Monday 25 April 2016

Jeng Yati 1

eng Yati hanya menurut saat Bu Asih, ibunya memaksa dan mengancamnya untuk tidak masuk sekolah selama 7 hari dan Bu Asih, ibunya mengancam tidak mau membiayai sekolahnya kalau ia tidak menurut ibunya. Yati hanya menurut saat ibunya mengajak rumah ke Mbah Bejo tua ompong berumur 70an yang jauh dari rumah penduduk di dekat hutan. Ia hanya diam dan menangis mendengar ibunya menangis meraung-raung, entah apa yang membuatnya Bu Asih, ibunya menangis. Yang diketahui Jeng Yati yang saat itu berumur 18 tahun, perut ibunya yang tadinya menggelembung sudah mengempis saat keluar dari kamar depan rumah Mbah Bejo.
“Ayo minum ini, Asih ..” kata Mbah Bejo menyodorkan minuman keruh kepada ibunya yang berumur 38 tahun yang tampak loyo dan baru kali ini di dengar Jeng Yati seseorang memanggil ibunya tanpa sebutan Bu, Jeng, atau Nyonya.

Kemudian selama 3 hari Mbah Bejo selalu menyodorkan minuman keruh kepada ibunya. Selama itu Bu Asih hanya tidur sehingga Jeng Yati merasakan ngeri oleh pandangan Mbah Bejo kepadanya. Bahkan, entah kenapa selangkangan Jeng Yati tiba tiba basah bahkan pada hari ke dua ia merasakan celana dalamnya basah dan perasaan aneh seolah bibir vaginanya terasa gatal dan juga liang vaginanya seperti digelitik sehingga ia mengatupkan kedua pahanya dan menekan selangkangannya agar mengurangi rasa gatal di bibir vagina dan di liang vagina saat Mbah Bejo menatap tajam kedua matanya. Pada hari ke 4, kembali Bu Asih, ibunya yang sudah bugar kembali meraung-raung di kamar praktek Mbah Bejo. Siangnya, Mbah Bejo memberikan minuman bening kepada ibunya. Jeng Yati kini melihat ibunya lebih bugar dan bersemangat, bahkan malam itu ibunya hanya memakai daster tanpa mengenakan celana dalam dan BH nya saat diajak Mbah Bejo makan malam. Puncaknya, malam hari ke 4, kamar yang ditempati ibunya yang biasanya disinari lampu tempel minyak kini diterangi lampu tekan, lampu strong king sehingga kamar Mbah Bejo terang benderang. Tengah malam, Jeng Yati merasa pusing karena ranjang yang ditiduri bersama ibunya bergoyang hebat. Jeng Yati hanya terbelalak melihat posisi tidurnya berbalikan dengan Bu Asih, ibunya. Ia merasa lemas tak bertenaga melihat ibunya tidur tertelentang dengan kedua kaki terkangkang. Jeng Yati menelan ludah berkali-kali melihat penis berbintil-intil Mbah Bejo tengah menyeruak, menyodok-nyodok liang vagina ibunya, liang vagina dimana ia dilahirkan itu tengah merasakan besarnya penis berbintil Mbah Bejo. Untuk pertama kali dalam hidupnya Jeng Yati melihat jelas penis orang dewasa yang membuat selangkangannya terasa lembab. Lagipula, penis yang dilihatnya jauh lebih eksotik dari buku putih yang dipinjami oleh Mas Parno, bukan saja keras, panjang, besar dan hitam, tapi urat-urat yang melingkar-lingkar di permukaan penis yang jelas jelas berbintil bintil. Bahkan, Jeng Yati begitu jelas melihat bibir vagina ibunya keluar masuk mengikuti genjotan penis berbintil Mbah Bejo yang keluar masuk dengan gagahnya di liang vaginanya
“Aaaggghhhhh Mbaaaaaah….Beeeejooooooo…akuu keluaaaar…akuu metuuuuuuu…akkkuuuuu keluaaaaar teruussssshhhhhzzzzz……”terdengar ibunya melolong dan begitu jelas dilihat Jeng Yati penis Mbah Bejo menghujam dalam dalam di liang vagina ibunya dan melelehlah lendir putih dari liang vagina ibunya dimana pantat ibunya terus menyentak-nyentak, dan Jeng Yati teringat akan buku putih yang dipinjami mas Parno. Ibunya mengalami multiple orgasme, menurut buku putih mas Parno, seorang wanita bisa merasakan multiple orgasme bila sang laki-laki pandai dalam persetubuhan. Jeng Yati dengan jelas bagaimana lendir vagina kental ibunya terus keluar membasahi sprei saat Mbah Bejo terus menghujam dalam dalam penis berbintilnya dengan keras di liang vagina ibunya.
“Mbaaaah Bejooo…. Pejuuukuuu metuuuu teruuuusszzzz mbaaahhhhhgggggzzz…..” ibunya terus menerus merintih rintih keenakkan.
Liang vagina Bu Asih terus mengeluarkan lendir maninya sehingga ia seolah seperti anak kecil mengompol, hanya mengompol bukan air kencing tapi lendir hasil persetubuhan yang bening dan hangat
“Ampuuuun Mbaaaaah Bejoooooo….. sudaaaaaaah jaaaangaaannn anaakkuuuuuu…” ibunya merintih
Jeng Yati hanya merasakan selangkangannya dingin.
“Looh …. Anakmu mewarisi sifatmu, Asih …” kata Mbah Bejo
Jeng Yati hanya merasakan jilatan-jilatan di selangkangannya, pada klitorisnya. Di bibir vaginanya yang mana ia sering menggosok-ngosoknya ke guling.
“Jaaaangaaaaaan Mbaaaah Bejoooo ….. akuuuu sajaaaaaa…….” rintih Bu Asih
“Loh, kan kamu pengennya gak bisa hamil lagi… torokmu suka sekali sama kontol. aku jamin…. Mbah Bejo jamin nanti macam-macam kontol bisa merasakan torokmu ... kamu akan merasakan macam-macam bentuk kontol hehe …Kamu juga gak mau tetap hamil, kan? Tapi kamu minta air susumu keluar walau gak hamil….Atau sekalian tak hamili kamu, Asih ….. biar geger sekalian …. Perempuan seperti kamu… nggak ada suami tapi hamil he he he …”terdengar ancaman Mbah Bejo terkekeh-kekeh. 
“Jaaaaangaaan … Mbaaah Bejoooooo……….” Bu Asih yang terus orgasme sambil menyentak-nyentakkan pantatnya
“Makanya….. aku hanya pengen jilati tempik dan itil anak gadismu ……” kata Mbah Bejo
Jeng Yati baru kali ini seseorang, laki-laki yang dengan enaknya mengatakan kata-kata yang selama ini tabu diucapkan maupun didengar olehnya..Kontol ... torok ... tempik .... itil yang keluar dari mulut Mbah Bejo yang tengah menyetubuhi ibunya. Jeng Yati yang tak pernah tahu kapan celana dalamnya terlepas hanya menahan nafas saat kegatalan merasakan kegelian yang amat sangat di bibir vaginanya yang dilumat dan disedot sedot Mbah Bejo.Jeng Yati tak kuat menahan rasa geli itu dan ia merasakan lendir vaginanya menyemprot dan srrooooop,….. sroooppp …. Terdengar oleh Jeng Yati lendir vaginanya disedot sedot Mbah Bejo dan pinggulnya tersentak sentak merasakan orgasme bersamaan dengan ibunya yang vaginanya kegatalan tengah dijejali penis berbintil Mbah Bejo. Sampai hampir pagi, Mbah Bejo terus menyetubuhi Bu Asih dan Jeng Yati pun merasakan tiga kali tempik dan itilnya dijilati Mbah Bejo dan 3 kali pula Jeng Yati merasakan orgasme malam itu yang membuatnya lemas dan tertidur.
Pagi harinya, Jeng Yati merasa lemas dan celana dalamnya tetap tak ada di selangkangannya. Bibir vagina dan kelentitnya terasa gatal-gatal geli. Begitu Jeng Yati keluar kamar, dan terdengar suara ibunya mendesah merintih dan bahkan mengerang di kamar sebelah. Jeng Yati pun mendekat pintu kamar berselambu yang tidak tertutup rapat dan tengkuknya pun berdiri dan tubuhnya yang ranum bergetar, betapa tidak…Bu Asih, ibunya saat itu tertelentang di ranjang kecil tengah dikerubuti 3 pria tua. Pria pertama berkulit hitam telanjang kedua tangannya memegang kepala ibunya tengah menyodok-nyodokkan penisnya yang besar pendek ke mulut ibunya.
“Oraaal…”desis Jeng Yati 
Matanya nanar kembali melihat pria tua kedua tengah meremas remas payudara Bu Asih, ibunya yang begitu montok, tidak seperti kemarin-kemarin dan kedua puting susunya yang besar mencuat, juga tidak seperti biasanya dan yang paling gila kedua puting susu ibunya meneteskan dan menyemburkan air susu, seperti yang dikatakan Mbah Bejo tadi malam sehingga dengan ganasnya pria tua itu menyedot nyedot kedua payudara montok Bu Asih, ibunya tanpa henti seperti bayi raksasa yang kehausan mengempot kedua payudara montok ibunya seolah takut direbut orang, bukan saja menyedot-nyedot puting susu ibunya tapi juga memagut kedua payudara ibunya yang semakin montok meninggalkan bekas pagutan-pagutan merah hampir di semua permukaan payudara montok. Pria ketiga tak lain Mbah Bejo begitu ganas dan liarnya menyodok-nyodokan penis besar panjang berbintil ke vagina ibunya. Jeng Yati pening dan pingsan melihat ibunya dikerjain 3 pria tua. Akhirnya, begitu ia sadar, ibunya tengah menunggunya dan saat itu pula ibunya mengajak pulang Jeng Yati yang merasakan lendir vaginanya terus meleleh dari liang vaginanya. Hampir lebih dari setahun berlalu, Jeng Yati berusaha melupakan apa yang pernah dilihatnya dan dirasakannya, walaupun sulit karena Jeng Yati akhirnya menyukai untuk mengelus-elus vaginanya sendiri, baik dengan jari-jari kecilnya atau menggesek-ngesekan gulingnya sampai Jeng Yati orgasme. Hampir dua hari sekali ia masturbasi.
Praktek Kedua
Jeng Yati terhenyak dan tubuhnya bergetaran seakan akan pingsan saat malam itu, di rumah yang sedang sepi, membuka selambu kamar kakak laki-laki ibunya, Pak De Sur untuk meminta uang saku yang biasa Jeng Yati minta. Di usia ke 18, secara nyata kedua kalinya melihat seperti Jeng Yati pernah membaca di buku putih yang dipinjami teman-temannya. Pak De Sur yang bujang lapuk, berumur sekitar 46 tahun, begitu sayang padanya bahkan Jeng Yati seringkali tidur bersama Pak de Sur yang suka memakai sarung dan kaos singlet saat tidur. Akhir-akhir ini memang, Jeng Yati sering kali terjaga dan tertidur kembali karena Pak De Sur tiba-tiba memeluk erat tubuhnya dan yang selama ini dirasakan Jeng Yati benda keras yang menekan punggungnya atau pantatnya tengah dilihatnya.
“wwhh kontool…...kontol Pak De Sur ”desis Jeng Yati. “kontol laki-laki dewasa lagi..”
Tanpa terasa selangkangannya lembab dan basah saat melihat bagaimana Pak De Sur sedang mengocok penisnya yang besarnya kurang lebih sebesar pegangan raket tenis dan dilihatnya Pak De Sur memejamkan kedua matanya dan…
“Yaaaaatiiiiiiiiiii…………” desisnya dan dilihatnya penis Pak De Sur memuncratkan air mani yang tercecer di kasurnya, dimana hampir tiap malam ditiduri Jeng Yati bersama Pak De Sur.
Jeng Yati begitu basah di selangkangannya, lendir dari liang vaginanya dan membasahi celana dalamnya. Sedikit berkunang-kunang karena melihat Pak De Sur mengocok penisnya, kemudian penisnya memuncratkan air mani dan Pak De Sur mendesiskan namanya saat Pak De Sur menyemburkan air maninya. Setelah itu, Jeng Yati sering kali menemui Pak De Sur mengocok penisnya baik di kamar atau saat Pak De Sur berlama lama di kamar mandi. Sedangkan Jeng Yati cepat-cepat ke kamarnya dan memeluk gulingnya yang selama ini teronggok di pojok kamarnya dan mulailah ia menggesek-gesek sang guling ke selangkangannya yang basah kuyup sampai hanya merasakan basah dan pantatnya tersentak sentak saat orgasme 
“Pak De Suuuuur …………..” desisnya.
Tak lama dari kejadian pertama, mungkin karena senangnya mendapat nilai baik, seperti biasanya Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur karena seperti biasanya Pak De Sur akan memberi permen dan uang yang cukup banyak. Siang itu, Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur tanpa mengetuk pintunya, karena memang rumah sepi dan memang Jeng Yati ingin membuat kejutan dengan masuk pintu pelan-pelan dan membuka nilai-nilai ujiannya. Dua mata Jeng Yati melotot dan menatap tajam saat pagi itu, Pak De Sur tengah mengocok penisnya dan menciumi foto dirinya.
“Yatiiiiii…….. ooocchhggggghhhhh …….” Jeng Yati melihat bagaimana Pak De Sur menciumi foto dirinya bersanggul sebesar 10R yang biasa di gantung di sebelah meja rias Jeng Yati......
“Ooohccfhh kamu Yatiiii ….. “ Pak De Sur merintih saat melihat Jeng Yati tengah terbengong-bengong
“Siniiii Yatiiiii …..”Pak De Sur merintih.
