Setelah 2 tahun sejak aku mendapat kecelakaan, sekarang aku sudah
kuliah mengambil jurusan design graphis karena memang itulah hobiku. Tak
disangka sejak kejadian itu, tubuhku sekarang menjadi tambah sekal saja
karena payudaraku kini berukuran 36B dan bongkahan pantatku semakin
kencang dan padat, juga kulitku semakin putih karena aku rajin merawat
tubuhku. Oh ya, gara-gara kejadian kecelakaan pesawat 2 tahun lalu, aku
bisa mengeluarkan susu dari putingku meskipun umurku baru 19 tahun dan
aku juga belum pernah hamil, ini dikarenakan aku meminum suatu ramuan
dari suku yang merawatku ketika aku terdampar di sebuah pulau. Dan 7
bulan lalu aku mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan aku
menjadi mandul, aku sedih karena rencanaku sehabis kuliah aku ingin
mencari pendamping hidup dan mengakhiri petualangan-petualangan gilaku,
tapi ternyata takdir berkata kalau aku tidak boleh berhenti menjalani
petualangan sex yang gila.
Sebenarnya
aku sudah bosan karena dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah aku
menjadi primadona, tapi apa mau dikata, mungkin sudah menjadi kodratku.
Dan resikonya menjadi primadona, ya banyak cowok yang berusaha pdkt
padaku, mulai dari cowok kaya, cowok ganteng, bahkan sampai cowok yang
pinter berusaha mati-matian untuk dekat-dekat denganku. Tapi dari mereka
semua tak ada yang kuanggap serius karena aku memang malas punya pacar,
dan temanku tidak hanya cowok saja tapi temen cewekku juga segudang
karena aku tidak pernah menolak siapapun yang ingin berteman denganku.
Ada satu cowok gendut yang selalu diam sendirian, dan dia gemetaran jika
kuajak bicara, aku malah jadi penasaran dengan cowok gendut yang biasa
dipanggil ‘Big Mac’ itu, dan kebetulan ada tugas final yang harus dibuat
oleh 2 orang dalam 1 kelompok. Setelah dosen keluar, para cowok &
cewek yang ada di kelas datang ke mejaku untuk memintaku sekelompok
dengan mereka, tapi aku ingin menyelidiki si ‘Big Mac’ ini.
“Rasti ama gue ya”.
“ama
gue aja, Rasti!!”, teman-temanku saling berebut menginginkanku menjadi
teman sekelompok mereka. Aku tidak tau apa alasan teman-teman cewekku
menginginkanku menjadi kelompok mereka, tapi aku tau motif utama para
cowok ingin aku menjadi teman kelompok mereka yaitu agar bisa puas
melihat tubuhku dan mungkin saja mereka berniat memperkosaku.
“maaf, temen-temen, aku udah punya temen kelompok”.
“siapa ?!!”, jawab mereka serentak.
“si Big Mac”. Semuanya langsung menengok kepadanya, sementara Big Mac sendiri menundukkan kepalanya.
“yah,,”.
“sori ya”.
“gak
apa-apa kok Ras”, jawab salah seorang temanku. Lalu mereka langsung
membubarkan diri, dan Big Mac masih terdiam seorang diri, aku
mendekatinya dan duduk di sampingnya.
“Big Mac, gak apa-apa kan kalo gue jadi temen kelompok lo?”.
“nnn,,,ggaa,,kkk,,,apa,,,,apaa”, jawabnya terbata-bata.
“kok kalo ngomong ama gue, lo gemeteran gitu sih?”.
“eeeee,,,,”.
“ayo dong, santai aja kalee”.
“aa,,,bisnya,,,gu,,,gu,,,eee,,”.
“lo kenapa, ngomongnya biasa aja”.
Akhirnya dengan semangat dariku, dia mulai berbicara denganku secara biasa.
“gue gak enak ngomong ama lo”.
“kenapa, gue ngebosenin ya?”.
“bukan gitu, justru kebalikannya”.
“maksud lo apa, sori nih, aku telmi”.
“ya, lo kan cantik masa ngomong ama gue yang jelek kayak gini”.
“ya ilah, gitu doang, ama gue santai aja kalee, lagian kan sekarang kita sekelompok”.
“beneran nih kita sekelompok?”.
“bener, lo mau gak 1 kelompok ama gue?”.
“wuih,
gue mau banget, siapa sih yang gak mau sekelompok ama lo”. Big Mac ini
mempunyai nama asli yang cukup bagus yaitu Mario Carpest, badannya
gendut, wajahnya tidak jelek juga tidak ganteng, kulitnya putih,
tingginya sama sepertiku dan tentu saja umurnya sama sepertiku yaitu 19
tahun.
“Mac, berat badan lo berapa sih?”.
“98 kilo”.
“lo gak ada rencana buat ngurusin badan?”.
“ada sih, cuman, gue laper mulu jadi susah deh”.
“huu, dasar lo, eh kita langsung bikin tugas kita yuk, mau gak?”.
“tapi kan, deadline tugas masih 3 hari lagi”.
“iya, gue tau, tapi kalo kita ngerjain duluan kan, besok-besok kita bisa tenang”.
“bener juga apa kata lo”.
“bener kan, lagian lo kan jago tuh jadi 1 hari doang pasti udah selesai”.
“lo kali yang lebih jago”.
“udah, ah jangan merendah, karya-karya lo kan lebih bagus dari punya gue”.
“hehe,, terus kita ngerjainnya di kost gue apa di rumah lo, Ras?”.
“di rumah gue aja yuk biar lebih enak ngerjain tugasnya”.
“ok deh”.
“tapi naik apa ya?”.
“kan gue bawa motor kalo kuliah”.
“oh, lo bawa motor, kenapa gak bilang ama gue dari tadi, yaudah yuk kita berangkat sekarang”.
“yok”.
Lalu kami berdua menuju tempat parkir, selama kami jalan berdua,
teman-teman kampus yang lain melihat kami, mungkin mereka berpikir “kok
Big Mac bisa jalan bareng ama Rasti?”. Setelah sampai di tempat parkir,
Big Mac menuju motornya, tak kusangka motornya bagus dan berbodi besar,
yah seperti motor yang digunakan pembalap-pembalap internasional.
“wow, motor lo bagus ‘n sesuai ama lo?”.
“maksud lo apa?”.
“iya, motor lo segede yang punya”.
“enak aja lo, ayo cepet”.
“ok big boss”.
Lalu aku naik membonceng di belakangnya.
“ee, Mac, gue boleh pegangan ma lo gak?”.
“boleh aja, lo takut jatoh ya?”.
“iya, gue takut, jadi lo bawanya jangan kenceng-kenceng ya”.
“iye,
iye, gampang, udah cepet pegangan”. Aku memeluk badannya yang besar itu
dengan erat karena aku memang takut sekali jika naik motor, untungnya
Mac mengendarai motor dengan pelan dan hati-hati sehingga aku jadi tidak
takut. Selama perjalanan aku mengobrol berbagai macam hal dengannya,
mulai dari dosen, teman, dan bahkan pengalaman pribadinya, dia bercerita
padaku kalau dia suka pada salah satu teman cewekku yang bernama Ana.
“beneran, lo suka ama si Ana? kalo bener, tar gue bilangin ke dia”.
“ja,,,jangan,, dia kenal aja kagak ama gue”.
“yah kenalan lah, susah amat”.
“nah itu dia masalahnya, gue gak pd”.
“gak pd kenapa?”.
“kan biasanya cewek cantik ngeliatnya fisik”.
