya ntar aku malah repot”.
“yah, please, masa gak mau bantu pacar sendiri sih?”.
“yaudah, tapi 1 syarat kamu harus nurutin semua aturan diet yang kubuat ya, gimana?”.
“ok”.
“yaudah kalo gitu, tunggu bentar ya”.
“mau kemana?”.
“udah, tunggu dulu sini”. Aku pergi ke dapur dan membuat minuman, lalu kembali ke kamar.
“nih minum”.
“apaan neh?”.
“minum aja dulu, ntar baru komentar”. Kemudian, Mario meminum minuman yang tadi kubuat.
“yang, minuman apaan nih? Kok aku jadi ngerasa kenyang kayak gini”.
“di minuman itu udah aku campur obat aku yang bikin orang jadi gak laper”.
“keren banget obat kamu”.
“lumayan kan, bisa ngebantu kamu diet”.
“iya, terus dietnya gimana?”.
“gini nih, kan kalau kita keringetan, berat kita bisa turun”.
“terus?”.
“nah, kamu harus olahraga terus supaya keringatan”.
“kapan mulai?”.
“sekarang”.
“hah!? sekarang, gimana caranya?”.
“yah, ayang masa gak ngerti”, balasku sambil mengelus-elus vaginaku.
“oh, olahraga ranjang, wah kalo dietnya kayak gini sih, aku jadi semangat”. Lalu aku mendorong Mario sehingga tubuh gemuknya jatuh ke ranjang, tapi kakinya masih menjuntai ke bawah dan ‘onderdil’nya berada di tepi ranjang. Aku jongkok dan menjilati buah zakarnya sampai ke kepala penisnya, lalu kujilati sebaliknya yaitu dari kepala penis sampai ke buah zakarnya sehingga Mario mendesah karena perbuatanku terhadap penisnya itu. Kujilati setiap milimeter penis Mario sehingga daerah selangkangan Mario benar-benar basah karena air liurku. Kumainkan lidahku ke atas dan ke bawah di batang penis Mario, selain itu aku juga menyentil-nyentilkan lidahku ke lubang kencing Mario, serta kuemuti kepala penisnya berkali-kali.
Dan ketika aku melahap buah zakar Mario, aku mengocok penisnya dengan tanganku. Lalu kurasakan penisnya berdenyut-denyut yang menandakan dia akan memuntahkan lahar putihnya, dengan sengaja aku menghentikan permainan mulutku, Mario langsung protes.
“lho, sayang, kok berhenti? tanggung nih, dikit lagi”.
“kamu udah minum obat kuat belum?”.
“oh ya lupa, aku minum dulu ya”.
“untung aku ingetin, coba kalau nggak, masa aku nungguin kamu ngaceng lagi”. Kemudian, Mario meminum obat kuatnya, sementara aku naik ke ranjang.
“oh ya sayang, kamu gak takut hamil? kan aku entotin terus”.
“emang kamu gak mau jadi suami aku?”.
“mau sih, tapi sekarang aku belum siap”.
“he,,,he,, tenang aja, aku gak bakal hamil soalnya rahimku udah diangkat gara-gara waktu itu aku tabrakan”.
“oh, gitu, jadi kamu gak bisa hamil dong?”.
“ah, udah ah, jangan ngomongin itu, mendingan kita mulai aja, kasian tuh ****** kamu kedinginan”.
“bisa aja kamu, yaudah mulai yuk program dietnya”. Dan berlangsunglah malam seperti malam sebelumnya yaitu aku melayani Mario sampai jam 3 pagi sehingga kami kelelahan dan tertidur. Aku bangun keesokan pagi dengan vagina dan mulut yang belepotan sperma dan Mario masih memelukku.
“yang, bangun dong, udah pagi”.
“hooaahh,, emang sekarang jam berapa?”.
“jam 9 pagi”.
“aku masih ngantuk, lagian masih pagi”.
“beneran nih, gak mau mandi bareng ama aku?”.
“mandi bareng?! mau dong, baru kali ini kamu ngajak aku mandi bareng”.
“makanya, cepetan bangun, ntar kamu boleh mandiin aku deh”.
“wah, asik”.
“hmm,, dasar, giliran mandi bareng aja cepet”.
“ayo cepet”.
“yaudah, santai aja, kamu duluan, ntar aku nyusul”. Kemudian Mario masuk ke kamar mandi, sementara aku membereskan ranjang yang berantakan akibat persetubuhanku dengan Mario semalaman tadi. Lalu aku menyusul Mario ke kamar mandi, kulihat Mario sudah menyiapkan bak berisi air dingin.
“yah, kok air dingin?”.
“biar seger”.
“yaudah deh, gak apa-apa, yuk mulai mandi”.
“yuk”.
“eit, tapi biar aku yang mandiin kamu duluan baru ntar kamu boleh mandiin aku, ok?”.