Jeng Yati pun dengan kebingungannya mendekat ke Pak De Sur dan tanpa terasa menjatuhkan buku raportnya. Jeng Yati begitu panggilan Pak De Sur menggema dan tanpa terasa selangkangannya menjadi lembab 
“Pak De Sur tadi pijat dan punya Pak De Sur yang ini belum dipijat…” kata Pak De Sur sambil menyorongkan batang kemaluannya yang pendek gemuk sebesar kaleng Axe.
“Pijat ini Yatiii…” pinta Pak De Sur dan Jeng Yati pun dengan perasaan tak karuan Jeng Yati memegang penis Pak De Sur yang selama ini dirasakannya mengeras saat ditekan di punggungnya atau di pantatnya saat Jeng Yati tidur bersamanya.
“Yatiiii…” Pak De Sur mendesis saat kemenakannya, Jeng Yati memegang penisnya yang sudah ngaceng berat.
“Kocok Yatii…..” Pak De Sur memerintah Jeng Yati.
“Pakai Minyak Yatiiiii….”perintahnya sambil menyodorkan botol baby oil ke Jeng Yati yang langsung menerimanya dan melumuri penis Pak De Sur dengan baby oil dan dengan kesadarannya Jeng Yati mengocok penis Pak De Sur tanpa dikomando karena celana dalam Jeng Yati sudah basah merasakan lendir dari liang vagina Jeng Yati mulai meleleh.
Antara kesadaran dan kebingungannya Jeng Yati terus mengocok penis gemuk sebesar kaleng Axe Pak De Sur yang blingsatan merasakan elusan jari-jari tangan Jeng Yati 
“Paaak Deeee ……”Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur meremas kedua payudara ranum Jeng Yati yang masih terbungkus BH tipisnya.
Jeng Yati pun merasakan celana dalamnya basah saat dengan ganasnya kedua tangan Pak De Sur semakin liar meremas-remas kedua payudara ranum Jeng Yati.
“Ayooo cepaaat Yatiiiii …. Paak Deee enaaaak …. Koocookk cepaaat …” Pak De Sur semakin blingsatan dan merasakan penis Pak De Sur membesar dan berdenyut-denyut cepat…..
“Yaaaaatiiiiiii…..” dan muncratlah air mani Pak De Sur menyembur menyemprot nyemprot sehingga membasahi seragam SMA Jeng Yati.
“Paak Deeeee……..” desis Jeng Yati mengetahui pertama kalinya melihat muncratnya air mani laki-laki dewasa yang keluar karena kocokan jari tangannya.
Jeng Yati segera keluar kamar saat mendengar kunci ruang depan berputar dan dengan sedikit berlari ke kamar mandi karena ibunya yang sudah lebih dari 11 tahun minggat dari bapak Jeng Yati sehingga Bapak Jeng Yati tak mau menceraikan Bu Asih sehingga ibunya bukan juga janda. Bu Asih sedang membuka pintu depan pulang dari kerjanya sebagai guru. Ya, seorang ibu guru, ibu guru SD yang selalu gatal minta disetubuhi.
Jeng Yati sempat menyambar handuk saat masuk kamar mandi. Ia pun tak kuasa mengontrol dirinya yang sudah kepalang basah merasakan basahnya celana dalamnya. ’ Karena nafsunya sudah membubung dimana kelentitnya dan bibir vaginanya dan vagina Jeng Yati begitu gatal, begitu masuk kamar mandi ia langsung melepas celana dalamnya bersama dengan rok seragamnya yang basah oleh air mani Pak De Sur. Jeng Yati pun duduk di closet dan mengkangkangan kedua kakinya dan jari-jarinya mulai menari nari menggosok ngosok kelentit nya dan bibir vaginanya yang sudah kegatalan. Hampir 5 menit ia mempermainkan kelentit dan bibir vaginanya dan mendekati klimaks orgasmenya….tapi
“Yati ngapain kamu? Sini Pak De bantu…. Buka pintunya”
Jeng Yati yang sudah amat sangat kegatalan membuka kunci dan pintu kamar mandi didorong oleh Pak De Sur dan mengunci pintu itu kembali dan langsung nyosor ke selangkangan keponakannya.
“Aduuuuhhh Pak De Sur eeennnaaaagghhhhh iiitiiiiiilkuuuuu …. Tempiiiikkuuuuu ……” tak ada lagi kata tabu dan perasaan malu, Jeng Yati yang selama ini santun sudah mengatakan kata-kata itil ... tempik ....
“Ampuuuun Pak De Suuuuuur..” Jeng Yati mendesah keras saat Pak De Sur menyedot-nyedot bibir vaginanya..
“Oooooggghhhhhh…..lidaaaahmuuuu Pak De Suuuuur….ampuuuun ngngngngngngn’ Jeng Yati mengerang saat lidah Pak De Sur menerobos masuk ke liang vaginanya yang masih perawan dan pantatnya yang mulai padat itupun tersentak-sentak hebat saat orgasmenya meledak pertama kali oleh tusukan lidah Pak De Sur.
Sorenya Pak De Sur mengajak Jeng Yati untuk membeli hadiah atas hasil rapornya dan Pak De Sur membelikan alat-alat kecantikan dan sebuah kimono dan sebuah celana dalam aneh buat Jeng Yati sebuah celana dalam yang hanya bisa menutup bibir vaginanya yang sudah ditumbuhi bulu-bulu, yang Jeng Yati tahu setelah beberapa tahun, saat bersuami, bahwa nama celana dalam itu disebut G string, dan BH yang berlubang dimana hanya menutup payudara sekalnya yang ranum sedang membiarkan puting susunya yang kecil mencuat. Dengan senang hati, Jeng Yati menerima hadiah itu dan Pak De Sur tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang saat Jeng Yati akan memberikan kejutan pada ibunya.
“Sssst nanti saja.. kan lebih baik kamu pakai dulu dan tunjukkan kamu dah bisa bersolek …”kata Pak De Sur .
Jeng Yati pun menurut dan dengan keterbatasan pengetahuannya, ia bersolek memakai kaos dan memoles bibirnya dengan lipstik merah merekah. 
“Pakai ini Yati…” Pak De Sur menyuruh Jeng Yati melepas kaosnya dan ia menyerahkan bungkusan berisi G-String, BH bolong dan kimono.
Jeng Yati pun menuruti permintaan Pak De Sur yang kemudian keluar kamar. Ia keluar kamar dan dilihatnya Pak De Sur sedang mengintip kamar Bu Asih, ibunya. Pak De Sur melihat Jeng Yati dan meletakkan jari telunjuknya di tengah-tengah bibirnya sambil mendekatinya. Jeng Yati hanya menurut saat Pak De Sur menyeretnya mendekati kamar Bu Asih, ibunya, sambil terus memberikan isyarat untuk diam. Jeng Yati pun terkesiap saat mengintip di dalam kamar ibunya. Dilihatnya Pak Lik Ali, yang biasa dipanggil Lik Ali, yang menyewa toko kecil di samping rumah Jeng Yati, tengah menggumuli ibunya yang setahu Jeng Yati tidak pernah lagi dikunjungi ayahnya lebih dari 11 tahun dan Jeng Yati begitu ingat saat berumur 5 tahun saat ibunya mengajak pergi dirinya ke tempat yang jauh dari bapaknya yang sekarang mereka tempati atas saran Pak De Sur, tersungkur. Jeng Yati dan bahkan ibunya sekalipun tak tahu dalam hati kecil Pak De Sur, yang awalnya ingin meniduri adiknya, Bu Asih. Tapi malah anak alias keponakannya Pak De Sur, Jeng Yati, menjadi incarannya. Pak De Sur akhir-akhir ini tak lagi kuat menahan nafsu birahinya, saat tidur bersama Jeng Yati, apalagi Pak De Sur jarang sekali pakai cawat saat tidur, sehingga tanpa sengaja penisnya menggesek paha ranum Jeng Yati. Jeng Yati hanya terperangah melihat ibunya, bukan saja digumuli Lik Ali, tapi Lik ALi sudah membuka resleting daster ibunya dan Lik Ali mengual kedua payudara montok ibunya dan dengan ganasnya Lik ALi meremas remas bahkan mulut berbibir tebal hitamnya tengah menyedot nyedot kedua puting susu ibunya dan Jeng Yati begitu serasa kedua matanya lepas saat dilihatnya kedua puting susu ibunya menyemburkan air susu. Jeng Yati teringat kata-kata Mbah Bejo, ibunya tidak akan hamil tapi kedua payudara montoknya akan mengeluarkan air susu apabila ada laki-laki yang menjilati kedua puting susu ibunya. Mulut hitam tebal Lik Ali terus menyedot-nyedot payudara kiri Bu Asih, ibunya dan payudara kanan Bu Asih, ibunya diremas-remas secara ganas oleh Lik Ali dan tangan kanan Lik Ali tengah memelorotkan celana dekil baunya dan mengeluarkan penis hitam panjang dan penis itu jauh lebih besar dari penis Pak De Sur yang hanya sebesar kaleng Axe. Penis hitam besar panjang Lik Ali yang sudah ngaceng pun berdenyut-denyut dan kepala jamurnya yang besar digesek-gesekkan ke vagina ibunya 
“Wwwwaaaaaduuuuuuugggggggghhhhzzzz.” ibunya mendesah berat dan mengelenggelengkan kepalanya…
“Kenapa Bu Asih?” tanya Lik Ali
“Koooontoooolmuuuu Lik Aliiiiiii…. Gedeeeee bangeeeetttzzzz….”
Jeng Yati yang terangsang berat tak lagi kuasa menolak saat Pak De Sur menggelandangnya ke kamar Pak De Sur. Pak De Sur mengunci pintu kamar sambil memelorotkan sarungnya dan menubruk Jeng Yati sampai tertelentang di ranjang, Pak De Sur pun menciumi wajah Jeng Yati dan untuk pertama kali Jeng Yati merasakan bibir laki-laki yang Pak De Sur, pak denya sendiri melumat habis bibirnya 
Sementara kedua tangan Pak De Sur tengah meremas remas kedua payudara ranumnya yang tak lagi terbungkus BH. Tangan Pak De Sur pun terus menyusuri perutnya dan turun terus dan selangkangan Jeng Yati yang basah itupun langsung digosok-gosok jari-jarinya 
“Kamu dah teles, Nduk…. Torokmu dah basah, Yatiiii” Pak De Sur mendesah dengan kedua mata nanar, menggosok-ngosok vagina Jeng Yati 
Beberapa saat kemudian, Jeng Yati sudah tak dapat lagi mengontrol dirinya tersentak saat jari Pak De Sur menerobos masuk ke liang vaginanya.
“Jangan Pak De Sur …”sergahnya.
“Oohhh maaf kamu masih perawan,…..”kata Pak De Sur menyadari.
Kalau begitu mulutmu aja” kata Pak De Sur langsung mengkangkangi Jeng Yati yang tidur tertelentang di ranjang kamarnya.
Jeng Yati pun gelagapan saat penis Pak De Sur yang gemuk sebesar kaleng Axe menyeruak dan menembus bibir dan mulutnya, pertama kali dalam hidupnya, Jeng Yati melakukan oral dengan laki-laki yang tak lain Pak De Sur nya sendiri, kakak Bu Asih, ibunya 
Pak De Sur begitu bersemangat karena merasakan kelembutan mulut Jeng Yati yang terus gelagapan dan karena kesulitan nafas secara tak sengaja menekan penis Pak De Sur yang sudah berdenyut-denyut dan
“Yaaaatiiiiiiiii…. Telan pejuuuuukuuuuuu, nddduuuukkkk……”rintih Pak De Sur saat penisnya berdenyut-denyut cepat dan creeet creeet creeet, air mani Pak De Sur memenuhi mulut Jeng Yati yang langsung tersedak dan terbatuk-batuk sehingga cairan putih itu pun keluar dari mulut Jeng Yati.
Entah kenapa tiba-tiba Pak De Sur yang lemah lembut menempeleng wajah Jeng Yati yang wajahnya berlepotan air mani Pak De Sur
“Maaf….”hanya itu keluar dari mulut Pak De Sur dan Jeng Yati pun menangis.
Pak De Sur kebingungan sambil membersihkan air maninya di wajah Jeng Yati.
“Maaaf … ssst diaam Yatiii …..Pak De gak kontrol karena saking enaknya sama kuluman mulutmu….”
“Pak Deeee…” Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur yang merasa bersalah menempelengnya menyusupkan kepalanya di antara selangkangannya.
Terbayanglah wajah Mbah Bejo yang pernah mengoral vagina Jeng Yati tapi Pak De Sur ini begitu lembut dan tak kurang dari 2 menit Jeng Yati langsung merasakan orgasme oleh oral Pak De Sur. Pak De Sur langsung paham, atas kelemahan Jeng Yati dan Pak De Sur menelentangkan kedua kaki Jeng Yati terjuntai ke lantai dan kembali Pak De Sur menjilati vagina Jeng Yati dan dalam satu jam Jeng Yati telah merasakan 6 kali orgasme dan akhirnya Pak De Sur pun menyodorkan penisnya ke mulut Jeng Yati dan kedua insan berbeda usia jauh itupun saling jilat dan sedot dengan posisi 69.
Pak De Sur sangat tahu Jeng Yati sangat liar saat selangkangannya, vaginanya dijilati bahkan Jeng Yati seperti gila dan ganas kalau wilayah sensitinya itu disedot-sedot. Pak De Sur mengerti kalau kemenakkannya semakin beringas saat tempik Jeng Yati ditarik dan dipelintir oleh jari-jari besar dan keriput sementara vaginanya dijilati dan dijejali oleh lidah Pak De Sur. Maka setiap malam tiba, Pak De Sur menghampiri Jeng Yati setelah Jeng Yati selesai belajar dan Jeng Yati hanya mengkangkangkan kedua kakinya, baik saat Jeng Yati masih duduk di kursi belajarnya atau saat Jeng Yati tengah berdiri menyiapkan buku-buku pelajarannya karena kepala Pak De Sur sudah menyusup ke roknya mengendus-endus selangkangannya yang masih memakai celana dalam.