“iya sih, si Ana emang nganggep fisik lebih penting, tapi gak semua cewek cakep ngeliat fisik contohnya gue”.
“boong lo”.
“iya, kalau gue mentingin fisik, pasti gue udah jadi rebutan cowok-cowok”.
“terus kenapa lo belum punya cowok ampe sekarang?”.
“cowok-cowok yang ngedeketin gue ada maunya, tau sendiri kan”.
“iya-iya, gue tau, oh ya nih belok kemana?”.
“tuh
depan bentar lagi rumah gue”. Akhirnya kami sampai di rumahku yang baru
karena rumah ortuku yang dulu dijual sebab ortuku pindah ke luar negeri
dengan pembantuku juga, jadi aku dibelikan rumah yang lebih kecil dan
sederhana daripada sebelumnya karena aku tinggal sendirian.
“rumah lo kayaknya nyaman banget ya”.
“iya
dong, kan ni rumah gue rawat terus, yaudah yuk masuk”. Kemudian kami
berdua turun dan masuk ke dalam rumahku yang kecil tapi sangat nyaman
karena semua ruangan kupasangi ac kecuali kamar mandi tentunya.
“minum apa nih?”.
“udah, jangan repot-repot”.
“masa tamu gak disuguhin minuman, udah mau minum apa?”.
“mmm,,, soft drink aja deh”.
“yaudah, bentar ya”.
“oh ya, wc dimana gue mau cuci muka dulu”.
“tuh disana”. Kemudian aku ke dapur sementara Mario ke kamar mandi.
Aku
juga sekalian ke kamarku untuk mengganti bajuku supaya aku tidak gerah,
setelah berganti baju dengan kaos yang biasa kupakai di rumah yaitu
kaos putih yang longgar dan celana hotpants, lalu aku pergi ke dapur dan
menyiapkan minuman untuk Mario, setelah itu aku kembali ke ruang tamu
dimana Mario sedang menonton tv yang ada di ruang tamu.
“buset, baju lo kok kayak gitu?”.
“sori banget nih, soalnya gue lebih nyaman pake kayak gini, gak apa-apa kan?”.
“gak apa-apa sih, cuman gue kaget aja”.
“yaudah, lo langsung ke kamar gue aja, soalnya komputernya ada di kamar gue”.
“gue boleh bawa minuman gue kan?”.
“ya
bolehlah, udah sana, gue mau ngunci pintu dulu”. Setelah mengunci
pintu, aku langsung menyusul Mario yang sudah lebih dulu menuju kamarku.
Ternyata, dia sudah mulai mengerjakan tugas sendirian sambil meminum
minuman yang tadi kubuatkan untuknya.
“nih gue bawain makanan, kacang ‘n kue-kue”.
“boleh gue makan kan?”.
“gak boleh, bolehnya diliatin aja. Ya boleh lah, ngapain gue capek-capek bawa kesini kalo gak boleh di makan”.
Sambil
makan dan minum, dia mengerjakan tugas sementara aku berdiri dan
sedikit membungkuk di sampingnya untuk melihat apa yang sedang
dilakukannya. Karena aku membungkuk, payudaraku jadi berada tepat di
samping kepalanya sehingga ketika dia menengok ke arahku, matanya
langsung disuguhi pemandangan yang indah yaitu payudaraku yang montok
dan kencang. Aku tidak tau kalau kadang-kadang dia mencuri-curi pandang
ke arah dadaku karena aku terfokus pada komputer, setelah dia sudah
mengeluh capek.
“Ras, gantian dong capek gue nih!”.
“iye, iye,
sini gue gantiin, lo istirahat aja dulu”. Lalu aku duduk di depan
komputer dan mulai mengerjakan sementara dia tidur-tiduran sambil
melihat hpku, aku lupa belum menghapus video bokep yang direkam temanku
ketika aku sedang disetubuhi 5 orang pekerja bangunan. Aku terlambat
menyadari hal itu, tiba-tiba Mario mengunci pintu lalu mendekatiku yang
masih serius mengerjakan tugas. Dia langsung meremas-remas payudaraku
dari belakang kursi.
Aku langsung meronta-ronta dan bangun dari kursi secepat mungkin setelah aku berhasil melepaskan remasannya.
“mau ngapain lo Mac?”.
“sori,
gue udah gak tahan ngeliat bodi lo”. Lalu dia mendorong tubuhku ke
tembok, setelah badanku sudah merapat ke dinding, Mario memegangi kedua
tanganku, aku meronta-meronta untuk melepaskan diri tapi aku tak berdaya
melawan Mario karena badannya yang besar. Aku hanya bisa pasrah ketika
dia mulai melumat bibir mungilku, dia mainkan lidahnya di dalam rongga
mulutku, sebenarnya aku ingin bermain dengan lidahnya tapi aku
geleng-gelengkan kepalaku agar terkesan mengadakan perlawanan, itu semua
kulakukan supaya nafsu birahinya jadi semakin bertambah. Sambil melumat
bibirku, dia juga meremas-remas payudaraku sehingga birahi semakin
mengambil alih diriku yang membuatku tanpa sadar meremas-remas penisnya
yang masih terbalut celana jeansnya. Dia melepaskan cumbuannya.
“Ras, lo emang bener-bener idaman para cowok”, aku hanya memberikan senyum manisku kepadanya.
Lalu
dia mulai membuka kaosku dengan paksa karena dia sudah sangat bernafsu
melihatku yang sudah pasrah padanya, setelah kaosku terbuka dia langsung
membuka Bhku sehingga payudaraku yang berukuran 36B dan putih mulus
terpampang jelas di hadapannya.
“anjrit, toket lo mantep banget”.
Lalu dia merebahkan tubuhku ke ranjang, kemudian dia mulai menelusuri
satu senti demi satu senti dari payudaraku dengan lidahnya, aku hanya
bisa mendesah pelan ketika tekstur lidahnya yang kasar menyentuh kulit
payudaraku yang halus. Setelah itu dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke
kedua putingku secara bergantian dan kadang-kadang dia memelintir serta
memilin-milin kedua putingku. Ketika dia memasukkan putingku ke mulutnya
dan mulai menghisapnya, kurasakan susuku langsung mengalir keluar dari
putingku menuju ke mulut Mario.
“kok ada susunya sih?”.
“udah isep aja, mau gak?”.
“mau
dong, susu lo manis banget gitu”. Lalu dia mulai menghisap kuat-kuat
putingku seperti ingin menyedot habis susu yang keluar dari putingku.
Mario menghisap susu dari kedua putingku secara bergantian, setelah puas menyeruput habis susuku, dia berkomentar.
“parah,
baru kali ini gue nyobain susu cewek udah gitu manis lagi”, aku tidak
berkata apa-apa. Kemudian, dia mulai membuka hotpants serta cdku.
“mmhh, wangi apaan nih?”, setelah itu dia mengendus-endus vaginaku.
“ooh, taunya dari sini. Ras, memek lo wangi melati ya, harum banget memek lo”.
“kan gue rawat terus, jadinya udah pasti wangi dong”.
“kalo gini sih, gue jadi tambah nafsu aja ama lo”.
“udah, mau dicobain apa mau diendus-endus doang?”.
