Tuesday 3 May 2016

Cerita Hasrat Seorang Istri

Hana

"Embun memberkahi pagi dengan kesejukan. Meninggalkan purnama yang tersenyum manis menyapa surya. Dengan segala ke agunganMu Tuhan, aku bersyukur atas seluruh nafas yang dapat ku hirup pagi ini".

Aku terjaga di fajar pagi, setelah melakukan ibadah wajib aku melanjutkan persiapanku menyambut hari. Aku seorang ibu dari satu anak, bidadariku yang bernama Rosi. Aku adalah istri dari seorang suami, pria yang sangat aku cintai Mas Bram. Aku sendiri seorang wanita muslimah, Hana Sasmita namaku, terlahir 31 tahun yang lalu sebagai anak tunggal. Aku adalah seorang penulis blog yang berisikan tentang pengalaman dari setiap istri dalam rumah tangga mereka. Kisah tentang kebahagian, kesedihan, kepahitan, semua aku dengarkan. Aku jawab dengan kapasitas yang aku punya. Aku bahagia bisa membantu kebanyakan pasangan untuk sekedar mendengarkan keluhan mereka dan atau memberikan mereka saran untuk menjalani biduk rumah tangga. Atas sebab kegiatanku ini, aku kini bekerja di sebuah majalah wanita ternama sebagai kepala editor untuk bidang wanita muslimah.

Pagi ini setelah menyiapkan sarapan untuk mas Bram dan bidadari kecilku rosi, aku duduk dihadapan laptopku sambil menunggu keluargaku selesai mempersiapkan pagi mereka. Pagi ini aku membuka blog ku dan seperti biasa banyak email yang masuk untuk bercerita tentang pengalaman yang mereka alami dalam rumah tangga mereka. Baru saja aku membuka email pertama, mas Bram sudah memanggilku, "bundaa, bun dasi ayah mana ya?". Aku sedikit belari menuju kamarku menemui mas bram. Aku memang lupa menyiapkan dasinya pagi ini "maaf ayah, bunda lupa menyiapkannya sekalian dengan kemeja dan jas ayah. Biar bunda ambilkan yang warna biru ya yah, biar cocok dengan stelannya." Jawabku, "iya bunda. Bunda pasti selalu tau apa yang ayah butuhkan." Jawabnya santai tanpa melihat kearahku karna mas bram sedang sibuk memakai celananya. "Bunda, bunda cantik sekali pagi ini lain dari biasanya." Dia membisikkan itu sambil memeluku dari belakang saat aku sedang memilihkannya dasi "ayah bisa saja, hari ini dan hari-hari yang lain sama saja." Sambil membalik badanku melepaskan pelukkannya aku langsung memasangkan dasi biru itu kelehernya "ayah tidak ingin terlambat kan? Maka cepatlah rapihkan pakaian ayah. Bunda akan membantu rosi, lalu kita sarapan bersama." Dan dia menjawab "bunda, ayah hanya kangen dengan bunda dan memang bunda terlihat cantik pagi ini. Sekedar memeluk tak akan membuat ayah terlambat." Aku hanya tersenyum lalu meninggalkan suamiku untuk menuju kamar rosi membantu anakku menyiapkan buku" untuk sekolahnya. Setelah selesai mengurus rosi, kami pun sarapan bersama. Lalu aku mengantarkan anak dan suamiku sampai depan gerbang rumahku. Karena hari ini aku tidak perlu kekantor, aku akan dirumah saja membaca email yang masuk ke blogku, sambil mencari inspirasi untuk halaman majalah muslimah.