“Mmmaaaaaa’ aaaaaffffffzzzz Paaaak Deeeeee …….”Jeng Yati mendesah tak tertahankan dan kedua tangannya meremas-remas rambut Pak De Sur begitu Pak De Sur menyibak celana dalamnya dan lidah nakal Pak De Sur menyapu itil dan bibir vagina Jeng Yati yang langsung berkelejot.
Pak De Sur sudah menguasai Jeng Yati menjadi seperti gila dan ganas dan tubuh Jeng Yati meliuk-liuk saat bibir vaginanya mulai di tarik dan dipelintir oleh jari-jari besar dan kasar namun Jeng Yati hanya pasrah saat Pak De Sur sudah menyedot-nyedot bibir vaginanya dan kurang dari 4 menit Jeng Yati pun menyambak rambut Pak De Sur dan menekan mulut dan bibir Pak De Sur ke selangkangannya, ke vaginanya saat orgasme Jeng Yati meledak dan disertai geraman dan lenguhan panjang Jeng Yati menyentak-nyentakkan pantatnya oleh ledakan orgasmenya. Selanjutnya mereka memposisikan diri dalam posisi 69, dimana dengan keahlian yang bertambah Jeng Yati mengoral penis Pak De Sur yang gemuk sebesar kaleng Axe sampai akhirnya Pak De Sur menyemburkan air maninya diwajah keponakannya sendiri, Jeng Yati. Pak De Sur begitu puas atas pelayanan keponakannya, Jeng Yati yang kini tergolek lemas. Kini Pak De Sur tak perlu lagi mencari pelacur atau teman-teman wanitanya hanya untuk mengoral penisnya. Memang Pak De Sur belum pernah merasakan vagina perempuan sampai suatu malam
Di bawah kesadaran di atas kenikmatan
Sudah 2 minggu ini Pak De Sur tak bisa merasakan mulut dan sepongan keponakannya, Jeng Yati yang ikut Jambore pramuka, yang akan dilaksanakan selama 3 minggu. Malam itu, Pak De Sur benar-benar kecewa dan menenggak beberapa botol minuman keras bersama-sama teman-temannya hingga Pak De Sur benar-benar teler berat. Pak De Sur, kecewa saat kamarnya tak ada Jeng Yati dan memang untuk kedua kalinya Pak De Sur teler berat, cuman malam ini sepi sekali dan Pak De Sur mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam saat dia teler berat juga Saat itu, jauh sebelum dia suka menekan-nekankan penisnya ke punggung Jeng Yati, tak biasanya Pak De Sur sampai diantar oleh teman-temannya pulang, sampai-sampai dia dibonceng ditengah-tengah kedua temannya menaikki motor. Begitu sampai depan rumah, teman-teman Pak De Sur cepat-cepat menyingkir saat mereka tahu ada lampu mobil patroli dari jauh. Pak De Sur pun agak terkejut dalam mabuk karena pintu depan tidak terkunci dan Pak De Sur semakin bingung dalam mabuknya tak ditemui adiknya Bu Asih, yang dilihatnya semakin hari semakin menggairahkan dimana payudara montok adiknya, Bu Asih, semakin montok dengan kedua payudaranya dan pantatnya bertambah dan bahenol, tapi Pak De Sur juga agak curiga, jangan-jangan adiknya, yang minggat dari suaminya hampir 8 tahun, waktu itu hamil, karena ada perubahan di tubuh sintalnya dimana perut adiknya, Bu asih, sedikit membuncit. Dengan terseok-seok, Pak De Sur sampai ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya dan tubuhnya sedikit merasa nyaman walaupun tetap berkunang-kunang, lemas dan kepalanya tetap berdenyut-denyut dan sangat pusing. Saat Pak De Sur keluar kamar mandi dilihatnya pintu tembusan ke toko kecil Lik Ali terbuka dan tubuhnya terseok-seok dan sempoyongan menuju pintu tembusan toko kecil Lik Ali. Pak De Sur mencium bau kemenyan dari arah jendela kaca ventilasi toko kecil Lik Ali dan Pak De Sur dengan berdebar-debar mendekati jendela kaca ventilasi yang terlihat sedikit terbuka karena sinar lampu neon Lik Ali menyebar.
“Aaaaaampuuuun mbbbbaaaaaahhhbbhhhzzzzzz!!” terdengar rintihan Asih, adiknya.
Sore harinya, sebelum berangkat minum-minum ke temannya, Pak De Sur sempat ngaceng penis sebesar kaleng Axe-nya saat adiknya berangkat menghadiri di sekolahannya yang malam itu memakai kebaya yang menonjolkan belahan payudara montok nya dan kain panjang ketat melilit di pantat bahenol Bu Asih. Mata Pak De Sur nanar dan kepalanya seperti tertimpa benda keras saat melihat adiknya Bu Asih yang terlihat cantik bersanggul sasak memakai kebaya dan kain panjang yang sudah awut awutan dimana kedua payudara montok berputing hitam terkual dan pantat bahenolnya terbuka tengah dikerubuti 3 pria tua.
Kedua mata adiknya melotot karena mulutnya disumpal penis hitam besar panjang Lik Ali yang dengan pelan tapi pasti terus melesak ke mulut adiknya sehingga terdengar suara “Hhhhhooooooocghh…..”keluar dari mulut Asih.
Kedua mata Bu Asih, adiknya yang melotot mulai basah dan mengeluarkan air mata oleh tekanan penis hitam besar panjang Lik Ali di tenggorokan Asih. Tangan Asih menggapai ngapai dan Lik Ali menarik penis hitam besar panjangnya dan Asih mengelepar dan mendengus dengus 
“Mmmmmbaaaaaahhhhhhhhhghghghghghgh…….” Asih melotot lagi dan mulutnya tersumpal lagi oleh penis hitam besar panjang Lik Ali dan penis Pak De Sur pun mulai bergerak-gerak melihat liang vagina adiknya terbuka maksimal oleh sodokan penis berbintil-intil Mbah Bejo dalam posisi miring menghadapnya dengan kaki kiri diangkat Mbah Bejo dan kedua payudara montok berputing hitam diremas remas kuat laki-laki tua lainnya yang dikenal dengan Lik Mun yang juga tak kalah sangar, karena penisnya yang sebesar mentimun sudah ngaceng, mulut tebal hitamnya dengan rakus nya menyedot-nyedot payudara montok berputing hitam Bu Asih 
“Kkkkkoooooookkckckkckggghhhhhh……”terdengar suara aneh keluar dari mulut Bu Asih, adiknya seperti kerbau disembelih saat penis hitam besar panjang Lik Ali menekan tenggorokan Asih. Suara aneh seperti kerbau disembelih selalu terdengar Pak De Sur saat penis hitam besar panjang Lik Ali menembus tenggorokan Asih yang mengeluarkan air mata karena perlakuan Lik Ali menekan penis hitam besar panjang Lik Ali di tenggorokkan Bu Asih, adiknya. Penis Pak De Sur semakin ngaceng saat dilihatnya Mbah Bejo tengah menggenjot penis berbintil-bintil Mbah Bejo di dalam liang vagina Asih yang tak berdaya tengah dikeroyok oleh 3 pria tua yang berpengalaman memuaskan hasrat seksual wanita jablai seusianya yang selalu gatal. Pak De Sur semakin ngaceng penisnya melihat pemandangan adiknya yang hanya bisa menggapai-ngapai dengan suara seperti orang mendengkur dan disembelih oleh jejalan dua penis sekaligus di mulut dan liang vaginanya. Pak De Sur membayangkan Jeng Yati saat tubuhnya bahenol dan sexy sehabis nantinya melahirkan anaknya setelah bersuami dimana Pak De Sur ingin menyetubuhi keponakannya, Jeng Yati sambil menyedot-nyedot kedua payudara montok berputing hitam Jeng Yati yang pasti akan mengeluarkan air susunya…… dan tangan Pak De Sur mengocok penisnya.
Entah berapa lama, yang jelas Pak De Sur setengah sadar adiknya bukan saja dikeroyok tapi juga benar-benar digilir oleh 3 pria tua itu. Mereka menyetubuhi adiknya bergantian, setelah Mbah Bejo menjejalkan penis berbintil-intil Mbah Bejo ke liang vagina Asih kemudian Lik Ali dengan penis hitam besar panjang dan terakhir Lik Mun dengan kecepatan penuh mengeluar masukan penisnya yang sebesar mentimun ke liang vagina Asih. Asih merasakan orgasme ke 6 nya saat Lik Mun menghujam dalam dalam penisnya yang sebesar mentimun disertai sentakan-sentakan pantat bahenol Asih dan kembali Mbah Bejo yang penis berbintil-intilnya sudah ngaceng lagi dalam ronde ke 2 menyetubuhi Asih. ak De Sur pun menyemburkan air maninya untuk ketiga kali melihat adiknya bukan saja digilir sekali tapi digilir terus menerus sampai 2 ronde oleh ketiga pria tua itu.
Pak De Sur pun masuk ke rumah dan tersungkur di kamar karena mabuk berat tanpa menutup pintunya dan tak lama kemudian terdengar Asih merintih, mengerang, mengejan dan bahkan histeris begitu dekat. Pak De Sur hanya bisa melihat adiknya tengah disetubuhi gaya anjing oleh ketiga pria itu bergiliran di ruang tengah.Mereka memperlakukan adiknya seperti seekor anjing betina beneran yang tengah disetubuhi beberapa jantannya. Asih yang sanggul sasaknya masih rapi tetapi kebaya adiknya tampak robek dan basah oleh air mani ke 3 pria tua itu dan kain panjang adiknya tampak awut-awutan dan stagen adiknya sudah tak kencang lagi. Ke 3 pria tua itu benar-benar gila memperlakukan Asih adiknya yang berumur 38 tahun, saat itu, dan kelihatanya Asih juga tergila-gila, tampak sekali kalau ia adalah wanita gatal yang tak pernah puas oleh penis laki-laki. Betapa tidak, Mbah Bejo mengenjot dan menjejali liang vaginanya dengan penis berbintilnya beberapa kali genjot dikeluarkan dari liang vaginanya dan digantikan Lik Ali di belakang Mbah Bejo yang mencabut penisnya dari liang vagina Asih yang ternganga dan Lik Ali langsung menjejali liang vagina Bu Asih dengan penis hitam besar panjang Lik Ali dan beberapa genjotan Lik Ali mencabut penisnya dan Lik Mun menghujamkan penisnya yang sebesar mentimun ke liang vagina Asih. Pak De Sur mengocok kembali penisnya yang setengah ngaceng saat tiba-tiba ketiga pria tua itu membiarkan Asih yang tersungkur dan pemandangan aneh terjadi dimana Asih menggelepar, meringkuk, tertelentang dan menggoyangkan pantat bahenolnya sambil memegang pahanya, meremas-remas pantat bahenolnya sendiri dan kemudian tersentak sentak tengah mengalami orgasme gilanya. Ketiga pria tua itu menggilir berulang-ulang dan membiarkan Bu Asih adiknya mengalami orgasme gilanya sendiri. Entah mengapa, pikiran Pak De Sur membayangkan seandainya keponakannya, Jeng Yati, diperlakukan seperti ibunya dipermainkan dengan beberapa teman laki-lakinya yang kebetulan bujang lapuk seperti dia yang suka mengocok penisnya daripada menyetubuhi wanita. Pak De Sur membayangkan yang berguling guling merasakan orgasme itu adalah Jeng Yati bukan adiknya dan Pak De Sur mengeluarkan air maninya bersamaan dengan ketiga pria tua itu menyemburkan air mani ke seluruh tubuh adiknya. Pak De Sur melihat ketiga laki-laki tua itu memandikan Asih dengan air mani mereka. Ketiga pria tua itupun rupanya masih belum puas untuk menggagahi Asih. Mereka menyeret adiknya yang sudah lunglai dengan tubuh penuh air mani ketiga pria tua ke dalam kamar adiknya. Terdengar kembali oleh Pak De Sur suara seperti orang mendengkur dan disembelih dimana jelas adiknya tengah dijejali dua penis sekaligus di mulut dan liang vaginanya. Kembali Pak De Sur mengocok penis gemuk sebesar kaleng Axe Pak De Sur saat adiknya, Bu Asih mengerang dan menggeram mencapai orgasmenya dan ia tertidur malam itu. Pak De Sur gembira hari ini Jeng Yati akan pulang dan pagi ini ia terbangun saat terdengar pintu depan terbuka dan Pak De Sur langsung duduk saat keponakannya Jeng Yati telah pulang dan masuk kamarnya dengan memakai seragam pramukanya. Kedua insan itupun tanpa saling pandang langsung mendekat dan Pak De Sur menelentangkan keponakannya ke ranjangnya dan mengkangkangkan kedua kaki Jeng Yati dan menyusupkan kepalanya ke rok rampel tipis pramuka Jeng Yati.
“Paaaaak Deeeee …. Yatiiii kangeeeeeen……”rintih Jeng Yati saat lidah Pak De Sur mulai menjilati vaginanya, rupanya Jeng Yati sudah melepas celana dalamnya.
“Kangen apanya Yatii…”desis Pak De Sur 
“Jilatan lidah Pak De Sur enaaaaaggghhhh bangeetzzzzzz….Enaaaaghhh bangeetzzzz Pak Deeee Suuuuuur ….”keponakannya semakin merintih merasakan vaginanya dijilati Pak De Sur.