“hehe,,sori,,abisnya
gue kagum banget ama bodi lo”. Kemudian, dia mulai menjilati bibir
vaginaku yang masih tertutup rapat, dan juga Mario melebarkan bibir
vaginaku dengan 2 jarinya. Karena aku mencukur habis rambut kemaluanku
jadi daerah selangkanganku yang putih mulus tambah kelihatan bersih, aku
mendesah pelan ketika lidah Mario menyapu bibir vaginaku. Akhirnya, dia
menemukan klitorisku, tentu saja tanpa ragu-ragu lagi dia langsung
menyentuh klitorisku dengan lidahnya sehingga aku mendesah dengan lebih
kencang dari sebelumnya.
“aaaahh,,,,mmmmhhh!!”, desahku ketika dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke daging kencilku yang sangat sensitif.
“buset, klitoris lo manis banget”.
“yaudah, terusin dong jangan berhenti”.
“ok,,”.
Lalu dia meneruskan aktivitasnya yang tertunda, tapi kali ini dia
memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang vaginaku dan menggerakkan 2 jarinya
itu keluar masuk vaginaku. Vaginaku terasa penuh karena diisi 2 jari
Mario yang besar.
“ah, gue tambahin ah”.
“jaaannnggg….”, belum
selesai aku berbicara Mario sudah menambahkan 1 jarinya lagi ke dalam
vaginaku sehingga kini vaginaku benar-benar terasa penuh sesak daripada
sebelumnya.
“awwhhh,,,mmmhhh”. Erangku, tapi sepertinya Mario tak
menghiraukanku karena dia terus melakukan aktivitasnya. Dia
mengobok-obok vaginaku sementara aku hanya bisa mengigit bibirku sendiri
sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya.
Aku merasa sudah tidak tahan lagi hingga tubuhku mengejang dan aku menekuk tubuhku keatas.
“aaaahhhh,,,”,
desahanku karena aku mengalami orgasme dan mengalirlah cairan dari
vaginaku dengan deras langsung mengucur keluar membasahi 3 jari Mario
yang sedang mengubek-ubek vaginaku. Setelah cairanku sudah terkuras
habis, Mario berkomentar.
“wuih, cairan lo banyak juga, Ras”, aku hanya diam tidak membalas perkataannya.
“Ras,
boleh kan gue nyobain cairan lo?”. Aku hanya mengangguk pelan karena
aku sudah lemas. Mario menjilati cairanku yang ada di jarinya, dia
menjilati jarinya sendiri sampai benar-benar bersih dari cairanku.
“waw,
cairan lo manis kayak madu, jadi pengen lagi nih”. Lalu Mario
melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang banjir karena cairanku sendiri
bisa terlihat jelasnya.
“mmhh,,, memek lo menggoda banget”. Mario langsung membenamkan wajahnya ke lembah kenikmatanku yang sudah banjir oleh cairanku.
“sslluuurrppp….slluurrpp”, bunyi yang muncul ketika Mario menyeruput cairan yang ada di daerah vaginaku.
Aku
merapatkan kakiku sehingga kepala Mario terhimpit kedua pahaku, rupanya
Mario tau kalau aku tidak mau dia berhenti sehingga dia lebih menaikkan
frekuensi jilatannya dan ketika lidahnya mengenai klitorisku, aku
merasa badanku dialiri listrik dan aku mendesah seperti orang yang
sedang kecape’an. Mario sadar kalau lidahnya mengenai klitorisku
sehingga kini dia lebih memfokuskan jilatannya ke klitorisku. Karena
G-spotku ada di klitorisku, aku lebih cepat mencapai orgasme daripada
sebelumnya, tentu saja semua cairan yang keluar dari vaginaku langsung
diseruput habis oleh Mario. Setelah orgasmeku yang kedua itu, aku
melepaskan himpitan pahaku kepada kepala Mario, tapi Mario masih tetap
membenamkan wajahnya di vaginaku untuk membersihkan sisa-sisa cairanku
yang masih ada di bibir luar vaginaku.
“udah dong, jangan dijilat terus, geli tau”, kataku seraya menepuk kepala Mario.
“he,,,he,,,he,,, sory, abisnya memek lo manis ‘n wangi banget, gue jadi gak mau pisah ama memek lo”.
“ah, ada-ada aja lo, tapi memek gue enak banget ya?”.
“beh, bukan enak lagi tapi mantab, btw lo juga bisa ngeluarin susu ya?”.
“ya, gimana susu gue?”.
“manis juga, lo pake apaan sih, kok bisa manis dua-duanya kayak gitu?”.
“mau tau?”.
“iya”.
“mau tau aja deh”.
“hmm,, dasar”.
“he,,he,, eh, gue aus nih, gue mau ambil minum, lo mau gak?”.
“sini,
lo gue gendong”. Tubuh telanjangku diangkat, lalu aku melingkarkan
kakiku ke pinggangnya dan melingkarkan tanganku ke lehernya, kami berdua
seperti sedang bulan madu. Dia menciumi wajahku, dan bibirku selama
berjalan ke dapur, aku membalasnya dengan melakukan hal yang sama.
“kita kayak suami istri aja ya”.
“kalo istri gue secantik lo, gue bakal ngentotin lo terus-terusan”.
“aahh,
gue jadi malu, he,,he”. Setelah sampai di dapur, Mario menurunkanku dan
aku mengambil minuman di kulkas dengan sedikit membungkukkan badanku
sehingga pantat bulatku terekspos jelas ke Mario, dan dia langsung
menepuk pantatku.
“eh, nakal ya, pake nepok pantat gue segala”.
“abisnya pantat lo ngegemesin sih”.
“maksud lo?”.
“ya, pantat lo tuh bulet ‘n kenceng banget”.
“iya
dong, siapa dulu pemiliknya, Rasti”, balasku sambil
menggoyang-goyangkan pantatku ke arahnya. Lalu, aku minum air jus yang
kuambil dari kulkas.
“loh, lo gak minum?”, tanyaku sambil menaruh gelas yang sudah kosong.
“ngapain
minum kayak gituan, kan ada susu lo”. Dengan semangat 45, dia langsung
meremas-remas payudara kananku sedangkan payudara kiriku disedot Mario
sampai pipinya kempot. Susuku yang hangat dan manis langsung mengalir
keluar menuju mulut Mario.
“mmhh,,manis banget”.
“udah dong, lo kira gak geli apa”.
“he,,he,,sori deh”.
“gue cuma bercanda kok, sedot aja sepuas lo”.
“asik!!”.
Lalu dia menyedot susu dari payudara kanan dan kiriku secara bergantian
selama kurang lebih 5 menit, lalu dia menyudahi sedotannya.
“udah belum minum susunya?”.
“udah puas gue minum susu lo, eh Ras, gantian dong, lo yang isep punya gue”.
“ah ogah ah”.
“ayo dong, pliis..”.
“emang untungnya apa gue isep punya lo?”.
“kalo lo isep punya gue, lo gue beliin apaan aja yang lo mau deh”.
“bener?”.
“bener, ya,,ya mau ya”.
“he,,he,, gue cuma becanda kok, gue bukan cewek matre kalee”.
“jadi
lo mau ngisep ****** gue?”. Aku membalasnya dengan tersenyum dan juga
mengangguk. Aku berjongkok untuk membuka celananya, sementara Mario
membuka bajunya, setelah celana jeansnya sudah kubuka, aku langsung
membuka celana dalamnya dan penis Mario langsung menyembul keluar untuk
menyapaku. Ternyata, penis Mario tidak begitu panjang, tapi penisnya
gemuk seperti pemiliknya, penis Mario mempunyai panjang 14 cm dan
berdiameter 4 cm. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung memasukkan
penis Mario ke dalam mulutku, aku langsung jilati kepala penisnya yang
membuat pemiliknya menggelinjang, mungkin karena terasa nikmat sekaligus
ngilu. Tiba-tiba Mario menekan penisnya ke dalam mulutku, untungnya
penisnya tidak terlalu panjang sehingga aku hanya sedikit tersedak, kini
Mario memaju mundurkan penisnya ke dalam mulutku seperti sedang
menggenjot vaginaku.
