Friday 24 June 2016

Bahtera Rumah Tanggaku 3



tttinnnn ttinnn!

“woy maju dong”

“sabar mas lagi macet ini”

Macet dan macet lagi. Kutengok jam tanganku waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Dari semenjak pagi aku meninggalkan rumahku, untung saja orang tua sinta datang saat pagi. Kedua orang mertuaku itu membawa nina ke rumah mereka. Rencananya aku ingin singgah kerumah mertuaku sekarang. Namun disinilah aku, lagi lagi terjebak dalam padatnya lalu lintas di kota ini. aku berencana untuk singgah sebentar ke mall atau kafe untuk sedikit menghilangkan rasa gerahku saat ini. lebih dari sejaman aku terjebak macet dan akhirnya bisa lolos juga dari debu dan asap polusi kendaraan yang memadati jalan.

“huuhh akhirnya” gumamku dalam hati, kupacu sepeda motor matic hasil kerjaku dulu menuju sebuah mall terdekat dari tempatku sekarang, tak berapa lama akupun sampai diparkiran. Memarkirkan motorku lalu segera masuk kedalam mall tersebut menuju sebuah kedai kopi dengan brand dan logo wanitanya yang sudah cukup terkenal di negara ini.

Setelah memanggil pelayan dan memesan kopi mocacinno hangat akupun menyenderkan tubuhku melepas penat setelah interview tadi dan merasakan sejuknya AC di kafe ini sambil memejamkan mataku. Baru sebentar aku memejamkan mata aku merasakan ada yang menepuk pundakku. Akupun segera menoleh.

“ngapain lo tiduran disini hahah” kata seorang pria bertubuh tinggi dan atletis serta wajahnya lebih tampan dariku dengan tahi lalat dibawah matanya.

“eh elo cel kirain siapa ngapain lo” kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya.

“gue nyari ikan disini, ya minum kopilah sekalian nungguin pacar gue tadi katanya ke salon ya udah gue tinggal aja lo taukan kalo cewek kalo nyalon lama bener” kata marcel

Marcel adalah temanku sejak sd hingga masuk smk yang sama. Namun karena hobb dan passionnya bukan dikimia seperti yang kugeluti di sekolahku. Ia kemudian memutuskan pindah dan masuk ke sma lalu melanjutkan kuliahnya sejak saat itu kami putus kontak.

“gimana sekarang loe kerja apa masih kuliah?”, tanyaku pada marcel

“enak aja masih kuliah, gue udah kerja di salah satu statiun tv bagian broadcasting, ngedit ngedit VT gitu deh” jawabnya

“VT apaan cel” , tanyaku lagi

“vT Itu semacam video teaser. Kayak berita nih setelah si pembawa acara bacain berita nah gue bagian nampilin videonya”.

“hooo” kataku membentuk huruf O bulat

“btw lo gimana kesibukan lo apa” tanya marcel padaku.

“ya gini gini aja cel, nyari kerjaan jaga anak, jaga istri.”.

“bentar bentar lo udah nikah punya istri ama anak?” tanya marcel tak percaya. “sialan kok lo nggak ngundang gue “

“gimana mau ngundang lo nomer hape lo nggak aktif. Gue datanging rumah lo ternyata lo udah pindah” kataku

“oh iya ya sorry kebetulan bokap dimutasi kerja di luar kota makanya ya sekalian aja pindah”

Tak berapa lama pelayan membawakan pesanan kopiku. Aku dan marcel saling duduk berhadapan. Ia kemudian memesan kopi setelah itu kami melanjutkan perbinvcangan membahas masa masa smp dan smk kami.

“eh kapan kapan gue kerumah lo yah, gue penasaran seperti apa cewek yang jadi nyonya dimas hahah”

“iye mampir aja, asal jangan ngerusuh ye”

“ye emang gue mau tawuran disana, gue nggak kayak elo yang dari dulu doyan kelahi” kata marcel mengingatkan kebiasaanku dulu. Memang semenjak aku kecil aku kadang sulit menahan emosi dan sering berkelahi dengan teman teman sd hingga aku smk aku paling sering menjadi bagian terdepan saat tawuran, tapi itu dulu masa masa kelamku.

“eh ngomong ngomong pas gue tadi disalon gue ngeliat cewek beh cantik bener mirip artis siapa gitu mana pake pakaian kantor lagi. Pas selesai kampret dia ternyata udah punya suami padahal baru gue mau godain. Karna pas gue keluar gue liat dia gitu jalan ama cowok ya mungkin 2 sampai 3 tahunan lebih tua trus gue liat tuh cowok sambil jalan ngeremes pantat sexynya tuh cewek. Sialan bener dah” kata marcel bercerita panjang lebar.