Pak De Sur semakin beringas dan tak menyadari dan memahami maksud kata-kata keponakannya, Jeng Yati … karena dalam 2 malam terakhir Jeng Yati yang ditempel terus oleh Mas Parno, yang suka sekali meminjami buku putih, dan kini sebagai guru dan instruktur pamukanya. Sempat tadi malam, mas Parno menyeretnya ke sebuah gubuk saat diadakan jalan malam dan memelorotkan celana dalamnya yang tak lagi pernah dipakai Jeng Yati karena dibuang mas Parno. Mas Parno dengan kasar menjilati vaginanya dan untuk mempercepat proses maka Jeng Yati membayangkan bahwa yang menjilati adalah Pak De Sur sehingga Jeng Yati sempat orgasme sekali di gubuk itu dan Jeng Yati menolak untuk mengoral penis gemuk Mas Parno yang pernah didengarnya sering menjejali vagina ibunya. Jeng Yati hanya mengocok penis gemuk Mas Parno sampai ejakulasi menyemburkan air maninya di balai-balai gubuk itu. Dalam perjalanan pulang ke base camp, Mas Parno sempat beberapa kali meraba-raba dan mencolek-colek vagina Jeng Yati. Pulangnya Jeng Yati tak menemukan satu celana dalampun di ranselnya. Jeng Yati hanya pasrah saat dia harus duduk di jok belakang oplet yang dicarter pulang bersanding dengan Mas Parno yang tahu kalau Jeng Yati tidak memakai celana dalam. Tak ampun lagi di dalam oplet dengan seenaknya, Mas Parno menggosok-gosok selangkangan Jeng Yati yang tak bercelana dalam dibalik rok rample pramukanya. Karena keterlaluan maka dengan kemarahannya Jeng Yati meludahi Mas Parno dan 
“Hooo … kamu ludahi aku Yati … awas kamu …. Nanti kamu rasakan …” Mas Parno geram dan membersihkan ludah Jeng Yati di saputangannya, tanpa tahu maksud Mas Parno.
“Paaaak Deeeeee….. aqqquuuuuuuu….. meeetuuuuuuu…….”rintih Jeng Yati saat orgasmenya meledak dan pantat ranum Jeng Yati tersentak-sentak.
Pak De Sur naik ke ranjang sambil memelorotkan sarungnya dan penis gemuk sebesar kaleng Axenya yang sudah ngaceng itupun dijejalkan ke mulut Jeng Yati. Pagi sampai siang hari mereka berdua saling jilat dan saling sedot dalam posisi 69 dan Jeng Yati pasrah saat air mani Pak De Sur disemburkan ke wajahnya

Friday 22 April 2016

Gadis Pemuas: Tukang Sapu Sekolah 2




Sudah seminggu aku melayani Mang Ucup, setiap hari sehabis pulang sekolah malam harinya dan jika sabtu minggu, Mang Ucup dan aku janjian untuk bertemu di tempat yang biasa menjadi tempat pergumulanku dengan Mang Ucup yaitu gudang sekolah. Semenjak aku sering melayani Mang Ucup di gudang sekolah, Mang Ucup jadi lebih rajin membersihkan gudang sehingga gudang sekolah menjadi bersih dan Mang Ucup mendapat pujian dari kepala sekolah karena gudang sekolah jadi lebih bersih, peribahasa “sambil menyelam minum air” mungkin tepat untuk Mang Ucup karena selain menjalankan tugasnya, dia juga bisa menikmati tubuhku setiap malam.
Meskipun Mang Ucup sudah berumur 60 tahun, kulitnya hitam, rambutnya beruban, giginya banyak yang ompong, tapi aku sayang kepadanya karena penisnya bisa membuatku ketagihan, bahkan karena terlalu ketagihan aku tetap bersetubuh dengan Mang Ucup meskipun aku sedang ulangan. Untungnya ulanganku bisa kukerjakan dengan baik sehingga aku yakin raporku bagus yang akan kuterima 1 minggu lagi, dan tentu saja selama 1 minggu aku melayani Mang Ucup setiap malam. Benar dugaanku, raporku bagus dan aku naik kelas, aku sangat senang melihat nilaiku yang bagus. Malam harinya, setelah aku selesai melayani Mang Ucup.
“sayang, selamat ya, kamu naik kelas”.
“iya dong, siapa dulu, Rasti gitu loh, oh ya, untuk ngerayain, Mang Ucup mau gak nginep di rumah aku selama 1 minggu?”.
“mau banget, tapi di rumah kamu emangnya gak ada orang?”.
“gak ada, makanya aku minta abang nemenin aku, mau gak?”.
“pasti abang mau dong,,,”.
“oh ya Mang, bawa temen ya, biar tambah rame”.
“ok sayangku,,”.
Lalu dia mengantarku pulang, dan seperti biasa aku berciuman dengan Mang Ucup sebelum dia pergi, kemudian aku masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Mbok Parti sedang mengepak bajunya ke dalam kopernya.
“mbok, mau pulang ke kampung mbok ya?”.
“iya, kayak biasa,,,”.
“oh iya ya, besok kan udah mulai liburan sekolah ya”.
“ya non, kan jarang-jarang Mbok punya waktu kumpul ama keluarga”.
“terus kapan mbok mau berangkat?”.
“subuh non, supaya nyampe sana gak terlalu siang”.
“yaudah mbok, besok mbok berangkatnya gak usah bangunin aku soalnya aku capek”.
“ok non,,”, lalu aku pergi ke kamarku dan langsung tidur. Paginya aku bangun pada pukul 9 pagi, lalu aku mandi membersihkan tubuhku yang tadi malam habis dinikmati oleh Mang Ucup. Setelah mandi, aku membuat sarapan dan aku makan tanpa sehelai benangpun yang membalut tubuhku. Sambil menunggu Mang Ucup dan temannya datang, aku menonton vcd porno dan tentu saja 2 dildo yang bisa bergerak ke segala arah sudah tertanam di vagina dan anusku. Tidak terlalu lama, kudengar bunyi motor Mang Ucup yang sudah kukenal, untungnya sistem keamanan rumahku sudah kumatikan sehingga alarm tidak menyala ketika Mang Ucup dan temannya mendekati pintu gerbang rumahku.
Lalu kubuka pintu gerbang otomatisku dengan remote dari ruang tamu dan tak lama kemudian terdengar bunyi ketokan di pintu rumahku. Seperti biasanya, ide gilaku muncul, aku ingin menemui mereka tanpa memakai apapun dan dengan dildo yang masih tertanam di vagina dan anusku, aku berjalan ke pintu dahulu lalu baru kumasukkan 2 dildo tadi di vagina dan anusku kemudian aku membuka pintu rumahku. Betapa kagetnya mereka ketika melihatku telanjang dengan dildo yang menancap di kedua lubangku, tapi Mang Ucup hanya kaget sebentar, dia langsung melumat bibirku dan membelit lidahku, setelah puas mencumbuku dia berdiri di sampingku dan memaju mundurkan 2 dildo yang tertanam di vagina dan anusku, sementara teman Mang Ucup hanya bengong melihat cewek cantik yang telanjang sedang dimainkan oleh temannya yang sudah tua itu.
“yad, ayo ikutan sini bengong aja lo,,,”. Dengan ragu-ragu si teman Mang Ucup mendekatiku.
“gak apa-apa neng kalau abang ikutan?”.
“nnngggg,,,,ak a,,,pa-a,,,,pa”.
“tuh kan gak apa-apa, udah nih pegang mainannya”. Lalu Mang Ucup ke belakang dan memainkan dildo yang tertanam di anusku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya meraba dada kiriku dari belakang, sementara teman Mang Ucup mulai menggerakkan dildo yang ada di dalam vaginaku.
Aku hanya bisa mendesah dan meliuk-liukkan badanku karena sangat nikmat, 8 menit kemudian aku orgasme tapi cairanku tertahan oleh dildo sehingga vaginaku terasa hangat oleh cairanku dan setiap kali dildo menyeruak masuk ke dalam vaginaku, cairanku meleleh keluar dari sela-sela vaginaku mengalir ke pahaku. Lalu Mang Ucup menyuruh temannya untuk berhenti dan tiduran, kemudian aku disuruh untuk menduduki wajah teman Mang Ucup. Di saat vaginaku tepat berada diatas wajah teman Mang Ucup, Mang Ucup mencabut dildo yang ada di vaginaku sehingga cairanku langsung tumpah ke mulut teman Mang Ucup yang sudah terbuka lebar. Cairanku yang tadi tertahan di dalam vaginaku kini sudah habis diminum teman Mang Ucup hingga tak bersisa.
“gimana Yad, manis kan cairan vagina si neng satu ini?”.
“ini mah bukan manis doang tapi juga legit banget. Neng, boleh gak minta lagi?”.
“pasti boleh dong,,,silahkan minum sesuka hati abang”. Lalu aku menekan vaginaku ke wajah teman Mang Ucup yang langsung menjilati dengan antusias, dia menjilati bibir vaginaku dari bawah ke atas yang membuatku geli sekaligus nikmat, dan ketika lidahnya mengenai klitorisku, tubuhku bergetar karena rasa nikmat dan geli bertambah.
“gile, klitoris neng manisnya minta ampun”.
“uda,,,”, belum selesai kata-kataku, mulutku sudah dilumat oleh Mang Ucup yang memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku.
10 menit kemudian aku orgasme dan cairanku langsung mengalir deras ke mulut teman Mang Ucup yang terbuka lebar. Teman Mang Ucup sepertinya sangat ketagihan dengan cairanku karena dia sampai memegangi pinggulku seolah tidak mau berhenti meminum cairanku.
“udah dong bang, masa dijilatin terus, pegel nih”.
“tau lo Yad, kan kasihan si Rasti kecape’an”.
“sory deh neng, abisnya vagina neng manis banget sih abang jadi lupa diri deh”.
“gak apa-apa kok bang, waktu pertama kali, Mang Ucup juga ketagihan, oh ya ngomong-ngomong aku belum tau nama abang”. Lalu aku dan teman Mang Ucup berdiri dan saling memperkenalkan diri.
“kenalin, nama saya Yadi,,”.
“aku Rasti, aku boleh gak manggil abang Mang Yadi?”.
“pasti boleh dong buat neng cantik, ngomong-ngomong neng Rasti kok mau sih vaginanya abang jilatin, padahal kan belum kenal?”.
“yang penting abang suka kan?”.
“suka banget neng, soalnya abang gak pernah ngerasain vagina cewek muda ‘n cantik kayak neng”.
Mang Yadi berumur 61 tahun, wajahnya lebih kelihatan tua dari Mang Ucup, kulitnya hitam, kepalanya botak, dan tubuhnya kurus.
“Mang Yadi, Mang Ucup, langsung yuk ke kamarku, udah gak tahan nih pengen ditusuk”.
“yuk,,,”. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku, sesampainya kami di kamarku aku langsung tiduran di kasur dan membuka kakiku lebar untuk membuat Mang Yadi dan Mang Ucup semakin tergoda. Tentu saja karena disuguhi pemandangan seperti itu, mereka langsung mendekati tubuh putih mulusku yang terbaring pasrah menanti mereka di ranjang. Mereka berdua tiduran di sampingku, lalu Mang Ucup mengenyot dada kananku dan Mang Yadi melahap dada kiriku sedangkan tangan mereka meraba-raba secara halus daerah selangkanganku, dan mereka bergantian memasukkan jari-jari mereka ke dalam vaginaku untuk mengorek-ngorek vaginaku. 7 menit kemudian, cairanku mengalir deras keluar dari vaginaku, lalu secara bersamaan mereka memasukkan 2 jari mereka ke dalam vaginaku dan mengorek-ngorek cairanku yang ada di dalam vaginaku dan sekitar vaginaku. Setelah 2 jari mereka berlumur cairan vaginaku, kemudian mereka memasukkan 2 jari mereka yang berlumur cairanku ke dalam mulutku sehingga aku bisa merasakan rasa cairan vaginaku yang ternyata manis, kujilati cairanku sendiri sampai tak bersisa di jari mereka.
“ternyata cairanku bener-bener manis ya”.
“emangnya neng baru nyobain cairan neng sendiri ya?”.
“udah pernah sih, tapi dulu gak semanis kayak gini, kayaknya gara-gara obat pencegah kehamilanku deh”.
“yaudah neng, kami buka baju dulu ya”. Lalu mereka membuka baju dan celana mereka, kemudian aku melihat benda yang berdiri tegak di tengah-tengah selangkangan mereka. Aku sudah biasa melihat penis Mang Ucup, jadinya aku lebih fokus pada penis Mang Yadi yang ukurannya lebih besar dari penis Mang Ucup. Aku takjub melihat penis Mang Yadi karena panjangnya 21 cm, sedangkan diameternya 10 cm.
“mang Yadi, padahal udah kakek-kakek kok penisnya bisa mantap kayak gitu?”.
“abang sering ke Mak Erot, hasilnya ya begini”.
“oohh, pantes aja penis abang super kayak gitu”.
“udah,, udah, ngobrolnya, mendingan kita mulai. Yad, lo gue kasih memeknya duluan deh, biar gue pantatnya aja”. Lalu Mang Yadi tidur terlentang, sementara aku sudah mengambil posisi di atas badan Mang Yadi, kemudian dengan perlahan aku memasukkan penis Mang Yadi yang besar itu ke dalam vaginaku yang sudah lapar akan penis.
Aku tak menyangka kalau penis Mang Yadi dari ujung kepalanya sampai pangkalnya bisa masuk ke dalam vaginaku meskipun sekarang vaginaku benar-benar terasa penuh. Lalu aku mulai menggoyangkan tubuhku untuk menghilangkan rasa sakit yang ditimbulkan penis Mang Yadi, dan akhirnya rasa sakit itu mulai hilang. Kemudian, dari belakang Mang Ucup mendorong tubuhku ke depan sehingga posisiku tidur di atas badan Mang Yadi dan dadaku tepat di wajah Mang Yadi, dan tentu saja Mang Yadi langsung melahap payudaraku yang putih mulus dan montok. Lalu kurasakan benda tumpul yang menyeruak masuk ke dalam anusku, ternyata Mang Ucup sudah menanamkan penisnya ke dalam anusku. Mereka menungguku agar terbiasa dulu, setelah aku sudah mulai merasa nikmat, mereka mulai memompa penis mereka di dalam 2 lubangku. Aku sangat merasa nikmat karena diobok-obok 2 penis yang ukurannya besar ditambah lagi ketika penis Mang Ucup sedang masuk, penis Mang Yadi, dan sebaliknya, sementara payudaraku dilumat habis oleh Mang Yadi.