Aku hanya bisa diam menerima sodokan-sodokan
Mario terhadap mulutku, tapi lama kelamaan aku merasa tidak enak juga
karena penisnya yang gemuk memenuhi mulutku, sementara mulutku sedang
digenjot olehnya tanganku memijati buah zakarnya dengan perlahan.
Setelah beberapa menit, dia mengerjai mulutku, Mario berhenti memompa
mulutku sehingga kini aku yang bekerja, aku emut kepala penisnya secara
perlahan sambil tanganku terus memijati buah zakarnya. Lalu aku telusuri
batang penisnya dengan lidahku dari pangkal ke kepalanya dan
sebaliknya, kemudian aku menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan
lidahku, setelah puas bermain dengan penisnya, aku memainkan mulutku di
buah zakarnya sampai-sampai daerah selangkangan Mario basah semua karena
jilatan-jilatanku. Tapi ketika aku sedang asik-asiknya menjilati
lolipop daging milik Mario, lolipop itu berdenyut-denyut yang menandakan
sebentar lagi akan orgasme, dengan terpaksa aku menghentikan
aktivitasku.
“yah, masa udah mau ngencrot sih?”.
“abisnya lo jago banget sih ngisepnya”.
“yaudah, kita cooling down dulu ya”.
“ok, tapi ke kamar lo yuk, capek nih berdiri”.
“iya,
iya, yuk”. Kemudian, aku dan Mario pergi menuju kamarku dalam keadaan
bugil, tentu saja dia menciumiku selama berjalan ke kamarku. Setelah
sampai di kamar, Mario menyuruhku untuk tidur terlentang di ranjang,
tentu saja aku mengikutinya karena aku juga tidak tahan lagi ingin
disuntik. Mario naik ke atas ranjang dan menyiapkan penisnya di depan
vaginaku, lalu Mario melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang bersih
terlihat jelas. Dia mengelus-eluskan penisnya ke atas dan ke bawah
menelusuri bibir luar vaginaku sehingga birahiku menjadi naik kembali,
lalu Mario menaruh kepala penisnya di pintu masuk lubang surga dunia
milikku. Kemudian dengan perlahan dia memasukkan penis gemuknya ke dalam
vaginaku yang sudah lapar akan penis, tanpa usaha yang keras, penis
Mario dengan mudah amblas ditelan vaginaku karena penisnya tidak terlalu
besar dan juga karena vaginaku sudah dilumasi oleh cairanku sendiri.
Aku
melingkarkan kakiku ke pinggangnya, sementara dia belum mulai memompa
vaginaku karena dia ingin merasakan betapa hangat dan sempitnya
vaginaku, selain itu dia juga ingin menciumku tapi tidak bisa karena
tertahan perutnya yang gemuk. Akhirnya dia mulai memompa penisnya keluar
masuk vaginaku dengan irama yang perlahan untuk membiarkan aku terbiasa
dengan penis gemuknya yang membuat vaginaku terasa penuh meskipun tidak
terlalu besar. Sementara Mario menggerakkan Mr. P nya keluar masuk
vaginaku, Mario juga meremas-remas kedua buah payudaraku dengan kedua
tangannya sehingga susuku memuncrat keluar dari putingku. Sodokan demi
sodokan menerjang vaginaku, rupanya Mario belum terlalu lihai dalam hal
mengaduk-adukkan tongkatnya di dalam vagina seorang wanita karena dia
memompa vaginaku tanpa irama yang jelas, kadang cepat kadang lambat.
Tapi meskipun pompaan Mario tidak berirama, itu sudah membuatku
menggelinjang keenakan.
Tak terasa sudah 20 menit Mario
mengaduk-aduk vaginaku dengan batangnya, kurasakan tubuhku sudah tidak
tahan lagi menikmati kenikmatan yang bersumber dari vaginaku dan
menjalar di sekujur tubuhku seperti aliran listrik. Dan akhirnya aku
benar-benar tidak tahan lagi, tapi aku juga merasakan penis Mario mulai
berdenyut-denyut di dalam vaginaku sehingga aku harus menahan orgasmeku
agar kami berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Dengan susah payah
aku menahan klimaksku sampai 5 menit ke depan.
“aahh,,,Ras,,,guuee,,,kkeeluuarr!!!”.
“gguuee,,jjugga”.
Akhirnya aku mencapai orgasme dan mengeluarkan cairan dengan deras dari
dalam vaginaku, bersamaan dengan itu Mario juga menyemburkan spermanya
ke dalam vaginaku. Vaginaku benar-benar terasa hangat karena cairanku
dan sperma Mario bercampur aduk di vaginaku, aku merasakan Mario
menyemprotkan sperma ke dalam vaginaku sebanyak 5 kali semburan. Setelah
penis Mario sudah memuntahkan semua lahar putihnya, kami beristirahat
dengan nafas tersengal-sengal, tentu saja Mario sudah mencabut penisnya
keluar dari vaginaku.
Aku merasakan hangatnya sperma dan cairanku
mengalir keluar dari vaginaku menuju ke kasurku. Aku menolehkan muka
untuk menatap mata Mario, begitu juga dengan Mario menatap mataku dengan
penuh arti.
“Ras, maafin gue ya”.
“kenapa?”.
“gue ngencrot di dalam memek lo”.
“ya ilah, gitu doang, nyantai aja lagi”.
“bener, gak papa?”.
“bener kok, eh btw, lo udah berapa kali ngesex ama cewek?”.
“baru kali ini doang kok”.
“yang bener?”.
“bener, emang kenapa?”.
“kok lo tau sih cara foreplay?”.
“kan gue cowok jadi gue tau caranya lewat film-film bokep”.
“oohh,,gitu”.
“nah, lo sendiri dari umur berapa udah gak virgin?”.
“jangan ah, itu rahasia gue”.
“oh, sori-sori”.
“gak apa-apa, eh iya, tugas kita belum selesai tuh, gara-gara lo pake nafsu segala”.
“sori banget deh, tadinya gue juga mau serius ngerjain tugas, tapi ngeliat lo pake hotpants, gue jadi nafsu”.
“yaudah, sana kerjain, gue mau mandi dulu biar wangi lagi”.
“tapi ntar gue boleh ******* ama lo lagi kan?”.
“nggg…tau deh, liat nanti ya”.
Aku
pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang telah menjadi
tempat pelampiasan nafsu Mario sementara Mario mengerjakan tugas.
Setelah tubuhku wangi kembali, aku kembali ke Mario dengan telanjang.
“Mac, gue telanjang aja, gak apa-apa kan? Kan lo udah ngeliat body gue ini”.
“iya, gue malah seneng kalo lo gak pake baju”.
“huu, dasar lo, udah sana lo kerjain tugas, gue mau nonton tv dulu”.
“eh, tapi ntar gantian ye, masa gue ngerjain sendiri”.
“ok, ntar bilang aja kalau lo udah capek”. 15 menit kemudian, Mario sudah kelihatan capek.
“Ras, gantian dong, gue capek nih”.
“ok, lo istirahat dulu sana”. Aku dan Mario terus bergantian mengerjakan tugas kami sampai jam menunjukkan 7.30 malam.
“Ras, lo tinggal disini sendirian?”.