“hahaha dari dulu ye lu nggak berubah cewek mulu”

“ye daripada elo pasif, pas smp aja banyak senior yang nembak tapi lo tolak alasannya konyol lagi takut pacaran lagi karena takut diselingkuhin. Pas kayak waktu lo diselingkuhin si siapa tuh istrinya ahmad sekarang, oh si dina.”

“hahah dulu tapikan gue udah punya bini sekarang” kataku membantah ejekannya

“ye gimana kalo bini lo selingkuh”

“sinta nggak mungkin selingkuh gue percaya ama dia” kataku sambil berusaha tersenyum, aku sebenarnya tersinggung dengan kata katanya namun aku harus bisa belajar bagaimana mengatur emosiku.

“hahah eh udah dulu ye mana sini pin lo, gue invite, nanti kirimin gue alamat lo”
Setelah saling bertukar pin aku pun kemudian juga memutuskan pulang. Setelah sampai di parkiran akupun mulai menjalankan motorku. Saat melewati gerbang keluar mall aku berpapasan dengan sebuah mobil sekilas kulihat di jendela kirinya seperti sinta yang tengah duduk di bagian kursi penumpang. Aku yang penasaran mencoba mengikuti mobil itu namun disaat sudah hampir dekat hampir saja aku menabrak seotang pengendara motor yang ingin memotong arah tanpa menyalakan lampu sein. Hingga kemudian mobil itupun jauh dari jangkauanku dan menghilang. Kutepis pikiran negatifku, lalu akupun menuju rumah orang tua sinta.
Sesampainya disana akupun segera mengetuk pintu rumah. Tak berapa lama ibunya sinta membukakan pintu sambil menggendong nina.

“eh udah beres interviewnya nak” kata ibunya sinta padaku

“iya bu udah, lumayan sulit sih pertanyaannya tapi kujawab semampuku aja”.

“ya sudah ayo masuk nanti ibu buatin teh” kata ibunya sinta

Akupun segera masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu. Sambil menunggu kucoba menelfon sinta namun beberapa kali panggilan telfonku tak dijawabnya. Bahkan terakhir ia menolak panggilan telfonku. Mungkin ia sedang sibuk pikirku.

Tak berapa lama ibunya sinta pun datang, ia kemudian duduk di sofa panjang . kuperhatikan nina yang sedang menyedot susu formula yang ada dalam botol susunya sesekali nina memandangiku yang kubalas dengan tersenyum padanya.

“gimana dim, kapan nih nina punya adik” tanya ibunya sinta

“hahaha belum tau bu, dimas dan sinta udah usaha” kataku.

Selanjutnya aku dan ibunya sinta berbincang mengenai nina, apakah ia tadi rewel atau tidak, apakah ibu kerepotan dan sebagainya.
Tak berapa lama sedang asik mengobrol dering handphoneku berbunyi kulihat sinta menelfonku, setelah meminta ijin pada ibunya sinta kujawab telfon itu.
sinta
halo saying
dimas
ya, halo ada apa sayang kok tadi ditelfon nggak dijawab?
sinta
ahhss uuh, anu sayang tadi lagi meeting
dimas
loh kenapa kamu sayang kok kayak kesakitan?
sinta
nnggh nggak apa sayang, ini tadi temen numpahin teh manis, jadinya banyak semut merah trus ngegigit tangan uhh ku, oh iya ssayang, aku sekalian pamit yah 3 hari ini ada meeting nemenin bos sama relasinya, kamu nginepnya di rumah orang tuaku aja yah sayang. Kasian kamu kalo sendirian di rumah.
dimas
ya udah sayang aku nginep disini aja kamu hati hati yah, love u
Tak dibalas pesanku oleh sinta karna ia buru buru mematikan handphonenya, aku sebenarnya penasaran karna di belakang sinta seperti terdengar suara orang tertawa terbahak bahak, juga aku mendengar desahan wanita. Belum lagi kudengar suara sinta agak berbeda dia seperti menahan sesuatu.