9 menit kemudian tubuhku mengejang yang menandakan aku orgasme, tapi cairanku tertahan oleh penis besar Mang Yadi yang mengisi vaginaku sehingga setiap kali Mang Yadi menggenjot vaginaku terdengar bunyi “cplok,,,cplok”, sementara Mang Ucup sedang asik menikmati jepitan anusku yang sangat sempit. Sampai 1 jam lamanya mereka terus memompa penis mereka tanpa henti, akhirnya keduanya menyemburkan sperma ke dalam vagina dan anusku hampir secara bersamaan. Setelah mereka selesai menyemburkan sperma mereka, Mang Ucup ambruk menindih tubuhku sehingga tubuhku yang masih muda dan putih mulus dibuat sandwich oleh 2 kakek yang hitam dan sudah keriput.
“wah neng Rasti, vagina neng peret banget, enak eui”.
“siapa dulu, Rasti gitu loh”.
“tapi neng, gak papa abang buang di dalem?”.
“gak apa-apa kok, tenang aja Mang Yadi, pokoknya sperma Mang Yadi ama Mang Ucup aku terima di mana aja abang mau”.
“gimana Yad, pacar gue mantep kan?”.
“tadinye gue kirain pacar lo nenek-nenek, taunya cewek bohai banget kayak gini”.
“nah Mang Ucup, Mang Yadi, kalian nginep disini kan?”.
“iya dong sayang, abang ama Yadi bakal nemenin kamu sampai hari minggu”.
“nah, karena kalian bakal nemenin aku, sebagai imbalannya, aku akan menjadi mainan sex kalian”.
“berarti neng bakal ngelayanin kita kapan aja?”.
“kapanpun dan dimanapun Mang Yadi ‘n Mang Ucup mau,,,”.
“asik,,, kalo gini caranya abang mau deh tinggal disini terus-terusan”. Kemudian kami tertawa bersama-sama dengan penis Mang Yadi masih menancap di dalam vaginaku, dan penis Mang Ucup masih tertanam di dalam anusku.
“Mang Ucup ama Mang Yadi kan baru dateng, mendingan aku buatin makanan ya,,,”.
“boleh juga tuh sayang,, jadi laper, yuk”. Lalu Mang Ucup mencabut penisnya dan turun dari ranjang kemudian aku juga turun dari ranjang dan langsung pergi menuju ke dapur untuk memasakkan makanan bagi dua kekasih tuaku. Setelah aku sudah selesai memasak, aku hidangkan makanan di meja makan lalu kami bertiga duduk di kursi.
“wuih, sayang, makanannya enak-enak nih”.
“iya dong, makanannya harus enak, kan buat 2 orang yang paling aku sayang”.
“neng Rasti emang mantap deh, udah baik, cantik, bohai, hebat di ranjang, bisa masak juga lagi, coba neng Rasti jadi istri abang, pasti abang seneng tiap hari”.
“yaudah bang, selama 1 minggu ini kalian anggep aku istri ya, ok?”.
“ok, sayang”. Lalu kami bertiga makan semua makanan yang sudah kumasak, setelah makan Mang Yadi bertanya-tanya kepadaku dan Mang Ucup tentang bagaimana caranya sampai Mang Ucup bisa menikmati tubuhku setiap malam.
“gile lo Cup, enak banget lo ye, tiap malem ada yang bikin lo anget”.
“hehehe, lagian waktu itu gue ajak gak mau”.
“tadinya gue pikir, pacar lo itu paling-paling penjaga kantin,, eh gak taunya cewek cantik ‘n sexy banget”.
“oh ya sayang, tau gak kenapa aku ngajak Mang Yadi?”.
“karena penisnya gede?”.
“ada lagi selain itu,,”.
“apaan dong sayang?”.
“soalnya dia punya obat rahasia dan hanya dia yang punya”.
“wah, obat apa, ada hubungannya ama sex kan?”.
“yah, gimana sih sayang, udah pasti ada kaitannya dong, nih lihat ya”.
Lalu Mang Ucup dan Mang Yadi bangun dari kursi mereka kemudian masing-masing meminum obat, setelah meminum obat penis mereka langsung berdiri tegak.
“wow, Mang Yadi, itu obat apa?”.
“ini obat bikinan abang”.
“iya sayang, keluarga Mang Yadi punya resep rahasia”.
“ooh gitu, terus fungsi obat ini apa?”.
“obat ini bikin ****** gak bisa tidur, terus ngaceng, udah gitu bikin peju gak bisa abis”.
“keren banget, oh ya, fungsi obat ini sampe kapan?”.
“sampai besok siang,,,”.
“wow, aku bisa pingsan kalau kayak gini,,,”.
“tenang aja non, Mang Yadi juga punya obat kuat buat cewek”.
“fungsinya apa?”.
“bikin tenaga kamu gak abis-abis, ‘n bikin badan kamu seger terus jadinya kamu bisa ngelayanin kita sampe besok siang”.
“ok, karena aku udah sah jadi istri angkat kalian, aku akan melayani kalian sampai kalian puas, sini obatnya”. Lalu aku minum obat dari Mang Yadi, setelah meminum obat itu tubuhku panas, vaginaku terasa gatal, tapi badanku terasa sangat segar.
“yuk, tubuhku udah siap melayani kalian berdua”. Kemudian kami bertiga menuju ke kamarku, dan mereka langsung menggarap tubuhku seperti binatang buas, tapi kini Mang Ucup yang mengaduk-aduk vaginaku sementara Mang Yadi mengobok-obok anusku. Benar-benar manjur obat dari Mang Yadi, soalnya sudah beberapa kali orgasme tapi badanku tetap segar seperti tidak terjadi apa-apa, sedangkan Mang Yadi dan Mang Ucup lebih cepat mencapai orgasme dan menyemburkan lahar putih mereka ke dalam vagina dan anusku, tapi penis mereka tetap berdiri, tentu saja, mereka mengaduk-aduk vagina dan anusku lagi tanpa henti. Kami hanya berhenti beberapa kali untuk makan dan itu pun hanya sebentar, setelah itu tubuhku kembali digarap Mang Yadi dan Mang Ucup tanpa ampun.
Ternyata obat Mang Yadi benar-benar dahsyat karena sudah jam 12 siang, badanku masih terasa segar meskipun badanku penuh sperma Mang Yadi dan Mang Ucup, sedangkan entah sudah berapa kali Mang Yadi dan Mang Ucup menyemburkan lahar putih mereka baik ke dalam lubang anus, vagina, dan anusku maupun ke tubuhku, mulai dari rambut, wajah, tangan, payudara, perut, paha, betis, sampai ujung kakiku sudah dilumuri sperma sehingga kini seolah-olah aku memakai baju dari sperma. Setelah semburan sperma Mang Yadi dan Mang Ucup yang ke 53 kali menerpa tubuhku, efek obat itu habis dan badan kami langsung lemas, lalu kami tertidur pulas dengan Mang Yadi dan Mang Ucup mengapit tubuhku tapi penis mereka sudah mengecil dan keluar dari vagina dan anusku. Sepertinya, dalam waktu seminggu aku akan berada dalam surga dunia di rumahku, karena udah penis Mang Yadi dan Mang Ucup, sekarang malah ditambah obat yang bikin penis mereka gak bisa tidur. Betapa senangnya diriku, seminggu ke depan ada 2 orang yang akan menyetubuhiku terus menerus.
Aku terbangun ketika aku merasakan tubuhku digoyang seseorang, ternyata Mbok Parti yang membangunkanku. Untungnya, Mbok Parti pulang lebih awal sehingga ada yang membangunkanku karena jam wekerku mati, setelah mataku sudah bisa dibuka lebar, aku langsung mandi dan bersiap-siap, kemudian aku pergi ke sekolah dengan ojek. Di pangkalan ojek, para tukang ojek berebutan untuk memboncengiku karena selain aku wanita, wajahku cantik, dan juga seragam sekolahku sangatlah seksi, tentu saja mereka pada berebut.
Tentu saja ketika aku sampai di sekolah, teman-teman cowokku menyapaku dan berebutan memintaku untuk jalan bareng ke kelas. Tapi, aku menolak karena aku sedang ingin jalan ke kelas sendirian. Aku belajar di sekolah seperti biasa sampai pulang ke sekolah. Setelah pulang, aku mengobrol-obrol dengan teman-temanku di kantin sekolah, seperti biasa banyak teman-teman cowokku yang ingin duduk dekat aku, aku sih gak masalah yang penting bisa nyambung kalau bicara denganku.
Ketika aku sedang mengobrol dengan teman-temanku, aku melihat tukang sapu sekolahku mencuri-curi pandang kepada aku dan disaat mata kami saling bertemu, aku memberikan senyuman dan dia juga membalas dengan senyuman. Sifat gila dan nakalku mulai kambuh lagi karena aku ingin memberikan tubuhku kepada tukang sapu sekolah yang sudah berumur 60 tahun itu. Lalu aku mengobrol dengan teman-temanku sampai sekitar jam 6 sore sehingga satu per satu temanku sudah dijemput oleh supir mereka ataupun ayah mereka. Hingga tinggal aku yang ada di kantin sekolah, sedangkan orang yang berjualan di kantin juga sudah pulang semuanya. Seram juga sendirian di kantin, jadi aku pergi untuk menjalankan rencanaku yaitu menggoda tukang sapu sekolah yang bernama Mang Ucup.
Setelah aku cari-cari tidak ketemu dan juga keadaan bertambah seram, aku berniat untuk pulang ke rumah, tapi sebelumnya karena suasana yang lumayan dingin, aku jadi ingin ke kamar mandi. Setelah aku menyelesaikan “panggilan alam”, aku mencuci tanganku di wastafel, lalu aku mengaca di depan kaca besar yang ada di sebelah wastafel untuk merapihkan pakaian dan rambutku. Sebelum keluar dari kamar mandi, aku meminum pil pencegah kehamilan yang bisa sampai satu minggu. Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku bertemu Mang Ucup sedang mengepel lantai di depan pintu kamar mandi.
“neng Rasti, kok belum pulang hari gini?”.
“dari tadi mau pulang cuma aku kebelet pipis, jadinya aku ke toilet dulu”.
“gimana, lancar gak?”.
“lancar apanya?”.
“pipisnya neng lancar gak?”.
“oh, pipis aku lancar kok,, “.
“oh ya, baju neng keliatannya sempit banget ya”.
“abisnya gak ada baju lagi sih, emang kenapa bang, seragam aku bikin nafsu ya”.
“iya, baju neng tuh sexy banget,,”.
“tapi abang suka kan?”, melihat aku tidak menolak mengobrol hal-hal yang jorok, Mang Ucup semakin mengarahkan obrolan kami ke arah yang berbau sex dan sepertinya Mang Ucup sudah sangat bernafsu melihat tubuh putihku yang dibalut seragam super ketat dan super mini.
Aku baru ingat kalau aku biasa pusing lalu pingsan setelah meminum obat pencegah kehamilan. Benar saja, tiba-tiba kepalaku pusing tujuh keliling dan aku langsung tak sadar kemudian tubuhku langsung ambruk ke Mang Ucup, setelah itu aku tidak tau lagi. Aku mulai sadar ketika kurasakan benda asing memasuki vaginaku, spontan kubuka mataku dan aku melihat Mang Ucup sedang memasukkan 2 jarinya ke dalam vaginaku sementara tangan satunya menutupi mulutku. Mang Ucup terus mengobok-obok vaginaku dengan 2 jarinya, 10 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan seperti, lalu tubuhku mengejang dan akhirnya cairan vaginaku mengalir deras. Kemudian Mang Ucup melepaskan tangannya dari mulutku juga vaginaku, lalu berkata “maaf neng, abang udah gak tahan”, aku mengatur nafasku dulu baru aku menjawab “ah, gak apa-apa kok bang, aku tau kalau gak ada laki-laki yang tahan kalau ngeliat aku pake seragam ini”. “bener nih non, gak apa-apa?” tanyanya lagi, “iya, bener, tapi jangan disini donk, gak enak, serem lagi” balasku karena aku dikerjai di bangku kantin.
“yaudah, yuk ke gudang aja”.
“oh ya, ngomong-ngomong celana dalamku kemana?”.
“nih, tadinya mau Mang Ucup buang tapi takut non marah”.
“untung gak dibuang, kalau dibuang kan tar pulang vaginaku bisa disemutin”.
“emangnya vagina neng manis ya”.
“tar deh cobain, pasti abang sampe ketagihan”.
“wah, jadi pengen cepet-cepet”.
Tanpa terasa sudah di depan gudang, lalu kami berdua masuk ke gudang. Setelah menyalakan lampu, Mang Ucup langsung meraba-raba tubuhku, meremas-remas dadaku serta menciumi leher jenjangku yang putih dari belakang. Dia meneruskan aktivitasnya sambil membuka kancing bajuku, setelah kancing bajuku terbuka semua, Mang Ucup kini menurunkan rokku sehingga kini bagian bawahku sama sekali tidak ada penghalang yang membuatku bisa merasakan batang penis Mang Ucup sudah tegak mengacung ke pantatku. Lalu aku menyuruh Mang Ucup untuk melepaskan dekapannya dulu, setelah pelukannya dilepas, aku membalikkan tubuhku dan membuka baju serta bhku sehingga tubuh putih mulusku terpampang jelas di depan tukang sapu sekolah yang pantasnya menjadi kakekku.