“iya, emang kenapa?”.
“apa lo gak takut?”.
“takut apa? Maling? Hantu? Gak takut gue”.
“tapi apa lo gak kesepian?”.
“iya sih, kadang-kadang sepi juga”.
“nah, kalo gitu, boleh gak gue nemenin lo sampe 3 hari?”.
“hah, kos-kosan lo gimana?”.
“gampang deh pokoknya, boleh ya?”.
“kok maksa banget, pasti ada maksud tertentu”.
“nggak, biar tugasnya bisa selesai”.
“apa bener, cuma ngerjain tugas, ngomong aja yang jujur ama gue”.
“hehe,,, gue juga pengen ngentotin lo sih, abisnya gue ketagihan ******* ama lo”.
“hmm, gimana ya?”.
“ayo dong Ras, pleaasee”.
“iya, iya, lo boleh nginep”.
“gue juga boleh belajar ******* ama lo gak?”.
“iya, iya, gampang, udah sana pulang ambil baju”.
“ok, Tuan Putri yang cantik secantik bidadari”.
“aah, jangan gitu dong, gue jadi malu nih,, hehe”.
“yaudah
gue pulang dulu ya”. Aku mengantarnya sampai ke pintu rumahku tanpa ada
sehelai benang pun yang menutupi tubuhku, ketika kami berdua berada di
pintu rumahku, Mario tiba-tiba merunduk dan menghisap susuku dari
payudara kananku sementara tangannya meremas-remas payudara kiri.
“Maac,,jangan,,,ntar,,keetauaan oraang”.
“sori, sori, abisnya gue gemes banget ngeliat toket lo, montok banget sih”.
“huu, untung gak ada orang, jadi kita gak ketauan, udah sana”.
“yaudah,
ntar gue balik lagi ya”. Hanya dalam waktu 30 menit, Mario sudah ada di
depan pintu rumahku dan memencet bel, aku membukakan pintu dalam
keadaan yang masih telanjang karena di rumah aku lebih suka tidak
memakai apa-apa.
“Mac, cepet banget lo udah nyampe sini lagi”.
“soalnya gue udah gak sabar pengen ******* lagi ama lo”.
“huu,,dasar”. Tiba-tiba Mario menciumi leherku dan bibirku serta meremas-remas pantatku.
“Mac, sabar dong, tutup dulu pintunya, abis itu baru lo boleh ngapain aja”.
“ok, oh ya, kebetulan gue bawa viagra nih”.
“viagra? Lo emang niat bawa?”.
“iya, supaya bisa ngentotin lo terus-terusan”.
“yaudah, kalau gitu selama 3 hari lo bebas ngentotin gue sesuka lo asalkan lo yang ngerjain tugas”.
“ok, deal ya?”.
“deal”.
“ok,
mulai yuk”. Lalu Mario meminum viagra dan langsung menggarap tubuhku
semalam suntuk, dan jika efek viagra sudah habis, dia meminum viagra
sehingga Mario bisa mengobok-obok vaginaku dengan penisnya semalaman.
2
hari kulalui bersama Big Mac di rumahku, kami satu kelompok dalam
mengerjakan tugas final. Tugas yang kuanggap sulit itu bisa dikerjakan
Big Mac dalam 2 hari saja dengan imbalan yaitu aku harus melayaninya
kapanpun dia mau, tapi aku tidak keberatan melayaninya kapanpun dia mau
karena dia sangat lembut kepadaku. Selama 2 hari dia menginap di rumahku
aku mengajarinya berbagai macam posisi saat bersetubuh supaya permainan
kami lebih bervariasi dan tidak membosankan. Jam 10 pagi di hari
ketiga, setelah puas menyetubuhiku, Mario mengajakku ke kampus untuk
menyerahkan tugas dan makalah laporannya.
“Ras, ayo, ke kampus nyerahin tugas”.
“ayo”.
“eh,, ras, ntar dikampus gue boleh gandeng tangan lo gak?”.
“emang kenapa harus gandengan tangan? Emangnya gue truk gandeng”.
“jangan marah dong, gue kan cuma nanya kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.
“gue gak marah kalee, emangnya kenapa sih?”.
“temen-temen gue ngejek gue gak bakal dapet pacar..”.
“oh, gue ngerti, ntar di kampus gue pura-pura jadi pacar lo, ya kan?”.
“nah, lo tau, gimana lo mau gak?”.
“iya, gampang deh”.
“tapi misalnya gue nyium bibir lo di depan temen gue boleh gak?”.
“mmhh,, gimana ya?”.
“kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.
“boleh kok”.
“yang bener lo? Lo gak malu? Lo kan celer di kampus”.
“gue gak malu, biarin aja apa kata orang, btw celer apaan?”.
“cewek populer”.
“ooh, ampir gue salah denger”.
“pasti dengernya peler, ya kan?”.
“hehehe…”.
Lalu kami pergi ke kampus, setelah menyerahkan tugas ke dosen, sang
dosen memberi nilai A karena hasil kerja kami dibilang bagus oleh dosen
itu. Aku sangat senang karena aku tidak mengerjakan apa-apa tapi dapat
nilai A ( ), setelah menyerahkan tugas ke dosen berarti aku bisa santai
selama 2 bulan ke depan. Mario mengajakku ke teman-temannya yang sedang
berada di kantin.
“guyz, nih kenalin cewek gue”.
“Rasti, cewek lo? Mimpi aja lo, haha”, teman-teman Mario mengejeknya.
“dibilangin, gak percaya, tanya aja langsung!!”.
“pasti si Big Mac bo’ong, iya kan Ras?”.
“enggak, gue emang udah jadian ama si Big Mac”.
“tuh kan, gue bilang apa”.
“ah, masih gak percaya, jangan-jangan lo ngancem Rasti y kan?”.
“beneran
kok, yaudah, sekarang gue cium Rasti deh, kalo dia nolak berarti gue
bo’ong”. Lalu Mario memelukku dan kemudian melumat bibirku, dia mainkan
lidahnya di dalam rongga mulutku, aku menutup mataku dan membalas
memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit. Lumayan lama juga
kami berciuman di depan teman-teman Mario, mungkin sekitar 45 detik,
lalu kami menyudahi ciuman kami.
“tuh kan, Rasti gak nolak”.
“wah,, enak banget lo ciuman ama Rasti, gue jadi pengen nih”.
“iya, gue juga”.
“sama”.
“enak aja, emangnya bibir gue gratisan”.
“bercanda doang Ras”. Lalu kami tertawa bersama-sama.
“udah ya guyz, gue ama Mario mau jalan dulu”.
“ati-ati Ras, tar kalo lo berdua makan, pasti lo ketempuan”.
“iye, kan si Mac makannye banyak”.
“dasar
lo pade, ngejek gue mulu, udah ye, gue ama Rasti mau jalan dulu”. Lalu
kami berdua pergi meninggalkan teman-teman Mario dan menuju tempat
parkir.
“gimana akting gue bagus kan?”.
“bagus, apalagi ciuman lo”.
“hm, dasar lo, eh kita mau kemana nih?”.
“kemana ya, enaknya, lo maunya kemana?”.
“ke mall yang ada bioskopnya yuk”.
“ok”.
Lalu kami berdua naik motor dan pergi dari tempat parkir, aku sengaja
memeluk Mario karena selain aku takut, juga supaya dadaku tertekan ke
punggungnya. Di tengah perjalanan, kami berdua mengobrol
“Ras, gue boleh jadi pacar lo gak?”.
“maksud lo, jadi pacar beneran?”.