“ok, sayangku”. Tanpa disuruh, Mario memelukku erat-erat dan melumat bibir mungilku, aku membalasnya dengan memainkan lidahku di rongga mulutnya. Setelah hampir 25 detik kami saling mencumbu, akhirnya Mario melepaskanku juga.
“main cipok aja”.
“sori, abisnya bibir kamu menggoda banget”.
“mau dimandiin gak?”.
“mau dong”.
“yaudah, makanya jangan cipok tiba-tiba”.
“ok, ok”. Aku mengguyur tubuh Mario dengan air dingin, lalu aku mengambil sabun dan mulai menggosokkan sabun ke tubuh Mario yang gendut. Aku menyabuninya mulai dari leher, dada, lengan, perut, punggung, pantat, paha, betis, sampai ke kakinya. Aku sengaja meninggalkan bagian tubuh yang paling kusuka yaitu penis untuk kusabuni, setelah semua bagian tubuh Mario sudah kusabuni, barulah aku menggerakkan tanganku ke penis Mario.
“supaya bener-bener bersih, kamu bersihin pake mulut kamu dong”.
“iya, iya, bawel”.
Aku memegang batang penisnya yang sudah tegang dan keras itu dengan tangan kananku dan agak mengangkatnya ke atas sehingga aku bisa menjilati pangkal penisnya serta buah zakarnya. Setelah puas merasakan rasa pangkal penis dan 2 telur Mario, aku membiarkan penis Mario jatuh menggelantung lagi, tapi aku langsung menangkapnya dengan mulutku. Langsung kujilati batang penis Mario dari atas ke bawah, dan sebaliknya seperti sedang menjilat es krim yang membuat pemiliknya mendesah keenakan. Kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, hanya 3/4 nya saja yang bisa masuk ke mulutku, setelah tidak bisa masuk lagi, aku mulai memaju mundurkan kepalaku, tapi lama kelamaan Mario memegang kepalaku dan menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga aku tersedak oleh penisnya, tapi aku bisa menahannya. Selama 5 menit dia terus memompa penisnya di mulutku sampai akhirnya dia menyemburkan lahar putihnya di mulutku, aku telan semua spermanya dan kujilati spermanya yang masih tersisa di lubang kencingnya.
“nah, sekarang, udah bersih, aku sabunin ya”.
“mmhhh,,,”, desahannya sambil menggeliat-geliat.
“kenapa? ngilu ya?”.
“iya, ngilu banget”.
“bentar lagi selesai kok”, balasku sambil terus menyabuni ‘onderdil’ Mario.
“udah selesai”.
“berarti giliran aku mandiin kamu dong”.
“iya, tapi yang bener ya mandiin aku”.
“sip,sip”. Mario menyiramku dengan air dingin sehingga aku merasa segar, lalu Mario mengambil sabun dari tanganku dan mulai menyabuniku. Ketika sampai di payudaraku, Mario menggosokkan sabun ke tangannya kemudian menaruh sabun itu. Lalu Mario mulai meremas-remas payudaraku dengan perlahan, dan karena gerakan meremas itu susuku langsung memancar keluar dari putingku. Selain meremas-remas putingku, Mario juga memijit putingku yang sudah mengeras dengan jempolnya dan juga kadang-kadang dia menarik-narik serta memelintir kedua putingku yang membuatku mendesah karena terasa nikmat.
“mmhhh,,teruss,,”, desahku pelan menikmati setiap gerakan tangan Mario yang sedang bermain di kedua buah payudaraku.
Setelah puas memainkan kedua buah payudaraku, Mario mengambil sabun dan mulai menyabuni tubuhku lagi. Setelah payudara, punggung dan pantatku sudah disabuni oleh Mario, dia jongkok sehingga wajahnya tepat berada di depan vaginaku.
“memek kamu emang bagus banget”.
“iya dong, siapa dulu”.
“eh, kamu udah basah ya, belum aku apa-apain udah basah”.
“tadi ngeremes-remes toket aku apa?”.
“hehe,, yaudah karena kamu udah basah, mendingan sekalian aja aku bikin kamu orgasme”. Mario menggosok-gosokkan sabun ke bibir vaginaku yang masih tertutup rapat, spontan aku menggelinjang kegelian, setelah daerah selangkanganku sudah licin karena sabun, Mario membuka bibir vaginaku dengan 2 jarinya. Lalu dia memasukkan 2 jarinya ke dalam vaginaku sehingga aku mengerang ketika 2 jari Mario yang bersabun memasuki vaginaku dengan perlahan. Dia mengorek-orek vaginaku karena dia sedang membersihkan bagian dalam vaginaku dengan 2 jarinya yang bersabun itu sampai tubuhku menggelinjang keenakan.