Baru saja bhku kulepas, Mang Ucup langsung melahap kedua daging kenyalku. Aku hanya berkata dalam hati “dasar lelaki, gak tua, gak muda, kalau udah ngeliat cewek cakep telanjang langsung nyosor”, tapi konsentrasiku terpecah karena Mang Ucup menggigit dan menarik-narik kedua putingku bergantian dengan mulutnya yang sedikit ompong itu. Aku hanya mendesah menikmati jilatan demi jilatan di setiap senti kedua daging kenyalku. Setelah kedua buah dadaku sudah dipenuhi air liurnya, Mang Ucup menggelar tikar lalu menyuruhku tiduran di atas tikar itu dan melebarkan kakiku karena dia ingin menjilati vaginaku. Kulakukan semua perintah Mang Ucup. Kini vaginaku yang merah merekah dan sudah basah akibat cairanku sendiri terpampang jelas seolah menantang Mang Ucup untuk segera melahapnya. Rupanya Mang Ucup ingin melahap vaginaku dan ingin penisnya di oral olehku secara bersamaan, makanya kami mengambil posisi 69 dengan aku diatasnya. Lalu aku mulai menikmati rokok daging Mang Ucup yang sudah berdiri tegak sementara vaginaku sudah dijilati Mang Ucup di bawah sana.
Kukeluarkan tekhnik oralku, kusentil-sentil lubang kencingnya dengan lidahku, kujilat-jilati buah zakarnya, dan kutelusuri setiap milimeter dari batang penis Mang Ucup. Tapi, gara-gara kulumanku, Mang Ucup malah jadi tambah semangat menjilati vaginaku yang membuatku merasa sangat nikmat sehingga aku harus menghentikan kulumanku karena aku merasa sebentar lagi akan mencapai orgasme. Mang Ucup semakin membuatku semakin keenakan karena selain dia menjilati vagina dan klitorisku, dia juga memasuk-masukkan 2 jarinya ke dalam vagina dan anusku secara bergantian lalu akhirnya beberapa detik kemudian, cairanku mengalir deras dari vaginaku yang langsung diseruput Mang Ucup sampai berbunyi “ssllurrppp,,,,”. “vagina neng emang bener-bener manis banget, abang jadi ketagihan” kata Mang Ucup setelah meminum habis cairan vaginaku.
“bener kan kataku, semua laki-laki yang pernah ngerasain vaginaku pasti pada ketagihan deh”, balasku pada Mang Ucup yang kini mulai menjilati vaginaku lagi, sementara aku melanjutkan kulumanku. Sudah 15 menit aku mengulum penis keriput Mang Ucup tapi sama sekali tak ada tanda-tanda akan orgasme, ini membuatku bingung karena tidak ada laki-laki yang bisa tahan sampai selama ini kalau aku sudah mengeluarkan tekhnik oralku. “Tapi masa bodoh ah, yang penting ada penis yang bisa aku jilati” pikirku dalam hati, lalu 5 menit kemudian aku mengalami orgasme lagi dan cairan vaginaku langsung diseruput habis oleh Mang Ucup seperti sebelumnya. Lalu aku berkata “udah dong bang, masa vaginaku cuma dijilati doang, tusuk dong pake ****** abang”, “ok neng, ****** abang juga udah gak sabar pengen ngaduk-ngaduk vagina neng” balas Mang Ucup.
Kemudian aku memutar badanku sehingga wajah kami saling bertemu lalu kami berciuman sangat mesra dan bergairah, lidah kami saling membelit, setelah aku melepaskan cumbuanku, Mang Ucup berkata “bibir non rasanya kayak lemon manis”, kebetulan tadi pagi aku memakai lipgloss rasa lemon, jadi mungkin terasa oleh Mang Ucup. Lalu aku memegang penis Mang Ucup yang berukuran 14 cm dan berdiameter 7 cm, kemudian aku menuntun penis Mang Ucup ke dalam vaginaku dan lalu ketika penis Mang Ucup sudah berada di dalam vaginaku, aku menurunkan pinggulku sementara Mang Ucup menaikkan pinggulnya sehingga aku merasakan seolah penis Mang Ucup menancap sangat dalam sampai mentok. Kemudian Mang Ucup mulai memompa penisnya keluar masuk di dalam vaginaku sementara aku menaikkan badanku ketika Mang Ucup menarik penisnya dari vaginaku dan aku menurunkan badanku ketika Mang Ucup memasukkan penisnya ke dalam vaginaku sehingga penisnya tertanam sangat dalam di vaginaku.
Sambil terus menggenjotku, Mang Ucup berkata “neeng,,, raaapet baanggeet”, aku hanya membalas dengan desahan-desahan karena sangat nikmat. Tak terasa sudah 1/2 jam Mang Ucup menggenjot vaginaku, tapi tidak ada tanda-tanda akan orgasme, malah Mang Ucup mengganti-ganti caranya menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku, kadang dia menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku, kadang dia menghujamkan penisnya secara cepat lalu mengeluarkannya secara perlahan, dan kadang aku hanya diam sedangkan dia terus memompa vaginaku tanpa ampun. Kemudian dia minta berganti posisi, kali ini aku yang dibawah sementara Mang Ucup menindih tubuhku dan mulai memompa penisnya di dalam vaginaku lagi. Memang luar biasa kakek yang satu ini, tak kusangka dalam umurnya yang sudah 60-an ini masih bisa membuat ABG sepertiku berkali-kali mengalami orgasme sedangkan dia sama sekali belum menunjukkan akan orgasme. Vaginaku sudah banjir akibat cairan vaginaku sendiri sehingga menimbulkan bunyi “cpok,,,cpok,,,cpok” saat Mang Ucup memompa vaginaku. Aku sudah tak kuat lagi karena tenagaku sudah habis terkuras akibat berkali-kali mengalami orgasme sehingga aku hanya bisa mendesah lemah merasakan penis Mang Ucup yang kuat dan perkasa keluar masuk vaginaku, sementara Mang Ucup terus menggenjot penisnya, lidahnya masuk ke dalam mulutku yang langsung kusambut dengan cara menghisap lidahnya dan membelitnya dengan lidahku, kemudian dia melepaskan ciumannya dan berkonsentrasi lagi pada genjotannya terhadap vaginaku.
Akhirnya, 25 menit kemudian, Mang Ucup mempercepat sodokannya lalu dia berkata “neeeng, ke,,,ke,,luarin,,,,di,,,di,,,mana?”, “di,,,da,,,,lem,,,ajjjaaa” balasku. Tak lama kemudian, Mang Ucup menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku dalam jumlah yang sangat banyak. Setelah yakin spermanya sudah tidak keluar lagi, Mang Ucup mengeluarkan penisnya yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku dari dalam vaginaku, lalu dia mengorek-ngorek vaginaku dengan 3 jarinya dan kemudian dia menyodorkan penisnya ke mulutku yang langsung kusambut untuk merasakan spermanya dan cairan vaginaku sendiri. Setelah penisnya bersih, kini Mang Ucup menyodorkan 3 jarinya yang berlumuran sperma dan cairanku, langsung kumasukkan 3 jari keriput Mang Ucup ke dalam mulutku dan kemudian kujilati semuanya sampai bersih. Lalu dia duduk di kursi untuk beristirahat sementara aku juga berbaring lemah di tikar, untuk 10 menit ke depan ruangan itu hanya dipenuhi suara nafas kami yang tersengal-sengal dan juga suara jangkrik dari luar.
“neng, gak nyuci vagina dulu”.
“gak, ah males, emang kenapa?”.
“nggak, emangnya neng gak takut hamil?”.
Karena sudah kebiasaan di gangbang, tubuhku merasa segar setelah beberapa menit beristirahat, lalu aku bangkit menghampirinya dan duduk di atas pahanya, kemudian penisnya kumasukkan ke dalam vaginaku yang masih basah tak karuan, lalu kutekan kepalanya ke dadaku dan kusuruh untuk menjilati seluruh bagian dadaku.
“aku sayang banget ma Mang Ucup, jadi aku gak takut kalau punya anak dari Mang Ucup”.
“iyaa,,, tapi kan kalau neng hamil bisa berabe!”.
“hahaha,,, tenang aja lagi bang, aku udah minum obat pencegah hamil jadi gak mungkin hamil”.
“fiuh, abang takut kalau punya anak lagi”.
“emangnya abang punya anak berapa?”.
“gara-gara ****** ini, abang punya 5 anak laki-laki yang sekarang sudah berkeluarga”.
“terus istri abang kemana?”.
“udah meninggal duluan”.
“oh, maaf bang aku gak tau”.
“gak apa-apa, tapi ngomong-ngomong abang gak nyangka,, kalau neng Rasti kuat juga”.
“aku lebih gak nyangka kalau Mang Ucup masih bisa bikin ABG kayak aku puas setengah mati”.
“siapa dulu,,, Mang Ucup!!”
Lalu kurasakan penisnya sudah tegang lagi di dalam vaginaku.
“wah, abang udah tegang lagi, cepet banget!!”.
“lagian sih neng, naro ****** abang di tempat yang anget ama sempit kayak gini, dan belom lagi abang disuguhin dada yang montok kayak gini, gimana ****** abang gak cepet bangun”.
“yawdah bang, ronde kedua yuk, tapi kali ini lubang yang ditusuk pantatku ya, pasti abang pengen nyoba kan?”.
“ide bagus tuh, pasti lubang pantat neng seret ‘n sempit banget”. Lalu kami mulai ronde kedua dengan lubang anusku menjadi sasaran keperkasaan penis Mang Ucup. Seperti sebelumnya, dalam waktu kurang lebih sejam Mang Ucup menggenjot anusku dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke dalam anusku, setelah itu aku melakukan cleaning service terhadap penisnya. Lalu kami berdua istirahat, dan Mang Ucup mengelap badan keriputnya dengan handuk yang biasa dibawanya, sementara aku masih terkulai lemas di tikar. Setelah 15 menit beristirahat, Mang Ucup memakai pakaiannya lagi sambil mengobrol denganku.
“neng, emangnya gak takut ama HIV atau yang lain?”.
“HIV,, gak takut layau, obat yang aku minum selain mencegah hamil juga bisa nangkal semua penyakit ‘n juga bikin vagina ama lubang pantatku sempit terus”.
“wow, itu obat dahsyat banget, dapet darimana neng?”.
“dapet dari temen aku yang ada di luar negeri”.
“oo gitu, ngomong-ngomong udah jam 10 nih, neng mau pulang gak?”.
“gak nyangka udah jam 10, ****** abang sih bikin aku lupa daratan,,,hehe”.
“ya udah, abang anterin ya”.
Lalu aku memakai pakaianku, setelah selesai memakai pakaianku, aku menggandeng tangan keriput Mang Ucup keluar gudang lalu menuju tempat parkir motor. Kemudian aku diboncengi pulang dengan motor antik Mang Ucup, selama di perjalanan aku memeluk badan Mang Ucup dengan erat seperti memeluk pacarku sendiri. Setelah sampai di depan pintu gerbang rumahku, aku turun dari motor Mang Ucup.
“neng, boleh gak kapan-kapan kita ******* lagi?”.
“gak usah kapan-kapan, setiap jam 7 malam abis pulang sekolah, tubuhku milik abang”.
“beneran nih neng?”
“bener bang, kan tadi aku udah bilang, aku sayang banget ama abang Ucup, jadinya aku seneng kalau tiap pulang sekolah bisa ketemu abang ama ****** abang yang mantap itu, tapi ada saratnya nih bang”.
“saratnya apaan neng?”.
“yang pertama kalau pas siang harinya, sikap abang harus biasa aja ke aku soalnya aku takut ketauan ama sekolah”.
“ok,, abang sanggup, terus apaan lagi neng saratnya?”
“sarat yang kedua, abang jangan manggil aku neng lagi, mau gak?”.
“terus abang manggil neng Rasti sayang boleh?”.
“itu terserah abang, terus sarat terakhirnya abang jangan jajan sembarangan soalnya aku gak mau abang kena penyakit lagipula kan udah aku yang bisa bikin abang puas”.
“gak nyangka saratnya gampang banget, kirain saratnya susah, yaudah neng, eh sayang, abang pulang dulu ya, udah capek nih”.
“yaudah, ati-ati ya sayangku, besok malem lagi ya”. Lalu aku mencium bibir tuanya, dan kemudian dia memacu motornya menjauh dari pintu gerbang rumahku, sedangkan aku masuk ke dalam rumahku. Aku memberikan alasan belajar di rumah temen ke Mbok Parti, tapi Mbok Parti mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat kupercaya.
“jangan pake alasan itu, Mbok udah tau kalau non Rasti udah gak perawan ‘n sering tidur sama laki-laki kok”. Mataku terbelalak mendengar itu karena kupikir Mbok Parti tidak tau kehidupanku.
“mbok tau darimana?”.
“wong, Mbok yang ngejaga non dari bayi sampe segede gini masa Mbok gak tau sih”.
“ta,,,ta,,,tapi, Mbok gak bakal bilang ke papi mami kan?”
“tenang aja non, Mbok udah anggep non sebagai anak Mbok sendiri jadi Mbok gak bakal bikin non susah”.
“fiuh,, makasih banget Mbok, aku emang lebih sayang Mbok ketimbang papi mamiku yang selalu ninggalin aku”.
“yaudah non, gak usah nangis gitu, mereka kerja di luar negeri buat non juga”.
“ya, aku juga tau Mbok, mungkin sudah jalan hidupku begini”.
“yaudah non gak usah dipikirin, ngomong-ngomong non Rasti kan sering tidur ama banyak lelaki, emangnya gak takut kena AIDS ?”.
“nggak Mbok, soalnya ada obat ini, selain mencegah hamil selama 7 hari, obat ini juga bisa menangkal segala penyakit kelamin. Obat ini aku dapat dari temanku yang ada di luar negeri”.