“iya, gimana boleh gak?”.
“tapi, bukannya lo suka ama Ana?”.
“iya,
tapi kayaknya gak mungkin, lagian kan gue deket ama lo udah gitu lo
lebih cantik dari Ana, jadi mendingan gue nembak lo, mumpung lagi ada
kesempatan”.
“tapi ngapain kita pacaran, kan lo udah pernah ngeliat badan gue”.
“maksud lo?”.
“bukannya tujuan cowok macarin cewek biar bisa ngesex ama tuh cewek, ya kan?”.
“ya sih, tapi kan gue pengen punya pacar beneran”.
“bener mau jadi pacar gue?”.
“beneran, suer deh”.
“yaudah, kita pacaran”.
“asik”.
“eh, ati-ati, ntar nabrak”.
“sori, btw gue boleh manggil lo sayang kan?”.
“terserah kamu”.
“ok, sayangku”. Setelah sampai di mall, kami makan makanan cepat saji.
“eit,, jangan makan yang itu”.
“kenapa?”.
“itu banyak minyak, tar kamu tambah gendut, mending kamu makan salad”.
“tapi,, kan enak”.
“mau kurus gak?”.
“iya
deh iya”. Setelah makan, kami langsung bergegas karena film yang akan
kami tonton sudah mau dimulai. Film yang kami tonton film horor, karena
aku tidak terlalu takut dengan film horor jadi aku menyaksikan film
dengan biasa-biasa saja. Anehnya, Mario malah menutup mata seperti orang
ketakutan.
“kamu kenapa,, ketakutan ya?”.
“nnnggakk kok!!”.
“alah, jangan boong, muka kamu udah pucet gitu,,haha”.
“iya deh, aku ngaku”.
“badan doang gede, nyali ciut,”.
“jangan ngatain aku mulu dong”.
“maaf deh,,, ok?”.
“iya, Rastiku sayang”.
“sssttt,,, jangan berisik dong”, kata orang yang duduk di sebelahku.
“maaf,,maaf”. Lalu aku menyaksikan film horor lagi.
Setelah filmnya selesai, aku dan Mario keluar dari studio. Mario kelihatan pucat dan mengeluarkan keringat dingin.
“Ayang, kamu takut banget ya?”.
“he,,eh”.
“aduh
kasihan ayangku,, yaudah kita jalan-jalan dulu supaya lupa”. Selama
kami berjalan-jalan, orang-orang di mall melihat kami dengan tatapan
aneh. Tak sengaja aku mendengar percakapan dua orang ibu ketika aku dan
Mario melintas di depan mereka.
“kok cowok gendut kayak gitu bisa dapet cewek cantik ya?”.
“pake pelet kali ya”, lalu kedua ibu itu tertawa. Kelihatannya Mario tak menghiraukan perkataan kedua ibu tadi.
“sayang, kok pada ngeliatin kita sih?”.
“gak tau deh, udah biarin aja”.
“ngomong-ngomong aku pengen ke wc nih”.
“yaudah, kita ke wc dulu abis itu kita pulang ya”.
“ok deh, cewekku yang cantik ‘n seksi”.
“apaan sih, udah ah, yok ke wc”. Tak lama kemudian, kami sampai di depan toilet.
“udah sana, aku juga mau ke toilet”.
“maunya bareng-bareng”.
“yee,, tar kalo aku masuk ke wc cowok, aku diapa-apain lagi”.
“yaudah kalo gitu, aku ke wc cewek”.
“kalo kamu mau digebukin sih silakan”.
“udah
ah, jangan bcanda”. Lalu aku masuk ke wc cewek, dan Mario masuk ke wc
cowok, tidak lama kemudian aku selesai dan keluar kamar mandi, kulihat
Mario sudah menungguku.
“ayang, kamu lama banget sih?”.
“namanya juga cewek,, lagian kan buat kamu juga”.
“hehe,,”.
“pake ketawa lagi, btw aku udah capek nih, pulang yuk”.
“yuk,,”.
Akhirnya kami pun pulang ke rumah, setelah sampai di rumah aku langsung
menuju kamarku dan merebahkan tubuhku di ranjangku yang empuk sementara
Mario sedang memasukkan motor ke garasi. Tak terasa aku mulai mengantuk
dan mataku juga sudah mulai menutup dengan perlahan, tapi aku terbangun
lagi karena aku merasakan payudaraku sedang diremas-remas.
“sayang, jangan dong, aku mau tidur nih”.
“yah, aku udah gak tahan nih”.
“please
yank, aku capek banget, mending kita tidur dulu, ntar terserah kamu
deh, mau sampe pagi juga aku ladenin deh, tapi biarin aku tidur dulu
ya”.
“bener ya, awas kalo bo’ong”.
“iya, iya, udah sini tidur di sebelahku”.
“kamu gak ganti baju dulu?”.
“oh ya, tapi aku telanjang aja ah, males ganti baju”.
“ntar aku nafsu, gimana?”.
“tahan dong, masa gak bisa sih”.
“cowok mana yang bisa nahan nafsu kalo ngeliat body kamu. Kamu pake baju aja udah bikin cowok nafsu, apalagi kalo telanjang”.
“yaudah, aku kelonin kamu supaya kamu tidur duluan”.
“gue boleh sambil nyusu kan?”.
“dasar kamu,,, yaudah boleh sambil nyusu, tapi jangan ngerangsang aku ya”.
“ok,
ayangku”. Lalu aku mengeloni Mario dengan mengelus-elus kepalanya
sementara Mario menghisap kuat-kuat susu yang keluar dari putingku.
Akhirnya, Mario tertidur lalu melepaskan kulumannya terhadap putingku
dan mataku pun mulai menutup hingga akhirnya aku berpetualang di dunia
mimpi. Aku terbangun ketika merasakan daerah selangkanganku seperti
sedang dijilat oleh seseorang, spontan kubuka mataku lebar-lebar dan
melihat ke daerah selangkanganku, rupanya Mario sudah membenamkan
wajahnya diantara kedua pahaku dan menjilati vaginaku.
“aaahh,,,Mario!!”.
“sori ayang, aku gak tahan ngeliat body kamu”.
“yaudah,
lanjutin aja”. Kemudian Mario melanjutkan aktivitasnya yaitu menjilati
vaginaku. Desahanku semakin kencang ketika lidahnya mengenai klitorisku,
karena Mario tau kalau lidahnya mengenai klitorisku, dia jadi lebih
memfokuskan jilatan-jilatannya kepada daging kecilku yang sangat
sensitif itu. Sapuan lidah Mario membawaku ke puncak kenikmatan sehingga
cairan vaginaku mengalir keluar dengan deras yang langsung diseruput
habis oleh Mario.
“memek kamu emang manis banget rasanya”.
“manis sih manis tapi bilang-bilang dong kalo ngejilat memek orang”.
“maaf sayang, jangan marah dong”.
“hehe,,kena kamu, aku cuma becanda kok, aku gak marah”.
“dasar kamu”, balas Mario sambil mencubit putingku
“yank, aku seneng deh nginep di rumah kamu”.
“iya, kamu seneng, aku repot”.
“repot kenapa?”.
“tiap hari kan, kamu minta jatah mulu sampe 5 jam lagi”.
“hehe,, maaf deh, lagian body kamu seksi banget sih bikin aku horny terus”.
“oh ya, coba kamu nimbang berat badan sana”.
Lalu Mario menimbang berat badannya dengan timbangan berat di kamarku.
“wah, turun 2 kilo, tadinya kan gue 98 sekarang jadi 96, asik”.