Setelah 5 menit, tubuhku mengejang hebat dan terasa dialiri listrik yang menandakan aku orgasme, cairanku langsung mengucur keluar dari vaginaku dan membasahi 2 jari Mario yang sedang bersarang di dalam vaginaku.
“nah, sekarang memek kamu udah bersih”.
“udah kan mandiin aku, yuk keluar yuk”.
“ngapain sih buru-buru?”.
“kita kan mau ke fitness center”.
“oh iya, yuk”. Lalu kami keluar kamar mandi dan berpakaian untuk pergi ke tempat fitness yang biasa kukunjungi karena aku juga ingin berolahraga. Lalu akhirnya kami sampai di tempat fitness yang kami tuju, setelah memarkirkan mobilnya yang baru diambil tadi pagi, aku dan Mario masuk ke dalam.
“eh Rasti”, sapa resepsionis yang menjadi temanku.
“eh, Vina, gimana kabar lo?”.
“baik-baik aja, eh tapi itu siapa, saudara lo?”.
“bentar ya, Mario kamu tunggu disana aja dulu”, kataku ke Mario sambil menunjuk bangku.
“itu siapa, Ras?”.
“cowok gue”.
“ah, sumpeh lo,, lo kan cantik tapi cowok lo kok kayak gitu”.
“cuma sementara doang kok, oh ya vin, gue ama cowok gue mau latihan dulu ya”.
“ok”.
Karena aku sudah jadi member, aku bisa langsung latihan, pakaian yang kupakai sangat ketat sehingga payudaraku seperti ingin mencuat keluar, sedangkan bongkahan pantatku yang kenyal tercetak jelas di celana sportku. Lalu Mario keluar dari kamar ganti pria, aku hampir tertawa melihat tubuhnya yang gemuk itu, tapi aku dapat menahan tawaku.
“sayang, ayo latihan, aku yang jadi instruktur kamu”.
“tapi, jangan lama-lama ya”.
“kalau kamu ikutin semua perintahku, akan aku kasih hadiah”.
“wah asik”, lalu Mario mulai latihan fitness sesuai arahanku. Setelah 2 jam berlatih, aku menyuruh Mario untuk berhenti.
“udah, Mario, kamu udah keringetan”.
“makasih ya”.
“kebetulan, disini ada spa,, kita mandi spa sekalian yuk”.
“tapi aku capek lagian aku laper”.
“ntar di tempat spa, aku temenin deh”.
“bener? emang boleh?”.
“tenang aja deh, pokoknya, udah yuk ke spa”, lalu kami pergi ke spa bersama-sama.
“Mario sayang kamu masuk duluan, ntar aku nyusul”.
Aku bilang ke Vina kalau ruang spa 56 jangan diganggu.
“kenapa Ras, emangnya?”.
“soalnya, disitu ada gue ama cowok gue”.
“lo mau ngapain?”.
“ada deh”.
“yaudah, terserah lo aja”. Setelah berkompromi dengan Vina, aku langsung menuju Mario yang sudah berada di dalam ruang spa, aku masuk ke ruang spa dengan telanjang bulat.
“sayang,,,”.
“Rasti, kok kamu telanjang?”.
“iya, ini hadiahnya”.
“kamu mau aku entot disini?”.
“terserah kamu, yang penting aku udah telanjang”.
“jadi kamu nantangin aku nih, ok kalau gitu”. Tubuhku langsung digarap Mario di kamar spa yang panas itu sehingga tubuhku dan tubuh Mario bermandikan keringat, selama menyetubuhiku, Mario meminum susuku yang manis. Setelah puas bermain di dalam spa, kami berganti baju dan pulang, di dalam mobil, aku menyusuinya dulu sebelum dia menyetir karena katanya dia haus. Sesampai di rumah, aku memberikannya makan yaitu sayur-sayuran dan kemudian mandi bareng lalu meneruskan olahraga di rumah yaitu olahraga ranjang.
Begitulah aktivitas yang aku dan Mario lakukan setiap hari. Karena selalu berkeringat baik di tempat fitness, spa, ataupun di rumah, serta makan-makanan yang bergizi juga meminum susuku yang bergizi tinggi membuat berat badan Mario turun menjadi 65 kg hanya dalam waktu 2 bulan. Setelah 2 bulan, kami sudah masuk kuliah lagi.
“Mac, sekarang kan kamu udah keren, body kamu juga udah six pack, mendingan kita putus terus kamu deketin Ana”.
“tapi aku sayang banget ama kamu”.
“hari gini masih sayang-sayangan, udah, mendingan kita putus”.
“yaudah deh, tapi aku masih boleh kan main ke rumah kamu?”.
“mmhh,, boleh, tapi hari minggu aja ya”.
“tiap minggu, boleh gak?”.
“boleh”.
“makasih ya”.
“yaudah, karena kita udah putus,, aku doa’in kamu berhasil ya deketin Ana”.
“ok, thanks”.

No comments:

Post a Comment