“oohh, gitu, yaudah non makan dulu sana, abis itu non mandi terus tidur”.
“ok, tapi aku punya satu pertanyaan lagi nih Mbok, boleh gak aku telanjang aja di rumah tiap hari?”.
“terserah non aja,,,”.
Lalu kubuka pakaian seragamku beserta bh dan celanaku sehingga tubuhku yang habis digarap oleh Mang Ucup terpampang jelas di hadapan Mbok Parti tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku. Mbok Parti berkomentar ketika melihat berkas-berkas merah di payudara dan leherku karena cupangan-cupangan Mang Ucup.
Dan Mbok Parti berkata “non Rasti, kayak abis diperkosa aja” ketika melihat noda sperma yang telah mengering di daerah selangkanganku dan juga dari lubang anusku. Aku hanya tersenyum, lalu aku makan, setelah makan aku pergi ke kamarku lalu mandi dan kemudian setelah itu aku tidur dalam keadaan senang karena kini setiap malam sehabis pulang sekolah, ada penis Mang Ucup yang bisa mengobok-obok vagina dan anusku dalam waktu yang sangat lama sehingga membuatku mendapat kepuasaan tiada tara.

Gadis Pemuas: Kecelakaan Pesawat 1




Sudah seminggu aku melayani Mang Ucup dan Mang Yadi secara non stop di rumahku sendiri, sampai hari minggu aku suruh mereka pulang.
“mang Yadi ama mang Ucup pulang dong, aku kan capek ngelayanin terus”.
“yah, 1 hari lagi deh, Rasti sayang, abang ama Mang Yadi masih ketagihan ama vagina kamu”.
“yah, bang, pliis pulang ya, soalnya aku juga pengen nemuin orang tuaku”.
“tau Lo Cup, kan kasihan neng Rasti, masa ngelayanin kita terus”.
“yaudah deh, gak papa, kalau gitu kami beres-beres dulu ya, sayangku”, setelah beres-beres aku mengantar mereka sampai ke pintu tanpa memakai baju dan dengan tubuh yang berlumur sperma.
“sayangku, kapan lagi kita ketemu?”.
“hari senin minggu depan ya Mang Ucup,, soalnya selama 1 minggu, aku mau nemuin orang tuaku”.
“ok, kalau gitu, sampai ketemu senin minggu depan ya, sayangku”.
“ati-ati sayang, oh ya Mang Yadi kalau misalnya kapan-kapan mau aku layanin lagi, telpon ke hpku aja ya, nomernya udah aku kasih kan?”.
“udah, nih dia. Ok deh, neng Rasti tapi kayaknya dalam waktu cepat abang bakal nelpon neng lagi deh, soalnya abang ketagihan ama vagina neng, sempit ‘n peret banget”.
“ah, Mang Yadi bisa aja,, udah, nanti dicariin ama keluarganya loh”.
“yaudah, kami pulang dulu, makasih ya atas pelayanannya,,kayak di hotel aja,, hehe”, lalu sebelum mereka pergi mereka meremas-remas payudaraku dan menarik putingku.
“dah,,,”, kemudian mereka naik motor Mang Ucup dan pergi menjauh dari rumahku.Akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan ini, lalu aku pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang yang tercecer noda sperma di mana-mana baik yang sudah mengering maupun yang masih basah, lama kelamaan mataku berat dan akhirnya aku tertidur dalam ruangan yang dipenuhi bau sperma. Kubuka mataku yang masih lengket, dan aku meregangkan tubuhku yang kini sudah tidak pegal lagi, kulihat jam dinding ternyata sudah jam 10 siang, aku bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku turun ke bawah untuk makan, kemudian aku membersihkan kamarku dari sperma yang tercecer di lantai maupun di atas ranjang. Lalu setelah semuanya beres, aku menelpon.
“halo, international airport”.
“ya, bisa kami bantu?”.
“saya ingin memesan tiket pesawat terbang”.
“tujuan mana?”.
“Amerika”.
“atas nama siapa?”.
“atas nama Rasti Lestari”.
“kelas apa, nona Rasti?”.
“kelas VIP”
“baik, terima kasih atas pemesanannya, penerbangan pada jam 1.30 siang”.
“terima kasih”, kemudian aku menutup telpon.
Lalu aku mengemas baju, celana, pakaian dalam, dan segalanya, tapi aku lupa siapa yang akan menjaga rumah ini, untungnya aku ingat kalau tanteku dan keluarganya akan menempati rumahku selama aku liburan seperti biasa. Akhirnya jam 11 siang tanteku dan keluarganya datang, kemudian aku menyediakan makanan dan mengobrol-obrol dengan mereka, aku tau anak tanteku yang pertama yaitu si Yudi selalu mencuri-curi pandang ke arah dadaku, Yudi berumur 15 tahun, jadi aku maklumi betapa dia sangat penasaran melihat payudaraku, tapi aku buang jauh-jauh pikiran nakalku karena sebentar lagi aku akan pergi ke bandara. Tak terasa sudah jam 1/2 1 siang, aku berpamitan kepada tanteku untuk pergi, setelah sampai di bandara aku langsung naik ke pesawat, dan 10 menit kemudian pesawat berangkat. Di sebelahku ada ibu dengan anak perempuannya, ibu itu sangat ramah kepadaku dan anaknya yang berusia 15 tahun itu juga baik dan ramah, akhirnya mereka berdua memperkenalkan diri. Sang ibu bernama Sandra, asalnya dari New York, wajahnya cantik untuk perempuan yang sudah berumur 42 tahun, sedangkan anaknya bernama Monic, dia mewarisi kecantikan ibunya, bahkan melebihi kecantikan ibunya, dan biarpun umurnya baru 15 tahun, tapi badannya hampir menyaingiku karena payudaranya kelihatan sangat montok dan kencang seperti payudaraku.
“nak Rasti, sebenarnya mau kemana?”.
“oh, saya mau ke rumah orang tua saya yang ada di Florida, kalau ibu sendiri?”.
“ini, si Monic ngajak liburan di New York, oh ya memangnya di Indonesia, kamu tinggal dimana?”.
“ya tinggal di rumah orang tua, tapi sama saudara saya, soalnya orang tua saya sering pergi ke Florida karena pekerjaan,,,”.
“oh begitu,,”.
“kalau ibu tinggal di Indonesia atau tinggal di Amerika?”.
“sebenarnya saya tinggal di Indonesia, tapi suami saya dapat kerja di New York, jadi saya dan anak saya berlibur ke New York sekaligus bertemu dengan suami saya,,,”.
“oh, gitu, ngomong-ngomong udah berapa lama tinggal di Indonesia?”.
“10 tahun,, memangnya kenapa?”.
“pantes aja,, bahasa Indonesia ibu lancar”.
“oh, kirain ibu kenapa,,”, kemudian hpnya berbunyi.
“sebentar ya nak Rasti,,”, lalu aku mengobrol dengan Monic.
“kak Rasti, kakak cantik ya,,”.
“kamu juga kok,,,”, setelah itu ibu Sandra selesai menelpon dan kami bertiga mengobrol sambil memakan hidangan sore yang tadi sudah diantarkan oleh pramugari.
Setelah selesai makan, obrolan kami menjadi menjurus ke hal-hal pribadi, ternyata ukuran bh Bu Sandra 36C, dan Monic 32B. Disaat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ledakan.
“para penumpang, harap tidak usah panik, sepertinya pesawat mengalami kerusakan mesin, tolong pakai sabuk pengaman, pelampung dan masker oksigen yang telah disediakan karena pesawat akan melakukan pendaratan darurat”. Aku melakukan semua yang disuruh, dan setelah itu aku menutup mataku dan berdoa agar aku selamat, tiba-tiba aku mendengar suara benda jatuh ke air dan guncangan yang hebat, setelah guncangan aku sudah tidak sadar. Tiba-tiba aku sadar dan merasakan rasa sakit yang hebat di kepala dan sekujur tubuhku, dan ternyata tubuhku mengambang di air. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku berenang ke arah pantai yang terdekat. Setelah sampai di tepi pantai, aku merangkak agar lebih aman dari sapuan arus, lalu aku rebah di pasir sambil merasakan nyeri di sekujur tubuhku dan kepalaku, aku terus terbaring di pasir sampai malam. Tiba-tiba aku merasakan seseorang mendekatiku, kemudian tubuhku diangkat oleh orang itu, aku sudah terlalu lemah untuk melihat siapa orang itu. Yang aku tau, aku sudah berada di dekat api unggun, akhirnya aku melihat wajah orang itu karena diterangi api unggun, ternyata orang itu adalah seorang kakek dengan tampangnya yang sangat arif dan bijaksana juga badan yang tegap.
“maaf, aku akan memberimu obat”, lalu dia meminumkan suatu ramuan yang sangat pahit kepadaku. Awalnya aku ingin muntah, kemudian aku diberikan suatu ramuan lagi, tapi kali ini rasanya sangat manis sehingga rasa mualku tadi akibat rasa pahit jadi hilang. Lalu si kakek mendekati api unggun dan membakar sesuatu, sementara aku masih lemas terbaring di tanah dengan bajuku yang sudah sobek dimana-mana begitu juga dengan celana jeansku.
Beberapa menit kemudian lukaku tidak terasa perih lagi dan badanku juga tidak lemas lagi sehingga aku bisa duduk dan menyapa kakek itu.
“mmm,,, pak, terima kasih ya, udah nolongin saya”.
“oh, gak apa-apa, udah jadi tugas buat saya, nolongin orang”.
“bapak juga korban kecelakaan pesawat Air Zone ya?”.
“ya, untungnya luka saya gak parah jadi saya bisa selamat, oh ya perkenalkan nama saya Bambang”.
“nama saya Rasti, ngomong-ngomong ramuan apa yang bapak berikan ke saya?”.
“oh, itu ramuan dari berbagai macam tanaman obat jadi rasanya sangat pahit, ya kan?”.
“ehm,,,”, balasku sambil menganggukkan kepalaku.
“tapi, fungsinya apa, pak?”.
“luka adek gak terasa perih lagi kan?”.
“oh itu, fungsinya, terus yang kedua buat apa?”.
“biar badan adek jadi seger”.
“oh gitu, itu terbuat dari apa?”.
“dari madu, tanaman obat, dan sperma babi hutan”.
“sperma babi hutan? Gimana cara bapak ngedapetinnya?”.
“gak usah ditanya, yang penting adek selamat”.
“yaudah, tapi ngomong-ngomong bapak kok bisa tau banyak obat sih?”.
“dulu saya tentara, jadi saya diajari cara bikin obat kalau ada di hutan dan untungnya hutan ini banyak tumbuhan obatnya”.
“ooh gitu,,,”.
“pantes aja badannya tegap, bekas tentara toh, wah pasti kontolnya gede ‘n berurat, jadi pengen liat”, pikirku dalam hati.
“oh ya pak, lagi masak apa sih?”.
“lagi masak daging kelinci buat makan malam, oh ya dek Rasti gak jijik kan kalau makannya gak pake bumbu apa-apa?”.
“saya sih kalau laper, semua saya sikat, pak”.
“untung dek Rasti bukan cewek manja jadi bapak gak perlu repot-repot”, kemudian kami tertawa bersama, tak lama kemudian dagingnya matang juga.
“hmm,, baunya enak nih”, lalu dia menyerahkan daging kelinci yang sudah matang itu dan kami mulai makan.
Ketika aku sedang enak-enaknya melahap daging, aku melihat dia mencuri-curi pandang ke arah tubuhku yang dibalut dengan pakaian yang sudah compang-camping. Tadinya sih, aku gak ada niat untuk menggodanya, tapi setelah melihat dia begitu, aku jadi ada niat untuk menggodanya.
“mmmhh, kayaknya boleh juga nih ngasih tubuh gue ke pak Bambang, itung-itung balas budi lagian gue juga pengen nyobain kontolnya”, kemudian aku mulai menyusun rencana.
“pak Bambang, bapak punya baju buat aku gak?”.
“gak ada tuh,,”.
“aduh, gimana ya,, badanku udah gatel, deket sini ada sungai gak pak?”.
“oh, dek Rasti mau mandi ya, disana ada sungai”.
“yaudah pak, saya mandi dulu ya”. Segar rasanya setelah mandi, setidaknya badanku tidak lusuh lagi meskipun luka masih berbekas di badanku. Baju dan celana jeans serta bhku kubuang karena rencanaku setelah ini kembali ke pak Bambang dengan telanjang bulat untuk membuatnya semakin menginginkanku.
Lalu aku berjalan ke tempat pak Bambang tadi dengan telanjang bulat dan berpura-pura menutup dada dan vaginaku dengan kedua tanganku, setelah sampai di hadapan pak Bambang.
“Dek Rasti, kok telanjang?, baju dek Rasti kemana?”.
“gak tau pak, begitu saya abis mandi, baju saya udah ilang”.
“oh, mungkin baju dek Rasti dicuri monyet”.
“kena dia, gue bo’ongin”, pikirku.
“yaudah, nih pake baju bapak aja biar gak kedinginan”.
“makasih pak, ngomong-ngomong udah jam berapa sih pak?”, balasku sambil memakai kaos pak Bambang.
“oh, gak tau dek, jam bapak rusak”.
“oh,, gitu ya pak”. Ternyata kaos pak Bambang hanya bisa menutupi sampai 5 cm di bawah vaginaku saja sehingga jika aku duduk pasti kaos itu akan terangkat dan vaginaku bisa terlihat jelas. Aku memancing obrolan ke hal-hal yang lebih nakal, ternyata sudah 10 tahun dia tidak dilayani oleh seorang wanita karena dia tetap setia kepada istrinya yang sudah meninggal, sekarang dia tinggal di rumahnya dengan anaknya dan beserta keluarganya.