“gimana
gak turun, selama kamu nginep disini kan jarang makan, paling-paling
minum susuku udah gitu kan kita olahraga di ranjang terus jadi kamu
keringetan pasti itu semua bikin berat kamu turun”.
“nah, aku ada ide, kan kita libur 2 bulan, gimana kalo aku tinggal disini terus kamu ngebantu aku diet”.
“yee,, enak aja, apa untungnya, adanya ntar aku malah repot”.
“yah, please, masa gak mau bantu pacar sendiri sih?”.
“yaudah, tapi 1 syarat kamu harus nurutin semua aturan diet yang kubuat ya, gimana?”.
“ok”.
“yaudah kalo gitu, tunggu bentar ya”.
“mau kemana?”.
“udah, tunggu dulu sini”. Aku pergi ke dapur dan membuat minuman, lalu kembali ke kamar.
“nih minum”.
“apaan neh?”.
“minum aja dulu, ntar baru komentar”. Kemudian, Mario meminum minuman yang tadi kubuat.
“yang, minuman apaan nih? Kok aku jadi ngerasa kenyang kayak gini”.
“di minuman itu udah aku campur obat aku yang bikin orang jadi gak laper”.
“keren banget obat kamu”.
“lumayan kan, bisa ngebantu kamu diet”.
“iya, terus dietnya gimana?”.
“gini nih, kan kalau kita keringetan, berat kita bisa turun”.
“terus?”.
“nah, kamu harus olahraga terus supaya keringatan”.
“kapan mulai?”.
“sekarang”.
“hah!? sekarang, gimana caranya?”.
“yah, ayang masa gak ngerti”, balasku sambil mengelus-elus vaginaku.
“oh,
olahraga ranjang, wah kalo dietnya kayak gini sih, aku jadi semangat”.
Lalu aku mendorong Mario sehingga tubuh gemuknya jatuh ke ranjang, tapi
kakinya masih menjuntai ke bawah dan ‘onderdil’nya berada di tepi
ranjang. Aku jongkok dan menjilati buah zakarnya sampai ke kepala
penisnya, lalu kujilati sebaliknya yaitu dari kepala penis sampai ke
buah zakarnya sehingga Mario mendesah karena perbuatanku terhadap
penisnya itu. Kujilati setiap milimeter penis Mario sehingga daerah
selangkangan Mario benar-benar basah karena air liurku. Kumainkan
lidahku ke atas dan ke bawah di batang penis Mario, selain itu aku juga
menyentil-nyentilkan lidahku ke lubang kencing Mario, serta kuemuti
kepala penisnya berkali-kali.
Dan ketika aku melahap buah zakar
Mario, aku mengocok penisnya dengan tanganku. Lalu kurasakan penisnya
berdenyut-denyut yang menandakan dia akan memuntahkan lahar putihnya,
dengan sengaja aku menghentikan permainan mulutku, Mario langsung
protes.
“lho, sayang, kok berhenti? tanggung nih, dikit lagi”.
“kamu udah minum obat kuat belum?”.
“oh ya lupa, aku minum dulu ya”.
“untung
aku ingetin, coba kalau nggak, masa aku nungguin kamu ngaceng lagi”.
Kemudian, Mario meminum obat kuatnya, sementara aku naik ke ranjang.
“oh ya sayang, kamu gak takut hamil? kan aku entotin terus”.
“emang kamu gak mau jadi suami aku?”.
“mau sih, tapi sekarang aku belum siap”.
“he,,,he,, tenang aja, aku gak bakal hamil soalnya rahimku udah diangkat gara-gara waktu itu aku tabrakan”.
“oh, gitu, jadi kamu gak bisa hamil dong?”.
“ah, udah ah, jangan ngomongin itu, mendingan kita mulai aja, kasian tuh ****** kamu kedinginan”.
“bisa
aja kamu, yaudah mulai yuk program dietnya”. Dan berlangsunglah malam
seperti malam sebelumnya yaitu aku melayani Mario sampai jam 3 pagi
sehingga kami kelelahan dan tertidur. Aku bangun keesokan pagi dengan
vagina dan mulut yang belepotan sperma dan Mario masih memelukku.
“yang, bangun dong, udah pagi”.
“hooaahh,, emang sekarang jam berapa?”.
“jam 9 pagi”.
“aku masih ngantuk, lagian masih pagi”.
“beneran nih, gak mau mandi bareng ama aku?”.
“mandi bareng?! mau dong, baru kali ini kamu ngajak aku mandi bareng”.
“makanya, cepetan bangun, ntar kamu boleh mandiin aku deh”.
“wah, asik”.
“hmm,, dasar, giliran mandi bareng aja cepet”.
“ayo cepet”.
“yaudah,
santai aja, kamu duluan, ntar aku nyusul”. Kemudian Mario masuk ke
kamar mandi, sementara aku membereskan ranjang yang berantakan akibat
persetubuhanku dengan Mario semalaman tadi. Lalu aku menyusul Mario ke
kamar mandi, kulihat Mario sudah menyiapkan bak berisi air dingin.
“yah, kok air dingin?”.
“biar seger”.
“yaudah deh, gak apa-apa, yuk mulai mandi”.
“yuk”.
“eit, tapi biar aku yang mandiin kamu duluan baru ntar kamu boleh mandiin aku, ok?”.
“ok,
sayangku”. Tanpa disuruh, Mario memelukku erat-erat dan melumat bibir
mungilku, aku membalasnya dengan memainkan lidahku di rongga mulutnya.
Setelah hampir 25 detik kami saling mencumbu, akhirnya Mario
melepaskanku juga.
“main cipok aja”.
“sori, abisnya bibir kamu menggoda banget”.
“mau dimandiin gak?”.
“mau dong”.
“yaudah, makanya jangan cipok tiba-tiba”.
“ok,
ok”. Aku mengguyur tubuh Mario dengan air dingin, lalu aku mengambil
sabun dan mulai menggosokkan sabun ke tubuh Mario yang gendut. Aku
menyabuninya mulai dari leher, dada, lengan, perut, punggung, pantat,
paha, betis, sampai ke kakinya. Aku sengaja meninggalkan bagian tubuh
yang paling kusuka yaitu penis untuk kusabuni, setelah semua bagian
tubuh Mario sudah kusabuni, barulah aku menggerakkan tanganku ke penis
Mario.
“supaya bener-bener bersih, kamu bersihin pake mulut kamu dong”.
“iya, iya, bawel”.
Aku
memegang batang penisnya yang sudah tegang dan keras itu dengan tangan
kananku dan agak mengangkatnya ke atas sehingga aku bisa menjilati
pangkal penisnya serta buah zakarnya. Setelah puas merasakan rasa
pangkal penis dan 2 telur Mario, aku membiarkan penis Mario jatuh
menggelantung lagi, tapi aku langsung menangkapnya dengan mulutku.
Langsung kujilati batang penis Mario dari atas ke bawah, dan sebaliknya
seperti sedang menjilat es krim yang membuat pemiliknya mendesah
keenakan. Kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, hanya 3/4 nya saja yang
bisa masuk ke mulutku, setelah tidak bisa masuk lagi, aku mulai memaju
mundurkan kepalaku, tapi lama kelamaan Mario memegang kepalaku dan
menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga aku tersedak oleh penisnya,
tapi aku bisa menahannya. Selama 5 menit dia terus memompa penisnya di
mulutku sampai akhirnya dia menyemburkan lahar putihnya di mulutku, aku
telan semua spermanya dan kujilati spermanya yang masih tersisa di
lubang kencingnya.