Dihadapan laptopku aku terpaku, sambil terus membaca kalimat demi kalimat yang dikirimkan ke email blogku. Pagi ini aku membaca blog dari seorang wanita yang menjadi korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang dilakukan oleh suaminya. Sedang serius mengamati email tersebut, dari depan rumah terdengar suara orang yang mengetuk pintu dengan keras sambil memanggil-manggil namaku. "Hanaa, assalamualaikum han!", sambil terus mengetuk pintu dengan tidak sabar "Hannaa, ini annisaa han!", aku sedikit berlari keluar dari ruang kerjaku menuju pintu depan "iya sebentar" jawabku, saat pintu kubuka ternyata annisa sahabatku yang bertamu sambil menangis nisa langsung larut dalam pelukanku. "waalaikumsalam Ada apa niss, ko kamu nangis gini niss? Cerita sama aku ada apa?" Tapi dia tetap terus menagis "niss kalo kamu nangis terus aku gatau kamu kenapa. Ayo berhenti dulu nangisnya, terus cerita sama aku." Sambil aku bantu untuk menhapus air mata dari pipinya. "Bang rudolf han, bang rudolf!" Tangis anissa pun pecah lagi "bang rudolf sepertinya selingkuh, tapi saat aku tanya dia mengelak dan malah berlaku kasar kepada ku han, Aku takut" nisa menjelaskan sambil tetap menagis "hmm, yaudah berhenti dulu nangisnya. Baru cerita semua ke aku ya niss". Akhirnya tangis annisa pun reda, lalu annisa menceritakan semuanya tentang tanda-tanda keberadaan wanita lain serta kasarnya bang rudolf suami annisa setiap annisa menanyakan prihal itu. Annisa ini sahabatku sejak di unervitas dulu, ia sudah lama menikah dengan bang rudolf dan dikaruniai satu anak lelaki bernama dante, dante teman rosi disekolah. Kami tinggal bertetanggan dalam satu perumahan, hanya berbeda beberapa blok.

Setelah annisa menceritakan semua aku menyuruhnya untuk lebih tenang dan sabar dalam menghadapi suaminya yang memang memiliki watak keras itu, aku pun menyarankan annisa untuk tidak terlalu suudzan terhadap suaminya kalo belum ada bukti yang kuat. "Iya han, aku ngerti ko. Mungkin akunya juga yg terlalu cemburuan sehingga membuat bang rudolf tersinggung" annisa mulai semakin tenang "iya niss, nanti aku bantu bicara sama bang rudolf ya niss" sambil tersenyum annisa pun memelukku dengan lega "makasih ya han, kamu memang baik sekali. Selalu mengerti aku. Beruntung punya sahabat seperti kamu han" aku pun tersenyum "senang bisa terus membantu niss" aku merasa senang setiap kali aku bisa memberi saran atau bahkan solusi terhadap istri yang mungkin sedang mengalami masalah dalam rumah tangganya. "Tapi han, aku belum berani pulang sekarang. Aku takut bang rudolf masih marah terhadapku han" wajah annisa kembali murung dengan cemas "iya kamu istirhat saja dulu disini niss sambil menunggu dante pulang. Nanti aku coba untuk menemui bang rudolf untuk membicarakannya niss, kamu istirahat saja dikamarku niss. Aku tinggal sebentar ada yang perlu aku beli dan sekalian mampir menemui bang rudolf niss, kamu ga apa-apa kan aku tinggal?" Aku bertanya "justru aku yang yang ga enak, apa aku ga apa-apa sendirian dirumah km han?", "ga apa-apa ko niss, kita kan sudah kaya saudara" sambil merapihkan jilbabku, aku bersiap untuk keluar membeli tinta printer yang memang sudah habis. "Aku tinggal sebentar ya niss, istirahatlah dikamar niss pintunya ga aku kunci ko" sambil berjalan menuju pintu "iya han, maaf merepotkan dan terimakasih banyak ya hana". Lalu aku pergi meninggalkan annisa sendirian dirumahku untuk beristirahat.