Aku kemudian meminta ibunya sinta untuk mengijinkanku menginap tiga hari dirumahnya. Kemudian aku menuju kamar yang biasa sinta gunakan dulu untuk sejenak beristirahat dan akupun terlelap dalam tidur.
***


Entah berapa lama ku tertidur kutengok ke luar jendela hari sudah gelap, kutengok arlojiku sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku kemudian keluar dari kamar kulihat ayah dan ibu sinta tengah asik saling bercengkrama mengobrol sambil menonton tv. Aku erharap hingga tua nanti begitupun aku dan sinta nantinya saling menyayangi hingga akhir.

“eh udah bangun nak dimas, kamu makan dulu gih ibu udah masak tadi.”kata ayah sinta yang menoleh kebelakang melihatku.

“iya pah, papah ama mamah udah makan?’” kataku yang kini sudah berada di samping mereka berdiri di dekat sofa.

“udah kok nak, ayo makan dulu”. Kata ibu sinta

Akupun melangkahkan kaki menuju dapur dan makan disana. Setelah makan aku berpamitan untuk sejenak mengambil baju bajuku dirumah dan juga handuk. Sekalian mandi disana. Setelah menengok nina yang sedang tertidur. Akupun memacu motorku menuju rumah.
Setelah setengah jam aku sampai di gang yang menuju rumahku. Sesaat sebelum sampai kulihat mobil yang biasanya mengantarkan sinta bergerak menjauhi rumahku dan bergerak searah dengan arah tujuanku dan menjauhiku.” Apa sinta baru mengambil bajunya. Kenapa lama sekali dia pulangnya” gumamku dalam hati

Akupun sampai kehalaman rumah mengambil kunci rumah yang biasanya ditaruh di dalam pot. Lalu masuk kedalam rumah dan menuju kamarku. Hmm seingatku seprei ini bukan yang tadi pagi kok diganti yah. Mungkin sinta sebelum pergi sempat membersihkan rumah.
Setelah membuka baju aku pun menaruh baju kotor itu diatas tempat tidur itu lalu beranjak menuju kamar mandi setelah mandi akupun kemudian memakai bajuku kembali. Tunggu dulu ada sedikit noda noda seperti bercak di sekitar karpet kuperhatikan cairannya sedikit kental . aku berpikir mungkin lotion sinta yang tercecer.
Aku kemudian segera memakai baju.

Setelah rapi aku kemudian mengunci rumah dan berniat menitipkan kunci rumahku pada indah agar lebih aman. Aku kemudian menjalankan motorku menuju rumah indah. Sesampainya aku di depan pintu rumahnya, belum sempet kuketuk pintunya terdengar suara pertengkaran mereka.

“sebenarnya salah aku apa sih mas, aku sudah menerima kekurangan kamu dan belajar nyenengin kamu, tapi kamu selalu saja kayak gini”.

“salah lo?, kenapa lo selalu ngebandingin gue sama tuh pengangguran dimas hah”

“bukannya ngebandingin mas, aku tuh Cuma maunya dihargain disayangin, aku iri ama mbak sinta, kelihatan banget kalo mas dimas sayang banget ama dia. Tiap pergi kerja pasti mas dimas nganter istrinya kedepan rumah, nyium keningnya. Diperlakuin lembut, aku hanya ingin itu.”

“ya udah lo kawin aja sana sama dimas”.

“bukan itu maksudku mas tap..”

“ahh sudahlah gue cape, mau tidur” terdengar kemudian suara pintu yang dibanting. Aku kemudian mengetuk pintu tak lama kemudian dan memanggil indah.

tok tok tok, assalamualaikum indah”

Tak berapa lama indah membukakan pintu, matanya sedikit sembab mungkin ia menangis tadi.

“walaikumsalam bang, ada apa?”

“gini dik, abang mau nginep di rumah mertua abang, nitip kunci rumah yah”


“loh kenapa bang perasaan mbak sinta tadi pulang sekitar jam 4 sore”. Pernyataan indah membuatku terkejut, apakah sinta selama itu membersihkan rumah dari sore hingga sebelum aku datang, namun mungkin sekalian dia mengurus pakaian yang ia bawa.

“hmm tadi dia pergi lagi bareng bosnya mau keluar kota katanya. Nih yah nitip kunci rumah”.

“iya udah, hati hati bang”.

Setelah berpamitan akupun memacu kendaraanku kembali menuju rumah mertuaku. Akhir akhir ini entah kenapa firasatku selalu buruk jika memikirkan sinta. Kucoba menepis semua itu mengingat kembali bahtera rumah tangga kita selama 3 tahun ditambah hadirnya anakku nina. Sinta nggak mungkin macam macam. Iya sinta istriku yang setia.

No comments:

Post a Comment