“nah, sekarang, udah bersih, aku sabunin ya”.
“mmhhh,,,”, desahannya sambil menggeliat-geliat.
“kenapa? ngilu ya?”.
“iya, ngilu banget”.
“bentar lagi selesai kok”, balasku sambil terus menyabuni ‘onderdil’ Mario.
“udah selesai”.
“berarti giliran aku mandiin kamu dong”.
“iya, tapi yang bener ya mandiin aku”.
“sip,sip”.
Mario menyiramku dengan air dingin sehingga aku merasa segar, lalu
Mario mengambil sabun dari tanganku dan mulai menyabuniku. Ketika sampai
di payudaraku, Mario menggosokkan sabun ke tangannya kemudian menaruh
sabun itu. Lalu Mario mulai meremas-remas payudaraku dengan perlahan,
dan karena gerakan meremas itu susuku langsung memancar keluar dari
putingku. Selain meremas-remas putingku, Mario juga memijit putingku
yang sudah mengeras dengan jempolnya dan juga kadang-kadang dia
menarik-narik serta memelintir kedua putingku yang membuatku mendesah
karena terasa nikmat.
“mmhhh,,teruss,,”, desahku pelan menikmati setiap gerakan tangan Mario yang sedang bermain di kedua buah payudaraku.
Setelah
puas memainkan kedua buah payudaraku, Mario mengambil sabun dan mulai
menyabuni tubuhku lagi. Setelah payudara, punggung dan pantatku sudah
disabuni oleh Mario, dia jongkok sehingga wajahnya tepat berada di depan
vaginaku.
“memek kamu emang bagus banget”.
“iya dong, siapa dulu”.
“eh, kamu udah basah ya, belum aku apa-apain udah basah”.
“tadi ngeremes-remes toket aku apa?”.
“hehe,,
yaudah karena kamu udah basah, mendingan sekalian aja aku bikin kamu
orgasme”. Mario menggosok-gosokkan sabun ke bibir vaginaku yang masih
tertutup rapat, spontan aku menggelinjang kegelian, setelah daerah
selangkanganku sudah licin karena sabun, Mario membuka bibir vaginaku
dengan 2 jarinya. Lalu dia memasukkan 2 jarinya ke dalam vaginaku
sehingga aku mengerang ketika 2 jari Mario yang bersabun memasuki
vaginaku dengan perlahan. Dia mengorek-orek vaginaku karena dia sedang
membersihkan bagian dalam vaginaku dengan 2 jarinya yang bersabun itu
sampai tubuhku menggelinjang keenakan.
Setelah 5 menit, tubuhku
mengejang hebat dan terasa dialiri listrik yang menandakan aku orgasme,
cairanku langsung mengucur keluar dari vaginaku dan membasahi 2 jari
Mario yang sedang bersarang di dalam vaginaku.
“nah, sekarang memek kamu udah bersih”.
“udah kan mandiin aku, yuk keluar yuk”.
“ngapain sih buru-buru?”.
“kita kan mau ke fitness center”.
“oh
iya, yuk”. Lalu kami keluar kamar mandi dan berpakaian untuk pergi ke
tempat fitness yang biasa kukunjungi karena aku juga ingin berolahraga.
Lalu akhirnya kami sampai di tempat fitness yang kami tuju, setelah
memarkirkan mobilnya yang baru diambil tadi pagi, aku dan Mario masuk ke
dalam.
“eh Rasti”, sapa resepsionis yang menjadi temanku.
“eh, Vina, gimana kabar lo?”.
“baik-baik aja, eh tapi itu siapa, saudara lo?”.
“bentar ya, Mario kamu tunggu disana aja dulu”, kataku ke Mario sambil menunjuk bangku.
“itu siapa, Ras?”.
“cowok gue”.
“ah, sumpeh lo,, lo kan cantik tapi cowok lo kok kayak gitu”.
“cuma sementara doang kok, oh ya vin, gue ama cowok gue mau latihan dulu ya”.
“ok”.
Karena
aku sudah jadi member, aku bisa langsung latihan, pakaian yang kupakai
sangat ketat sehingga payudaraku seperti ingin mencuat keluar, sedangkan
bongkahan pantatku yang kenyal tercetak jelas di celana sportku. Lalu
Mario keluar dari kamar ganti pria, aku hampir tertawa melihat tubuhnya
yang gemuk itu, tapi aku dapat menahan tawaku.
“sayang, ayo latihan, aku yang jadi instruktur kamu”.
“tapi, jangan lama-lama ya”.
“kalau kamu ikutin semua perintahku, akan aku kasih hadiah”.
“wah asik”, lalu Mario mulai latihan fitness sesuai arahanku. Setelah 2 jam berlatih, aku menyuruh Mario untuk berhenti.
“udah, Mario, kamu udah keringetan”.
“makasih ya”.
“kebetulan, disini ada spa,, kita mandi spa sekalian yuk”.
“tapi aku capek lagian aku laper”.
“ntar di tempat spa, aku temenin deh”.
“bener? emang boleh?”.
“tenang aja deh, pokoknya, udah yuk ke spa”, lalu kami pergi ke spa bersama-sama.
“Mario sayang kamu masuk duluan, ntar aku nyusul”.
Aku bilang ke Vina kalau ruang spa 56 jangan diganggu.
“kenapa Ras, emangnya?”.
“soalnya, disitu ada gue ama cowok gue”.
“lo mau ngapain?”.
“ada deh”.
“yaudah,
terserah lo aja”. Setelah berkompromi dengan Vina, aku langsung menuju
Mario yang sudah berada di dalam ruang spa, aku masuk ke ruang spa
dengan telanjang bulat.
“sayang,,,”.
“Rasti, kok kamu telanjang?”.
“iya, ini hadiahnya”.
“kamu mau aku entot disini?”.
“terserah kamu, yang penting aku udah telanjang”.
“jadi
kamu nantangin aku nih, ok kalau gitu”. Tubuhku langsung digarap Mario
di kamar spa yang panas itu sehingga tubuhku dan tubuh Mario bermandikan
keringat, selama menyetubuhiku, Mario meminum susuku yang manis.
Setelah puas bermain di dalam spa, kami berganti baju dan pulang, di
dalam mobil, aku menyusuinya dulu sebelum dia menyetir karena katanya
dia haus. Sesampai di rumah, aku memberikannya makan yaitu sayur-sayuran
dan kemudian mandi bareng lalu meneruskan olahraga di rumah yaitu
olahraga ranjang.
Begitulah aktivitas yang aku dan Mario lakukan
setiap hari. Karena selalu berkeringat baik di tempat fitness, spa,
ataupun di rumah, serta makan-makanan yang bergizi juga meminum susuku
yang bergizi tinggi membuat berat badan Mario turun menjadi 65 kg hanya
dalam waktu 2 bulan. Setelah 2 bulan, kami sudah masuk kuliah lagi.
“Mac, sekarang kan kamu udah keren, body kamu juga udah six pack, mendingan kita putus terus kamu deketin Ana”.
“tapi aku sayang banget ama kamu”.
“hari gini masih sayang-sayangan, udah, mendingan kita putus”.
“yaudah deh, tapi aku masih boleh kan main ke rumah kamu?”.
“mmhh,, boleh, tapi hari minggu aja ya”.
“tiap minggu, boleh gak?”.
“boleh”.
“makasih ya”.
“yaudah, karena kita udah putus,, aku doa’in kamu berhasil ya deketin Ana”.
“ok, thanks”.