Setelah selesai membeli tinta printer di counter depan perumahanku, aku menjalankan mobilku menuju kerumah annisa sebelum aku pulang. Mencoba mencaritahu kesalahpahaman yang terjadi antara annisa dan bang rudolf. Agak jengah aku hari ini, sedari tadi saat aku berjalan dipertokoan saat hendak membeli tinta ditoko langgananku hampir setiap mata lelaki menatap tajam padaku. Tatapan yang mengerikan, tatapan zina mata laki-laki. Sialnya lagi toko biasa sempatku membeli tinta tutup jadi aku harus berjalan agak jauh untuk menuju ketoko selanjutnya. Aku tidak pernah belanja disini, karna segilitiran orang bilang bahwa arang disini agak mahal dan penjualnya kurang sopan dalam melayani pembeli. Namun karena aku memnag butuh tinta itu hari ini maka mau tidak mau aku pergi ketoko tersebut. Sampai didalam toko, benar saja yang dikatakan orang-orang penjaga toko itu menatapku tajam dari ujung kaki keujung kepala seolah sedang menikmati sebuah mamndangan indah. Apa aku sebegitu indah, apa benar kata mas Bram bahwa aku memang cantik. Tapi kenapa baru sekarang tatapan-tatapan ini tertuju padaku. Tatapan tajam yang menyiratkan kekaguman juga nafsu, padahal aku memakai pakaian tertutup yang sangat menjaga auratku. Tapi mengapa mereka seolah-olah melihatku dengan tanpa sehelai benang pun. Haruskah aku bahagia atas kekaguman mereka atau malah seharusnya aku khawatir. �mau cari apa mbaknya?� belum habis pikiranku melayang si penjaga toko memecahkan lamunanku dengan pertanyaanya yang membuatku jadi bingung �anu mau cari anu mas yang hitam.� Lalu dia menjawab dengan tampang kaget dan senyum yang aneh �anu yang hitam? Punya saya ga hitam-hitam banget mbak. Tapi besar ko. Hehe� jawaban yang sangat merendahkanku �astagfirullah hana, kenapa aku bisa tidak fokus seperti ini setelah ditatap oleh banyak lelaki.� Umpatku dalam hati �mbakk, beneran jadi mau anu saya??hehe coba dulu aja kali mbaknya suka.� Tampang menjijikan itu menyeringai didepanku. �maaf, tolong masnya yang sopan ya. Maaf saya hanya kurang fokus yang saya maksud tinta printer warna hitam!� jawabanku agak keras kepdanya berharap dia berhenti menggodaku �on tinta printer warna hitam, ya mbaknya bilangnya anu, saya pikir anu yang itu yang tintanya warna putih.hehe� jawabnya ringan, �astagfirullah, saya ga ngerti ya maksudnya mas. Tolong saya Cuma butuh tinta hitam sekarang saya buru-buru, berapa harganya?� lalu tiba-tiba dia meraih tanganku sambil berkata �ah mbaknya pura-pura gatau sama anu itu. Jangan gitu ah nanti jadi suka dan ketagihan lho sama si anu itu.� Wajahku terasa panas dan memerah pasti dan bukan segera menarik lepas tanganku dari genggamannya aku malah seolah terpaku tatapan tajamnya dan genggaman juga belayan lembut jarinya, seperti ada aliran yang mengalir di saraf sensorik ku menuju otakku sehingga aku tak mau melepaskan pegangannya. �sekali lagi tolong saya hanya butuh tinta hitam sekarang!� lalu dia melepas genggamannya dan mengambil tinta yang ku maksud dan memberikannya padaku �ini toh anu yang mbak cari. Yang hitam. Geratis saja buat mbaknya sebagai ganti sudah boleh pegang tangan mbaknya tadi.hehe�. �jangan kurang ajar ya mas, saya sudah sabar dari tadi. Saya bukan wanita bayaran seperti yang mas fikir. Maaf saya masih mampu bayar tinta ini!� seraya meletakan uang seratus ribu di etalase tokonya dan berbalik menuju pintu keluar. Belum sempat melangkah keluar �haha mbaknya munafik tadi diusap-usap tangannya diem aja. Saya ga butuh uangnya mbak, saya bakal kasih gratis semua tinta yang mbak minta asal mbak beli ditempat saya. Dan saya yakin mbaknya pasti balik lagi kesini kalo nganunya suda habis. Hehe saya tunggu mbak.� Setengah berteriak sambil meleparkangumpalan uang seratus ribu yang tadi aku letakan. Aku terus berjaan tak menggubris perkataanya, walaupun perkataan tersebut terus terngiang difikiranku sepanjang jalanku menuju mobil, juga tatapan tatapan nakal itu masih menyertai perjalananku menuju mobil. Dialam mobil aku masih tak habis pikir mengapa para lelaki tak henti-hentinya menatap setiap liuk tubuhku. Mengapa harus aku, pakaianku tertutup rapi tak sedikitpun menunjukkan sisi erotis namun mengapan tatapan itu seolah membiusku, menyampaikan pesan bahwa aku adalah wanita paling sexy Juga mengapa penjual itu bisa berkata seperti itu, mengapa dia bisa sebegitu yakin bahwa aku akan kembali ke tokonya untuk membeli tinta, atau dengan kata lain kembali ketokonya untuk dilecehkan. Mengapa aku tak bisa berhenti memikirkan hal itu, dan setiap aku memikirkanya jantungku berdebar, terasa panas sekujur tubuhku, �apa yang terjadi padaku? Ada apa denganku? Istigfar hana, istigfarr..�seraya menghembuskan nafas dan menyalakan mesin mobilku menuju kembali keperumahanku.

No comments:

Post a Comment