“maaf dek Rasti, sebenarnya tidak sopan menanyakan ini, tapi boleh gak bapak pegang dada dek Rasti? soalnya bapak udah gak tahan, tapi kalau gak boleh juga gak apa-apa”.
“mmmm,,,, gimana ya? Boleh deh pak, nih silakan”.
“bener nih, dek Rasti, makasih ya”, kemudian tangannya mulai meraba-raba dadaku, meremas-remas dadaku secara perlahan dari belakang, lalu tanpa kusuruh tangannya sudah menyusup ke balik bajuku. Kedua tangannya memegang kedua buah payudaraku seperti sedang memegang 2 melon, dia mulai meremas-remas kedua payudaraku lagi tapi kali ini dia juga memilin-milin dan menarik-narik putingku. Meskipun dia sedang bernafsu, dia tetap meremas-remas payudaraku secara lembut, sepertinya dia tidak ingin menyakitiku walau sekecil apapun. 5 menit kemudian, sepertinya dia sudah puas meremas-remas payudaraku dan mengeluarkan tangannya.
“dek Rasti, makasih ya, udah biarin bapak grepe kamu,,,”.
“gak usah makasih, saya juga merasa enak, kok”.
“ngomong-ngomong payudara dek Rasti ukurannya berapa sih?”.
“34B, kenapa?”.
“pantes aja dipegangnya terasa mantap di tangan bapak, udah gitu payudara dek Rasti masih kencang lagi, sering minum jamu ya”.
“ya semacam itulah. Ngomong-ngomong pak, masa cuma grepe-grepe doang?”.
“maksud dek Rasti apa?”.
“aku mau kok ngelayanin bapak”.
“ngelayanin bapak, kok Dek Rasti mau? padahal kan bapak udah tua”.
“karena bapak udah nolongin saya, saya mau balas budi, dan hanya ini yang bisa saya berikan”, sambil membuka kaos yang membalut tubuhku.
“beneran nih, dek Rasti?”.
“bener, pak. Mulai saat ini tubuh saya tersedia 24 jam untuk memuaskan bapak, dan bapak gak perlu khawatir, saya gak punya penyakit menular”.
“24 jam?”.
“iya, pokoknya kapan dan dimana saja bapak mau, saya akan melayani bapak, tapi ada 1 syarat, kita pake aku-kamu aja gimana?”.
“syaratnya gampang banget, yaudah boleh gak aku mulai sekarang?”.
“silakan, terserah kamu, kan sekarang badanku milik kamu”. Lalu dia mulai mendekati tubuh telanjangku, pertama-tama dia melumat bibirku, aku balas dengan melumat bibirnya juga, kemudian dia mulai memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku juga memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit, kami bercumbu seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Seusai dia puas mencumbuku, dia menurunkan ciuman dan jilatannya terus sampai akhirnya mulutnya tiba di payudaraku yang montok. Dia menjilati payudaraku setiap senti demi senti bahkan dia juga menjilati ketiakku, sepertinya dia sangat tergila-gila dengan tubuhku karena sama sekali dia tidak ada rasa jijik sedikit pun menjilati ketiakku sampai basah oleh air liurnya, dan juga payudaraku sudah basah oleh air liurnya. Kemudian dia mulai mengulum putingku, memainkan putingku dengan lidahnya, dan kadang-kadang dia menarik-narik putingku secara perlahan, sementara aku mendesah dan tubuhku menggelinjang karena aku merasakan vaginaku sudah sangat gatal karena birahiku sudah melebihi puncak akibat foreplaynya. Dia sudah puas memainkan mulutnya di payudaraku, kemudian dia langsung menjilati vaginaku, mulai dari paha, selangkangan, bibir vaginaku, bibir dalam vaginaku, dan juga dia menyentil klitorisku dengan lidahnya.
“aaaahhhh,,,,oohhhh,,,,hhmmmm,,,,terus”, desahku. Akhirnya tubuhku mengejang dan orgasme melanda tubuhku yang menyebabkan cairanku mengalir deras langsung menuju mulutnya yang sedang asik menjilati vaginaku, cairanku langsung diseruput habis olehnya hanya dalam hitungan 7 detik.
“wah, kamu aus ya? cairanku langsung abis”.
“hehe, soalnya cairanmu manis sih, gurih lagi”.
“ayo, pak, sini biar aku bukain celananya”.
Aku sudah membuka celana panjangnya, dan kusiapkan hatiku untuk melihat penisnya yang ada di balik boxernya. Ketika aku sudah membuka boxernya, penis itu langsung muncul. Ternyata penisnya lumayan besar, dengan ukuran panjang 22 cm, dan diameter 10 cm, penis itu mengacung tegak ke arah wajahku.
“wah, pak Bambang, ternyata gede juga”.
“gimana, Rasti, kuat gak?”.
“kuat dong”.
“yaudah kamu ambil posisi doggy style ya”.
“tar dulu dong pak, biar saya kulum dulu biar licin”.
“yaudah nih”, kemudian dia menyodorkan penisnya ke mulutku. Aku mulai mengemuti kepala penisnya, kujilati batang penisnya yang berurat itu sampai ke pangkalnya, serta melahap buah zakarnya.
“nah, sekarang udah licin nih”.
“ayo mulai, tapi Rasti, nanti spermanya aku semprot dimana?”.
“di dalam vaginaku aja ya,,,”.
“gak takut hamil?”.
“udah deh, pokoknya ntar harus di vaginaku, aku pengen ngerasain angetnya sperma kamu, nah baru deh selanjutnya terserah kamu nyemprot dimana”.
“ok, yuk kita mulai”. Lalu aku bertumpu pada kedua lutut dan sikuku yang kutaruh di tanah, kemudian pak Bambang mulai memposisikan dirinya di belakangku.
“wah, Rasti, kamu masih perawan ya? Kayaknya masih sempit banget”.
“aku udah gak perawan kok. Udah ah, ayo pak, aku udah gak sabar”. Lalu dia mengelus-elus sekitar vaginaku dengan penisnya, dan dia mulai memposisikan kepala penisnya di depan vaginaku, kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan-lahan.
Senti demi senti penis Pak Bambang menyeruak masuk ke dalam vaginaku, dan urat-urat yang menghiasi penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku membuat aku merasa semakin nikmat.
“oooohhhh Rasti,,,sempit banget!!”.
“aaa,,,,yooo paak,,,,masukiiin,,,teruuusss!”. Akhirnya, penis pak Bambang tertanam di vaginaku, dia mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku. Gesekan urat-urat penis pak Bambang dengan dinding vaginaku membuatku semakin merasa keenakan. Dalam waktu 15 menit tubuhku sudah mengejang dan akhirnya aku orgasme, sementara pak Bambang masih asik memompa penisnya keluar masuk vaginaku. 20 menit kemudian aku merasakan penis pak Bambang berdenyut-denyut di dalam vaginaku.
“aaahhhh,,, Rasti,, aku keluar!!!”. Lalu pak Bambang menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku, beberapa kali semburan.
“enak banget vagina kamu, peret banget,,,”.
“yaudah, pak, kita istirahat dulu ya…”.
“tapi, ntar lagi ya…”.
“ya pak, tenang aja”. Aku duduk beristirahat di pangkuannya, sementara dia duduk di sebatang pohon yang sudah ia tebang dan dijadikan tempat duduk olehnya.
Selama beristirahat pak Bambang terus melumat bibirku dan tangannya meremasi kedua buah payudaraku.
“aduh pak, kok diremes-remes terus sih?”.
“abisnya aku suka banget ama dada kamu, sekel ‘n kenceng banget”.
“ah, kamu bisa aja… Gimana pak, udah cukup belum istirahatnya?”.
“kayaknya udah, emang kenapa, kamu pengen lagi”.
“ya nih, abisnya aku gak tahan ngeliat penis bapak nganggur”.
“wah, gak nyangka ya cewek secantik kamu ternyata nakal juga”. Kemudian dia menyuruhku untuk membelakanginya sambil memeluk pohon yang ada di dekat kami, rupanya dia ingin menyutubuhiku dari belakang dengan posisi berdiri.
“boleh gak aku masukkin penis aku ke pantat kamu?”.
“gak perlu minta izin,, dimana aja boleh kok”.
“tapi boleh gak nyemprot di dalam anus kamu?”.
“udah aku bilangin, tubuh aku milik kamu jadi terserah kamu”.
“yaudah,, aku mulai ya,,”.
Kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam anusku secara perlahan. Ternyata, biarpun aku sudah sering melakukan anal sex tapi karena ukuran penis pak Bambang lumayan besar, aku merasa sedikit kesakitan. Sepertinya, dia tau kalau aku kesakitan jadi dia benar-benar memasukkan penisnya secara perlahan, akhirnya dari kepala penis pak Bambang sampai ke pangkal batangnya tertanam di dalam anusku. Setelah penisnya tertancap di dalam vaginaku, dia berkomentar.
“lobang pantat kamu sempit banget, kalau kayak gini bisa-bisa cuma tahan 15 menit”. Aku membalasnya dengan menolehkan kepalaku ke belakang dan memberikan senyumanku padanya, kemudian dia mulai menggenjotku sambil kedua tangannya terus menerus meremas-remas payudaraku. Seperti yang dia bilang, sekitar 15 menitan dia sudah menyemburkan spermanya di dalam lubang anusku. Kemudian dia mengeluarkan penisnya dari anusku, dan tentu saja spermanya meleleh keluar dari anusku.
“Rasti, jalan-jalan yuk, kan jarang bisa jalan-jalan di hutan sambil telanjang”.
“yaudah yuk,,,,tapi bapak udah apal belum hutan ini, tar kita malah kesasar”.
“gak apa-apa kesasar asalkan masih ada kamu di sampingku”.
“ah, bapak jago ngegombal deh,,,”.
“tapi tenang aja, aku udah lumayan apal, soalnya udah beberapa kali aku ngiter-ngiter di daerah dekat sini dan juga aku tau jalan ke pantai tempat aku nemuin kamu”.
“yaudah mendingan ke pantai aja yuk, siapa tau masih ada orang yang selamat selain kita”.
Lalu pak Bambang menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya. Selama perjalanan, kami mengobrol yang diselingi remasan demi remasan di kedua buah payudaraku, pak Bambang memang sangat tergila-gila dengan payudaraku yang kencang dan montok seperti yang tadi dia bilang. Ternyata, lumayan jauh juga jarak dari tempat kami tadi ke pantai. Di tengah-tengah perjalanan, aku melihat penisnya yang menciut karena dingin.
“aduh, aduh, kasihan penis pak Bambang kedinginan, boleh gak aku angetin?”.
“boleh, tapi pake mulut ya,,”.
“beres,,sayang”. Kemudian kami berhenti, dan aku mulai mengulum penisnya yang lama kelamaan mulai membesar.
“aaahhh,,,mulut kamu anget banget”, desahnya. 12 menit kemudian dia menyemburkan lahar putihnya ke dalam mulutku yang langsung kutelan tak bersisa. Setelah spermanya habis kuminum dan penisnya kujilati sampai mengkilap, kami melanjutkan perjalanan kami. Di pantai, kami berjalan-jalan sekitar pantai dengan harapan menemukan orang yang selamat, tapi ternyata sia-sia. Tak ada satu orang pun kami temukan, tapi pak Bambang menemukan tas khusus kempingnya, di dalamnya ada tenda, sleeping bag, dan berbagai peralatan lainnya. Kemudian kami berjalan ke tempat kami tadi untuk mendirikan tenda. Seperti tadi, selama perjalanan dia meremas-remas payudaraku dan setelah sampai di tempat kami tadi, dia memintaku untuk mengulum penisnya sebelum mendirikan tenda. Seusai kukulum, dia mulai mendirikan tenda sementara aku memasak 2 daging kelinci yang tadi kami tangkap saat perjalanan pulang. Setelah dia selesai mendirikan tenda, kami memakan kelinci yang sudah aku masak tadi, lalu dia mengajakku masuk ke tenda untuk beristirahat sambil ‘menghangatkan’ diri.
Pak Bambang sama sepertiku, meskipun tidak bisa lama-lama menahan orgasme tapi setelah istirahat sebentar nafsu dan tenaganya memuncak lagi persis sepertiku sehingga di dalam tenda itu sudah berkali-kali dia menyemburkan spermanya baik di mulut, anus, maupun vaginaku, tapi sepertinya jumlah semburan spermanya tak berkurang meskipun dia sudah berkali-kali menyemprotkan spermanya kepadaku yang senang hati menerimanya. Entah sudah berapa kali kami melakukan persetubuhan, akhirnya kami memutuskan untuk tidur agar tidak terlalu lemas besok pagi. Mungkin hanya 4 jam kami tidur, tiba-tiba terdengar suara, aku dan pak Bambang langsung keluar tenda dan kaget melihat banyak laki-laki berkulit hitam memakai topeng, memegang tombak, dan tanpa memakai apa-apa.
“Rasti, cepat lari, biar aku tahan mereka!!!”.
“ta,,,tapiii,,,,”.
“cepat larii!!!”.Dengan berat hati aku lari meninggalkannya yang tetap menghadapi mereka hanya untuk melindungiku, sebelum aku masuk ke dalam hutan, aku menoleh ke belakang untuk melihatnya sekali lagi, rupanya dia sedang bertarung dengan orang-orang itu, tapi akhirnya perut Pak Bambang ditusuk dengan tombak oleh salah seorang dari mereka. Aku lari ketakutan ke dalam hutan yang lebih hebat dengan sekuat tenaga sambil menangis memikirkan pak Bambang yang telah dibunuh oleh orang-orang hitam itu. Karena lariku tidak beraturan, kakiku tersandung kemudian kepalaku membentur keras batu yang lumayan besar dan aku langsung tidak sadarkan diri dan aku tidak tau apa yang akan terjadi pada tubuhku selanjutnya…